12

527 30 3
                                    

Happy reading..

Dejavu
Itu yang mereka semua rasakan dihadapan pintu pucat yang tertutup rapat.

Mereka semua menunggu akan hadirnya sebuah kabar baik.

Fikiran mereka berkecamuk akan sesuatu yg buruk yang mungkin akan mereka dapatkan.

1 jam berlalu seorang pria dengan pakaian lengkap keluar bersama para perawat.

Di antara mereka suster dengan name tage yoona segera menghampiri rayyan yang termenung di kursi tunggu.

Ia peluk erat tubuh rapuh rayyan dengan erat dan kuat, meski ia sering menjadi korban kejailan nya tapi jelas dalam hati ia sangat menyayangi remaja imut itu.

"Bagaimana keadaan nya uisa-nim?"

"Kami berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di dadanya, namun peluru tersebut berhasil melukai jantung nyonya iren, kondisinya saat ini masih kritis dan dengan berat hati kami nyatakan nyonya iren koma, kami akan segera pindahkan ke ruang rawat, permisi"

Runtuh sudah pertahanan mereka,
Arkan tidak menyangka semua ini akan terjadi, meski mereka berpisah namun hatinya masih sangat mencintai iren, arkan memeluk tubuh erat dion yang hanya diam namun hatinya menangis dengan keras"

Begitu juga dengan rayyan, dirinya bahkan sudah tidak sanggup untuk menopang tubuhnya.

Arkan menghampiri rayan yang masih di dalam pelukan yoona.

"Ikut saya!"

Arkan menarik kasar lengan kiris rayyan hingga pelukan yoona terlepas, terlihat jelas disana lengan rayyan yang mulai merah.

"Maaf tuan jangan seperti ini, kasian...."

"Kamu tidak usah ikut campur, qtau karirmu akan berakhir disini"

Arkan menyela ucapan yoona membuatnya ciut dengan ancaman itu, ia kembali menarik lengan rayyan dan membawa dion ke mansion nya, ia memilih untuk merawat dion di rumah toh kondisinya sudah membaik hanya butuh terapi untuk berjalan saja.

Mobil mewah itu sampai di perkarangan semuah mansion mewah, beberapa bodyguard berjaga dimana-mana.

Arkan mesih menarik lengan rayyan dan menghempaskan nya ke lantai ruang keluarga, jimy datang melihat siapa yang dibawa arkan

"Sebenarnya saya tidak ingin membawamu ke sini, tapi karena ibumu sudah melindungi anak saya maka kamu saya izinkan tinggal disini, tapi dengan syarat kamu harus membantu terapi anak saya sampai bisa berjalan kembali"

Arkan menyodorkan sebuah surat yang berisikan kontrak selama tinggal di sana

"Cihh... Saya tidak perlu rasa kasihan dari anda, saya bisa hidup sendiri"

Dooorrrr....

Sebuah tembakan melesat tepat di sebelahnya, rayyan mematung berusaha menetralkan degupan jantung nya.

"Sekali lagi melangkah, peluru ini akan mengenai ibumu, camkan itu"

Arkan dan jimy berlalu, meninggalkan rayyan yang masih di posisi yang sama.

Entah mengapa kakinya terasa seperti jeli, hampir saja ia jatuh jika tidak ada yang menahan nya

"Tuan muda baik² saja?"

Dia adalah siti, pembantu arkan yang ikut dibawa ke korea

"Ah aku baik² saja bi"

"Mari saya antar ke kamar tuan"


.
.
.

Kini rayy tengah berada di kamarnya, bukan kamar pembantu melainkan kamar tamu yang terletak tepat di sebelah dion

Kamar yang hanya berisi kasur single bed, lemarin meja kosong dan nakas kecil, tidak ada apapun di sini, sunyi dan sepi

Sebuah monitor disamping nakas berbunyi, tanda jika sang abang memanggilnya.

Rayyan segera beranjak menuju kamar sebelahnya..

"Abang rayy?"

Semua suara membuatnya berhenti, ia tengok ke arah asal suara, dia sana sudah ada arvie yang berdiri di depan sebuah kamar

"Abang kemana aja? Hiks.. arvie kangen hiks.."

Mereka berpelukan melepas rindu.

"Abang ga kemana-mana kok, adek jangan nangis ya kan abang udah di sini"

"Tapi abang ga pernah kasih kabar ke arvie hiks.."

"Sudah ya... Kalau nangis mulu nanti ga ganteng loh hehe.. abang ke kamar bang dion dulu ya, nanti kita lanjut lagi kangen-langenan nya"

Rayyan melanjutkan kembali langkah nya, membuka salah satu bilik yang sedari tadi ia tuju

Pranggg....

Sebuah vas bunga meluncur tepat melewatinya, salah satu serpihan nya berhasil mengenai plipis nya, darah mengalir dari sana

"Aku sudah memanggilmu dari tadi, apa kau tidak dengar?"

"Maaf ka, rayy tadi ketemu arvie di depan"

"Saya tidak peduli! Cepat kita mulai sekarang saja"

Rayyan dengan telaten melatih dion berjalan sedikit demi sedikit, tak jarang tubuh dion oleng dan hampir terjatuh jika rayyan tak memegangnya.

"Kamu bisa jagain gak sih? Yang bener dong"

Berbagai bentakan dan cacian rayy rasakan, namun tetap ia tuntun abangnya dengan sabar.















Hai-hai
Sampai sini dulu nih updatenya.

Autor sedang memikirkan konflik apa yang akan sangat menegangkan.

Jangan lupa like dan komen ya..

Saranghae 💜

My FamillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang