Namanya mantan

1K 96 40
                                    

CW // KISS

Hwang Hyunjin adalah sebuah nama yang sudah tidak mau Felix ucap atau sekedar dengar. Melihat orangnya pun rasanya Felix ingin muntah seketika karena teringat janji manis palsu nan lucu yang mengalun merdu. Walau perumpamaan itu sedikit hiperbola, tapi Felix benar-benar sungguh tidak suka jika ia harus melihat kembali sang mantan paling tercinta.

Tapi ide bodoh Eric jelas si Lee terima, pembuktian bahwa ia sudah melupakan Hyunjin maka dirinya menjemput Hwang itu di bandara.

Ini ajang unjuk rasa, bahwa cintanya sudah tidak ada.

Hilang percaya, putus kontak karena komunikasi yang buruk. Jelas Felix yang duluan drama dan memutus sepihak karena Hyunjin terlalu sibuk.

Hubungan mereka tidak ada arahnya, Hyunjin terlalu terpaku dengan dunianya dan Felix sibuk berpikir tentang apa yang selanjutnya. Komunikasi yang baik makin berantakan, bukan karena Felix selalu berkata "tidak apa apa sayang" dengan mengerti si Hwang. Felix jadi merasa disepelekan, cinta itu timbal balik bukan cuman satu orang yang punya effort untuk lebih baik.

Tiga tahun berselang. Si Hwang menelpon kalau ia akan kembali pulang, saran dari Eric si anak Jung ia telan bulat bulat, untui menjemput sang pangeran. Maka disinilah Felix berdiri, sendirian diantara pasangan dan keluarga yang menanti haru kepulangan seseorang tersayang.

Perawakan Hyunjin yang terakhir Felix dapat kabar dua tahun lalu, undercut cepak, rapi dengan suit mahal di sebuah ballroom hotel karena jamuan makan perusahaan. Dan yang ada dihadapan Felix adalah Hyujin dengan rambut panjang terikat, baju kasual dan tindik hitam telinga samping kiri kanan.

Pekerjaan Hyunjin itu menuntut si Hwang memakai pakaian formal kalau yang Felix tau. Tapi apa daya, yang sudah mengecupnya tiba-tiba sebagai bentuk saapaan awal bertemu, sangat berbeda. Dalam lubuk hati terdalam Felix pensaran— ada apa gerangan?

Setelah bibir di kecup, kemudian kening, beralih ke hidung— bibir tebal Hyunjin, Felix halangi. "Tempat umum—"

Hyunjin mengangguk kemudian memeluk. "Aku pulang"

Harusnya Felix menyambutnya selamat datang, tapi lidahnya kelu dan malah memilih melepas rengkuh, melihat Hyunjin dari atas sampai bawah dan menepuk jidatnya sekali karena bingung.

"Ayo" tidak menunggu lama, tangan di dahi Felix sudah Hyunjin gapai dan genggam dengan sengaja. Langkah mereka seperti biasa tapi rasanya Felix masih susah mengimbangi karena ia berasa di seret untuk sampai pada parkiran mobil.

"Kunci" Hyunjin berucap, Felix menyerahkan kunci dengan pasrah, dan kembali ditarik hingga didudukan di seat sebelah kemudi bak anak kecil. Ada kecupan kilat yang di curi Hyunjin, Felix tidak terbelalak atau kaget, dulu mereka sering menganggu satu sama lain dengan seperti ini.

"Okay, waktunya ke rumah" ucapan Hyunjin terdengar ringan dan bahagia. Felix masih merutuki keputusannya dan mengumpat pada kembaran Jeno yang sudah memberi saran gila. Dan ia sama saja kebanyakan tingkah, pakai segala menyanggupi menjemput mantan tercinta.

"Hhhh—" Felix menghembuskan nafas dengan keras dan mendapati sadar ketika sudah sampai parkiran apartement yang selalu ia lalui tiap berangkat kerja sehari hari.

"Loh kok kesini"

"Apart yang mau aku tempati masih di renovasi, oleh karena itu aku beberapa minggu di apartement kamu— bukannya aku udah bilang di telfon waktu itu"

"Fuck up" Felix lirih mengumpat, saat itu ia sedang tidak fokus karena mengurus beberapa berkas pasiennya.

Dan ketika menoleh kesamping, Hyunjin sudah hilang dan ada dibagasi memindahkan barang bawaan dan Felix ikut keluar berharap harap cemas untuk hari hari tenang kedepan.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang