Tidak ada makna jika hidup Hwang Hyunjin tanpa Felix Lee yang sekarang berlari dengan cepat dengan kaki kaki ringkihnya pada bandara Charles de Gaulle bagian kedatangan menuju Hyunjin yang berdiri dengan merentangkan tangan disebrang.
Rasa yang di pupuk itu membuncah. Dua tahun yang gila menunggu waktu yang tepat untuk memecahkan yang namanya celengan rindu yang menggebu gebu. Felix harus tetap di korea menjalani beberapa tahap untuk keberlangsungan kehidupan tanpa meneruskan kuliah yang terhenti ditangah tengah begitu saja dan Hyunjin dibiarkan menggapai mimpi di negeri orang. Meninggalkan cinta yang banyak bagi Felix Lee untuk bertahan hidup sebagai oksigennya.
Dengan itu Felix masuk dan merayap pada pelukan sang kekasih Hati. Yang Ia rindukan setengah mati.
Bersama mantra yang selalu Hyunjin bisikkan setiap kali mereka selesai video call atau pun telpon iseng siang-siang melepas jenuh disela sela kegiatan masing masing.
"Aku mencintaimu"
Semakin Erat Felix memeluk semakin banyak pula kata kata cinta yang terucap.
Bahwa Yang Felix paham, Hyunjin mengucapkan syukur teramat dalam pada hubungan mereka yang sudah sejauh ini. Kesehatan Felix sampai sekarang. Dan tentu saja pertemuan tak terduga mereka. Kenginginan Felix sebelum pergi katanya. Membuat Hyunjin kala itu ngambek 3 hari 3 malam. Tapi tidak berani melanjutkan acara "marahnya" karena Felix tertawa disebrang sana bersama selang selang terpasang di hidung dan tangannya.
Sebenarnya tak perlu Hyunjin bermimpi yang terlalu indah untuk apapun itu— hanya Felix Lee seorang yang sempurna untuknya. Ditengah banyak nya ujian di dalam Hubungan mereka.
Gemuruh didada itu meletup akhirnya. Lama bersitatap sampai yang lebih tua menarik yang kecil mendekat.
Mencecap rasa melon yang tertinggal dari permen pesawat pada bibir manis Felix Lee seorang.
"Aku sangat menyayangimu"
"Aku tahu" kekeh Felix.
Menangkup pipi Hyunjin, Felix berkomentar.
"Sempurna"
Alis Hwang terangkat mencoba menangkap makna dari kata yang lebih muda.
"Kenapa?"
"Kamu sempurna"
Telapak itu dikecup pelan oleh Hyunjin. Felix tau kebiasaan yang satu ini.
Sampai Hyunjin meneruskan lagi kalimat Felix-nya.
"Disempurnakan oleh kamu"
Felix mengangguk setuju. Mengandeng jari jari yang lebih besar darinya dan menyeret miliknya ke arah parkiran.
"Kau tau parkir mobil ku?" Disela sela mereka berjalan Hyunjin melayangkan komentar.
"Berhenti bercanda. Ayo segera pulang. Aku sudah tidak sabar"
Kata Felix berseru membuat Hyunjin tertawa. Mengambil alih pimpinanan. Menuntun mereka berdua pulang. Lengkung bulan sabit di mata keduanya tak luntur selama perjalanan. Tersenyum akan kehadiran satu sama lain. Mengucapkan sekali lagi sama Tuhan.
Melewati kota dengan indahnya malam yang tak biasa bagi Si Lee.
Si Kecil itu berkomentar.
"Hyun, aku suka Malam di kotamu kata orang-orang dari internet, Ia benderang seperti julukannya—yang kupikir seperti bibir dan matamu juga"
Felix memejamkan mata Menikmati angin yang menerpa dari jendela mobil yang terbuka. Sadar akan sepasang mata yang sedari tadi sibuk menoleh antara jalan raya dan dirinya.
Baru berhenti ketika Felix memilih megenggam salah satu tangan Hyunjin yang tidak memegang kemudi. Hwang itu Fokus ke jalanan lagi sambil mengecupi tangan si Kecil yang semakin kurus kian hari.
"Aku mecintaimu—aku mencintaimu— aku mencintaimu— aku mencintaimu—"
"Hyun—"
Hyunjin berhenti merapalkan mantra. Punggung tangan Felix hanya berjarak 4 senti dari bibirnya.
"Iya aku tahu. Dan aku juga mencintaimu"
Namun punggung tangan itu di kecup lagi. Dan Felix menahannya sambil tertawa.
"Hyun shshshh berhenti hahaha—"
Sampai pada lampu yang merah yang terakhir sebelum sampai pada kediaman Hyunjin Hwang selama di kota romantis paris, prancis.
Felix tau Hyunjin menitikkan air mata. Karena tangan Felix digenggam sangat erat. Sedemikian rupa seperti pengangan terakhir untuk Hyunjinnya.
"Aku tidak akan pergi"
Dan Hyunjin berkata membelasnya "jangan coba coba"
"Aku minum obatku teratur, check up ke dokter sesuai jadwal— aku sehat Hyun. Jangan khwatir, Hiduplah terus seperti ini, kejar mimpimu dan jadi bahagia— aku selalu mendukungmu. Tenang saja bersama doa doa"
Tapi kekhawatiran Hyunjin menjadi nyata.
Saat mobil Hyunjin melaju pada pemberhentian awal dan terakhir Felix di kota paris. Genggaman itu perlahan mengendur bersama mata Felix yang tertutup rapat.
Hyunjin meyakinkan diri bahwa Felix mengantuk. Tapi kekasihnya itu Pergi dan takkan kembali. Hanya menitipkan pesan jalani hari dengan baik tanpa mengerti bahwa Separuh hidup Hyunjin tidak ada didunia.
Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENA
Short StoryArena punya Hyunjin dan Felix Just Oneshoot or Twoshoot Au 👄 kapalgetek ©