"Papi, Uncle Hyunjin mana?" Seperti yang Felix duga. Anaknya sudah lengket dengan ayahnya.
"Eumm, uncle Hyunjin ada urusan sayang. Jadi hari ini tidak bisa main kerumah"
"Hah?" Dramatis sekali reaksi Yeonjin, membuat Felix tertawa.
"Kenapa? Uncle Hyun berjanji sesuatu padamu?"
"Ini hari minggu— harusnya waktu bermain sepeda"
Protes Yeonjin dengan poutan lucu. Agenda yang sama seperti minggu minggu sebelumnya. Kalau sebelum ada Hyunjin yang menginvasi kehidupan mereka berdua maka Felix dan Yeonjin akan ke rumah Grandma. Menghabiskan sabtu dan minggu disana.Menatap sedih dan kecewa pada sepeda pink di pojok ruangan, membuat Felix kasihan pada anaknya. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak bisa mengajarkan hal demikian karena ada kerjaan yang harus dilakukan sekarang.
"Nanti papi marahin uncle Hyun karena udah kecewaiin kamu" janji Felix.
"Gak boleh!" Spontan jawab sikecil.
"Nanti uncle Hyunjin takut, terus gak mau main sama Yeonjin lagi"
"O-okay"
Bahkan saat bunyi bel apartement padahal itu cuman kurir pengantar barang atau makanan karena Felix sedang malas memasak, Yeonjin jadi orang yang pertama kali berlari kedepan.
Mungkin anggapannya itu Hyunjin yang datang tiba tiba.
Tapi sayang sampai jam sembilan malam, Hari itu Hyunjin belum menampakkan batang hidungnya.
"Papi—" tanya Yeonjin lagi.
"Ya?" Balas Felix, Posisinya sih Felix udah naik ke ranjang Yeonjin mau ngelonin.
"Besok Uncle Hyunjin datang?"
Sebenarnya ini yang ke empat kali Hyunjin terkadang menghilang sehari, tidak memberi kabar. Alasan apa yang jelas Sampai kadang Felix bingung harus cari alasan apa ke anaknya.
"Mhmm tentu saja"
"Baiklah" balas Yeonjin lega.
Jam setengah sepuluh malam, Saat Yeonjin baru sama tertidur pulas, Felix membukakan pintu untuk orang yang dicari anaknya seharian.
"Yeonjin udah tidur" perjelas Felix.
Tapi Hyunjin tetap membuka syal dan jaket paddingnya kemudian berlalu izin sebentar menegok.
Selanjutnya kembali lagi duduk berhadapan dimeja makan dengan Felix.
Mulut Felix gatel untuk tidak bertanya Hyunjin kenapa terlihat sangat lelah sekali.
Kalau dulu, pasti Felix akan nyerocos sambil dusel dusel bilang Hyunjin lain banget hari ini. Tapi tinggalah tapi.
"Aku mengurus kepindahanku ke kantor cabang yang ada disini" seakan menjawab pertanyaan yang ada di benak Felix, Hyunjin berujar.
"Dari LA ke Seoul?" Felix bertanya tak percaya.
"Yap— semua sudah beres mulai 2 minggu kedepan baru masuk, sekarang aku cuti"
"Jadi itu kenapa kamu bisa ada dikorea selama ini?"
"Aku tidak bisa mengacaukan hidupku lagi Yongbok, aku kehilangan momen emas Yeonjin tumbuh dan bisa berjalan. Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama— jika aku berjauhan dengannya di LA" ucap Hyunjin Frustasi.
Felix paham itu sebuah keputusasaan.
"Waktu itu pikiranku buntu Yongbok— aku tidak bisa menafkahimu dengan layak ketika kita menikah, aku pengangguran dan masih muda— tidak cukup umur ketika—" kata kata Hyunjin ini tak dapat dilanjutkan, maka Felix yang meneruskan.
"Bagaimana dengan teman temanmu disana? Pacarmu barangkali? Apa tidak keberatan?"
"Pacar?" Hyunjin mengulang kata Felix yang satu ini.
"Ya pacar? Nggak mungkin kan kamu gak punya pacar atau istri mungkin?"
"Empat tahun bekerja dan aku baru cuti dua bulan sekarang setelah sekian lama, kamu pikir itu ulah siapa kalau aku gila kerja"
Skak Hyunjin dan Felix diam.
"Hyun jangan katakan kalau—"
"Kalau aku juga jadi setengah gila saat aku mengatakan kebodohanku lima tahun lalu padamu setelahnya, menjalani hari seperti zombi hidup— kerja pulang repeate sampai aku heran kok bisa begitu, oh iya aku teringat cuman semata mata lupain kamu doang tapi gak bisa— segala cara gak bisa Yongbok" Hyunjin berkata lirih dihadapan Felix.
"Aku masih mencintaimu dengan cara yang sama seperti dulu, aku masih menyanyangimu selalu... kalaupun kamu sekarang sudah punya pasangan dan aku terlambat— itu tidak bisa ngubah takdir kalau aku cinta mati sama kamu, kedengarannya ini bualan, Tapi Yongbok percayalah ini sungguhan"
Lidah Felix kelu, bingung mau menjawab apa kata kata Hyunjin barusan.
"Jadi just please biarin aku nebus kesalahan yang kemarin, biarin aku buktikan ke Yeonjin kalau Ayahnya masih hidup disini gak seperti yang kamu bilang udah mati"
Dititik itu Felix sadar, Hyunjin juga menjalani hari yang berat bukan dirinya saja. Mereka sama sama tertatih lima tahun lalu dan mencoba bangkit kembali sekuat tenaga, ah bukan cuman aku yang gila ternyata pikiran Felix berkecamuk.
Semuanya sama sama salah, Felix salah karena memutus komunikasi sepihak dan Hyunjin salah karena menolak mentah mentah diawal. Cuz everybody know they are young and reckless.
Felix berdiri dari tempatnya. Menghadap Hyunjin sekarang.
Hyunjin menegadah ke atas karena Felix berdiri.
"Im sorry" maaf Hyunjin yang entah keberapa kali.
Felix menarik Hyunjin kedalam pelukan hangat, menempelkan kepala di Hwang itu didadanya yang bergemuruh hebat.
Hyunjin cuman bisa mengucapkan kata maaf sambil meremat kaos tidur belakang Felix sambil terisak.
Sudah yang keberapa ini Felix membuat Hyunjinnya menangis— mungkin tidak terhitung, begitu sebaliknya. Maka malam ini mereka menangis bersama menyelesaikan masalah yang dihindari dari awal kehadirannya.
Ditutup dengan Felix yang mengecup jidat Hyunjin pelan seraya berkata "Jangan menangis Hyunjinku— Jangan menangis"
—end.
Yeonjin mempuanyai book nya sendiri🙌🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENA
Short StoryArena punya Hyunjin dan Felix Just Oneshoot or Twoshoot Au 👄 kapalgetek ©