Hyunjin tidak pernah seputus asa ini. Ketika mimpi yang ia kejar malah membuat petaka.
Balapan dengan mobil berkecepatan tinggi di arena Sirkuit itu ia lokoni, malah membuatnya tak bisa lagi mengendalikan diri.
Kata dokter kemungkinan Hyunjin akan berjalan lagi adalah fifty-fifty. Maka dengan itu duduk pada kursi roda sebuah kafe di paris kala itu terasa berbeda.
Paris itu indah,
tiap kali Hyunjin berkunjung disela sela jadwalnya saat Turnamen kejuaraan.
Memakan Affogato. Menaiki kapal di sungai seine atau hanya sekedar meminum wine dengan rekan rekannya.
"bunda sudah mengatur jadwal control mu. Mulai besok dokter orthopedic dan Terapis khusus sendiri yang akan membimbing kamu"
Hyunjin mengangguk paham atas maksud sang bunda. Serentetan rangkaian agar ia bisa jalan sudah didepan mata padahal dua bulan yang lalu masih baik baik saja dirinya di korea.
ya itu sebelum kecelakaan fatal itu terjadi dengan hebatnya.
"Hyunjin, mau pulang sekarang"
Sebenaranya Hyunjin pun enggan pulang, masih mau menikmati mentari terbenam dengan bias senja yang menawan. Tapi tatapan dari orang orang karena ia memakai kursi roda membuatnya lama lama jengah juga. Maka satu keputusan.
"iya bun, pulang aja"
Dengan serangkaian jadwal pemeriksaan mulai dari tonus, kekuatan, pola sinergis, reflex otot dan lainnnya ada didepan mata Hyunjin sekarang.
Maka yang mulai dilakukan sebagai awalan adalah Pemeriksaan motorik yang akan dibantu terapis guna mengetahui ada atau tidaknya gangguan pergerakan saat dirinya melakukan aktifitas.
"Selamat Siang Tuan, Saya Felix Lee. Dokter Dupont adalah pimpinan orthopedi. Saya terapis yang akan mebimbing Tuan kedepan"
Ah Hyunjin paham.
Felix itu membungkuk hormat padanya. Hyunjin cuman diam tidak bergeming. Setelah Ia dalam keadaan telentang. Separuh badannya tak bisa digerakkan.
"Baik. Tuan Hyunjin Bebeapa pemeriksaan dan jadwal anda akan saya tangani dan dipandu oleh saya sendiri. Untuk tahap awalnya kita lakukan tes refleks ya—"
Hyunjin mengangguk pada bantal. Tanda ia mengerti.
Kemudian Felix si Terapis muda itu lagi menjelaskan Tes refleks yang merupakan informasi penting aka sangat menentukan maka dari itu penilaiannya harus tepat dan secara banding antara kanan dan kiri.
Disamping itu posisi anggota gerak harus sepadan pada waktu perangsangan dilakukan. Nah Tes reflek sendiri yang dilakukan Hyunjin meliputi reflek patologis dan reflek fisiologis. Untuk reflek patologis bertujuan untuk mengetahui apakah reflek tersebut yang sudah hilang muncul lagi.
Reflek Patologis yang meliputi Babinsky dengan cara memberikan goresan pada telapak kaki bagian lateral yang sakit, reaksi yang terjadi adalah ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari-jari kaki yang terjadi.
Saat Felix memberi sebuah rangsangan tidak dengan benda tajam tentunya. Hyunjin cuman diam. Ia tidak merakan apa apa pada telapak kakinya.
"Tidak ada rasa" Hyunjin berkata pelan.
Terapis itu mengangguk paham. Mencatat dengan telaten dan melanjutkan pemeriksaan.
"Gak nyeri?" Tanya Felix kemudian.
Dan Hyunjin hanya bisa menggeleng. Logat yang diberi dalam mereka berkomunikasi mudah sekali ia pahami.
"Kapan jadwal selanjutnya agar saya bisa berjalan"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARENA
Short StoryArena punya Hyunjin dan Felix Just Oneshoot or Twoshoot Au 👄 kapalgetek ©