Chapter 6

1.1K 19 0
                                    

Kedua pasangan suami-istri itu langsung menghentikan pertengkaran mereka dan saling menatap satu sama lain.

"Siapa tuh?"

"Mana gue tau! Lo buka pintu nya Van!"

"Enggak mau, lo aja!"

"Enggak, gue enggak pinter ngeles, kalo lo kan pinter" sindirnya

"Gue emang pinter ngeles, tapi gue bukan anak manjaaaa"

"Lo!"

"Apa?! Lo duluan yang mulai!"

TOK TOK TOK

Suara ketukan pintu kembali terdengar, akhirnya Rayendra dan Vania beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu.

Setelah pintu terbuka, mereka melihat ibu Rayendra yang tengah menatap mereka berdua dengan penuh tanda tanya.

"Kenapa kalian teriak-teriak?"

"Kami enggak teriak-teriak kok ma" jawab Vania lembut sambil tersenyum

"Iya kah? Suara kalian sangat terdengar di luar loh? Kalian ribut?"

Rayendra mencoba mencari cara agar ibunya tidak tahu pertengkaran mereka tadi. Sepertinya hanya inilah satu-satunya yang bisa dia katakan.

"Kamar ini enggak kedap suara kah ma?"

"Enggak nak"

"Harusnya mama pesan yang kedap suara, soalnya tadi itu kami ribut karena Rayen mau minta sesuatu sama Vania, tapi Vania enggak mau auh"

Rayendra menatap Vania tajam. Perempuan itu memang benar-benar membuatnya kesal. Vania saja tidak membantunya beralasan, tetapi masih saja berani mencubitnya.

"Nak, jangan bicarakan tentang hal lain. Kalian kalo bertengkar selesaikan baik-baik ya. Vania malu tuh karena Kalian bongkar pertengkarannya"

Sepertinya memang iya jika Vania malu karena pipi perempuan itu tiba-tiba memerah. "Iya ma, sepertinya dia emang malu. Kami masuk lagi ya ma, bye-bye"

Setelah menutup pintu, Vania dengan cepat mengambil bantal lalu melemparkannya tepat di wajah Rayendra.

Tentu saja Rayendra merasa kesal, dia menatap Vania seolah-olah ingin membunuh perempuan itu. "Kenapa lo?!"

"Gue kenapa? Lo enggak waras Ray! Bisa-bisanya lo pakai alasan itu! Lo mau ngejelekkin gue?!"

"Ya! Gimana lagi? Lo aja enggak ada ngeles sedikit!"

"Jangan pakai alasan itu juga! Aish gue mau pulang sekarang aja!"

Vania langsung berlari menuju kamar mandi meninggalkan Rayendra yang hanya menarik nafasnya melihat tingkah Vania, tetapi jika di pikir-pikir lucu juga.

"Dia malu? Lucu juga"

"Apa yang gue pikirin sih?!"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Wow! Rumah Rayendra benar-benar sangat besar dan juga minimalis. Apakah laki-laki itu setiap hari tinggal di rumah sebesar ini? Apa jangan-jangan.....

Jangan-jangan Rayendra sering membawa wanita dan melakukan hal berzinah.

"Ini beneran rumah lo?"

"Iyalah! Lo pikir rumah siapa?!"

"Sebentar, lo tinggal di sini sendirian. Eh eh eh, sepertinya bukan sendirian, tapi lo pasti sering ngajak cewek kesini lalu...."

Sebelum melanjutkan perkataannya, Vania duduk di sofa empuk milik Rayendra yang sekarang juga sudah menjadi miliknya.

"Lalu apa hm?"

Once We Get Married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang