Chapter 11

841 9 0
                                    

Tidak terasa apa-apa di tubuhnya, Vania membuka matanya lalu melihat ke depan. Ada Rayendra bersama anak kecil laki-laki tadi dan ayah dari anak itu di tangkap oleh polisi.

"Lo enggak apa Van?"

Vania langsung memeluk Rayendra dengan erat sambil menangis terisak-isak. "Ray hiks-hiks-hiks, gue hampir mati hiks-hiks-hiks"

"Lo enggak bakalan mati kok"

"Gu-gue enggak tau kalo lo enggak dateng ke sini. Apa yang terjadi sama gue? hiks-hiks-hiks"

"Shut, tenang ya, gue udah disini"

"Gu-gue"

Vania pingsan di pelukan Rayendra. Dengan cepat Rayendra menggendong Vania untuk membawa Vania ke rumah sakit.

"Kak, boleh aku ikut"

"Ya"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Begitu ia membuka matanya, Vania melihat ke samping kanan dan kiri. Sepertinya ia berada di rumah sakit, tetapi ia tidak melihat Rayendra sama sekali.

Vania mendudukkan dirinya sambil menarik nafasnya pelan. "Huft, Tuhan terimakasih, engkau masih memberikanku kesempatan untuk hidup"

"Tidak berterimakasih padaku?"

Suara itu? Suara itu adalah suara Rayendra. Vania menoleh ke samping dan melihat Rayendra yang tengah menatapnya dengan lekat sembari memegang nampan berisi makanan dan air minum.

Laki-laki itu menghampiri nya lalu duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang rumah sakit. "Lo udah sadar, ini minum lah dan makanlah"

"Taruh aja dulu"

"Okey"

Vania menyadari sesuatu, ia tidak melihat anak kecil laki-laki tadi. Dimana dia?

"Dimana anak kecil itu? Bagaimana keadaannya?"

"Yang jelas keadaannya lebih baik daripada lo"

"Syukurlah"

"Mama sama papa bakalan jenguk lo, tapi enggak tau kapan. Gue juga udah minta cuti sama pihak perusahaan lo"

"Cuti? Gue baik-baik aja Ray"

"Mana ada baik-baik, lo aja tadi nangis terisak-isak"

"Gue...."

"Apa?! Masih mau ngelak lagi? Lebih baik lo istirahat di rumah"

"Ya, terserah lo aja"

"Sekarang makanlah"

"Nanti aja, oh ya, gimana keadaan nya ibu anak itu?"

"Dia meninggal karena kehabisan darah"

"Astaga, coba aja gue lebih cepet. Pasti enggak bakalan meninggal" ujarnya sedih sambil menundukkan kepalanya

Rayendra yang melihat hal itu memegang dagu Vania dengan lembut lalu menaikkannya agar Vania menatap dirinya.

"Ini bukan salah lo, ini udah kehendak Tuhan. Kita manusia enggak bisa berkata apa-apa"

"Sekarang anak itu yatim-piatu, gue mau adopsi dia"

"Apa?! Lo serius?!"

"Serius, gue enggak mau dia hidup gelandangan dan hidup trauma. Gue mau dia hidup seperti anak pada umumnya"

"Oke, serah lo aja"

"Gue bukan minta persetujuan lo, gue cuman bilang aja ya! Kalo lo enggak setuju, gue juga bakalan tetep bawa dia kok"

Once We Get Married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang