Bab 10

16.5K 631 4
                                    

༶•┈┈⛧┈♛


Tap.. Tap.. Tap

Suara langkah sepatu menggema di sepanjang lorong yang berhiaskan permata di setiap sudutnya.

Seluruh maid di sepanjang lorong tersebut tertunduk mendengar sang pemilik sepatu semakin mendekat.

Tidak ada yang berani mengangkat kepala mereka, kala siluet dari sang pemilik sepatu semakin terlihat jelas.

Hening

Namun tiba-tiba--

Klontang

Suara nampan terjatuh berhasil membuat langkah kaki itu terhenti.

Seorang maid yang berusia cukup muda, menundukkan kepalanya dalam, tangan itu bergetar hebat kala cengkramannya pada sebuah nampan terlepas.

Pria dengan perawakan tinggi di balut jas hitam yang melekat pada tubuh kekarnya, melirik maid muda tersebut dengan tatapan tajamnya.

Maid yang menjadi atensi dari pria tersebut, mendadak merasakan hawa dingin di sekitarnya. Peluhnya mengucur deras kala mata elang itu tidak beralih darinya.

" Lain kali hati-hati, saya tidak mau kejadian ini terulang lagi ", singkat, padat dan jelas, namun mampu membuat maid tersebut kehilangan oksigen di sekitarnya.

" B.. Baik Tuan maafkan saya ", gugup maid tersebut semakin menundukkan kepalanya dalam.

Pria yang di panggil Tuan tersebut, tidak menghiraukan ucapan maid muda itu. Dengan angkuh, sang Tuan melanjutkan langkah kakinya meninggalkan lorong tersebut.

Semua orang tertegun.

Tidak ada bentakan apalagi aura mencekam.Walaupun suara Tuannya masih terdengar tegas dan datar, tapi tidak ada kesan membunuh seperti biasanya.

' Apakah ini keajaiban ', pikir mereka

Bruk

Tubuh maid tersebut meluruh ke lantai, kakinya terasa seperti jelly, kala Tuan mereka berlalu memasuki kamar pribadinya.

" Desi kamu tidak apa-apa ? ", tanya salah seorang maid paruh baya, memegang pundak maid muda yang tampak tertekan itu.

Desi itulah namanya, tubuhnya meluruh ke lantai dengan sempurna, seakan tenaga dalam tubuhnya terkuras habis hanya dengan tatapan elang itu.

" Tidak apa-apa Bibi Dahlia, aku hanya merasa syok tadi ", balas Desi pelan, kala merasakan tubuh mungilnya di papah berdiri oleh Bibi Dahlia.

" Desi, bagaimana bisa kamu melakukan kesalahan seperti tadi ? ", tanya Bibi Dahlia khawatir.

" Aku juga tidak tahu Bi, tiba-tiba saja saat Tuan melewatiku tadi, tanganku mendadak lemas, hingga tanpa sadar menjatuhkan nampan itu ", tunduknya dalam merasa bersalah.

" Ceroboh sekali "

Tuk

" Aduh sakit Bi ! ", jerit Desi pelan mendapat jitakan penuh kasih sayang dari Bibi Dahlia.

" Rasakan itu, untung saja Tuan dalam mood yang baik, jadi beliau tidak menghiraukan kesalahanmu hari ini ", tutur Bibi Dahlia yang di balas anggukan lemah oleh Desi.

" Tapi Bibi, tidak biasanya Tuan begitu baik, apa ada suatu hal yang terjadi ? ", tanya Desi penasaran, melihat mood sang Tuan yang sangat baik hari ini.

" Entahlah mungkin karena Nona, setiap kali ada perubahan pada diri Tuan pasti berkaitan dengan Nona ", jawab Bibi Dahlia.

" Tidak ada yang bisa mengendalikan emosi Tuan kita selain Nona, dia adalah permata keluarga ini ", ucap Bibi Dahlia menerawang jauh.

Second Chance (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang