Tepat pukul tiga pagi Gus Haidar bangun dari tidurnya, ia bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan segera melaksanakan ibadah sholat tahajud.
Setelah selesai sholat, Gus Haidar berdzikir, dilanjut dengan murojaah hafalannya.
Setelah selesai, ia beranjak, melipat sajadahnya dan menyimpannya agar rapi dan bisa dipakai kembali. Gus Haidar berjalan ke arah kasur, tangannya masih memegang tasbih, ia lalu mendudukkan dirinya di kasur, bibirnya tersenyum, matanya terus saja memandangi tasbih yang berada dalam genggamannya.
Senyum di bibir Gus Haidar perlahan memudar karena ia merasa tidak asing dengan butir-butir tasbih yang ia pegang, butir-butir tasbih tersebut berwarna coklat, sangat mirip dengan yang dia punya, bedanya punya Gus Haidar tidak memiliki corak putih.
Tasbih yang kini di pegang Gus Haidar butir-butirnya mirip tetapi berbeda sebagian kecil memiliki corak putih, dan bagian lainnya tidak, tetapi sama-sama berwarna coklat. Gus Haidar mencoba untuk mengingat-ingat tentang tasbih yang pernah ia berikan pada seseorang.
"RARA!"
Satu nama berhasil diucapkan Gus Haidar sebelum akhirnya terdengar adzan subuh berkumandang. Gus Haidar memijat pelipisnya yang terasa sedikit pusing sebelum bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan segera melaksanakan sholat subuh. Kali ini ia tidak pergi ke masjid, ia memilih untuk sholat sendiri di kamar karena ia merasa sedikit pusing, pikirannya saat ini tidak karuan.
Setelah selesai, Gus Haidar berdzikir, membaca Al-Qur'an sampai matahari terbit.
Selesai dengan membaca Al-Qur'an nya, Gus Haidar kembali menyimpannya dengan hati-hati, melipat sajadahnya dan disimpan kembali.
Gus Haidar beranjak keluar dari kamar. "UMI!" teriak Gus Haidar saat sampai di lantai bawah, ia mencari umi Sarah.
Tidak mendengar adanya respons, Gus Haidar celingak-celinguk mencari keberadaan ummi Sarah dan abah Ahmad, tetapi tidak menemukan, 'Mungkin keluar mempersiapkan acara nanti," pikirnya.
Gus Haidar keluar dari ndalem untuk melihat apakah persiapan untuk acara pembagian raport sudah siap.
Gus Haidar menemui Kang Sholeh, salah satu orang yang ia percayai dan ditugaskan untuk mempersiapkan acara ini, Gus Haidar bertanya, "Assalamualaikum Kang, gimana persiapan untuk acara nanti?"
Kang Sholeh menunduk. "Waalaikumsalam Gus, Alhamdulillah semuanya sudah siap, tinggal nunggu acaranya dimulai."
•••
Tepat pukul 08.00 acara dimulai, para santri sudah berkumpul termasuk santri yang mengikuti tahfidz.
Tidak lama kemudian keluarga ndalem, dan para asatidz, asatidzah datang memasuki aula, tempat acaranya berlangsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Cinta Haiza (On Going)
Teen Fiction[Follow dulu sebelum baca] ❌ DILARANG PLAGIAT ❌ Khanza Nazilla Almaira, gadis cantik nan dingin pada lawan jenis, si penyuka jambu air, salah satu santriwati dari pesantren Al-Fatah. Suatu hari, ia tidak sengaja menabrak seorang pemuda yang ternyat...