TASBIH CINTA HAIZA 15

178 20 3
                                    

Halo, assalamulaikum.
Sebelum baca lebih baik follow dulu akun ini @pecinta_sadend dan akun tiktok Wp.pecinta_sadend, serta vote, komennya 😁

Aku mau mengingatkan bahwa cerita yang aku buat FIKSI atau KHAYALAN.

Ambil baiknya buang buruknya.
Happy Reading!


"Kekuranganmu akan saya sempurnakan dengan kelebihan saya, begitu sebaliknya. Kelebihanmu akan menyempurnakan segala kekurangan saya, sehingga tercipta rumah tangga yang Sakinah mawaddah warahmah."
-Muhammad Haidar Al-Fatah

•••

Suasana sebuah rumah di belakang aula pesantren tampak ramai, sedari beberapa waktu lalu, terdengar suara canda tawa beberapa perempuan. Rumah yang dimaksud tak lain dan tak bukan adalah rumah Khanza dan Gus Haidar yang saat ini kedatangan para sahabat Khanza ketika di asrama.

"Gimana rasanya jadi istri Gus Galak, Za?" tanya Nayla.

"Hus, nanti orangnya dengar!" Aisyah menepuk lengan Nayla.

Nayla terlihat panik. "Tenang, Gus Haidar lagi keluar kok," ucap Khanza, tertawa melihat ekspresi panik sahabatnya, "panik banget."

Mendengar kalimat terakhir Khanza, Shanum, Aisyah, dan Nayla ikut tertawa.

Nayla bernapas lega. "Jadi apa jawabannya?"

Khanza mengerutkan keningnya sebelum akhirnya mengerti. "Gus Haidar aslinya nggak galak tau, tapi malah sebaliknya, beliau nggak seperti yang orang-orang lihat. Dan aku beruntung banget bisa dipertemukan dan nikah dengan beliau."

"Iya, abang itu di luar kaya singa, tapi aslinya kaya kucing," ucap Shanum.

Lagi-lagi Khanza dan para sahabatnya tertawa.

"Jadi kapan nih kita punya ponakan?" celetuk Nayla tiba-tiba sambil menaik-turunkan alisnya.

Khanza malah tersenyum malu-malu, pipinya kini sudah seperti kepiting rebus. "Ituan aja belum," batin Khanza.

"Sudahlah, jangan digoda terus Khanzanya!" ucap Aisyah menengahi.

Tak terasa hari sudah mulai sore, para sahabat Khanza memutuskan untuk pamit pulang.

"Kami pulang dulu ya, Za," ucap ketiganya serentak. "Pesan ponakannya, jangan lupa," celetuk Nayla.

Shanum menyenggol lengan Nayla. "Kamu kira Khanza jualan!" ujarnya.

Nayla meringis, menampakkan deretan gigi putihnya, tangannya menggaruk tengkuknya yang tertutupi oleh hijab.

Khanza, dan Aisyah menggelengkan kepalanya, melihat tingkah random sahabatnya itu.

"Ya sudah kita pamit, Za. Assalamualaikum."

Khanza mengangguk, "Waalaikumsalam, hati-hati pulangnya." ujar Khanza yang diacungi jempol oleh ketiga sahabatnya.

•••

Nayla dan Aisyah kini berjalan beriringan melewati tempat-tempat di area pesantren yang dulunya menjadi tempat dimana mereka menghabiskan waktu bersama para sahabat-sahabatnya. Melihat sekeliling pesantren yang nampak tidak berubah. Para santri berlalu lalang, duduk bersama, berbincang-bincang, melihat itu mereka berdua menjadi dejavu. Mereka hanya berdua, karena Shanum telah pamit terlebih dahulu, katanya ada urusan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tasbih Cinta Haiza (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang