18. I'm Back

471 42 0
                                    

'And you play your twisted little game, but I know in a way. You need to complicate.'

-Sleep Token-

***

Shit! Shit! Shit!

Sekitar pukul sembilan lewat lima belas pagi, Alexia baru tiba di halaman parkir Lee Valley dan nyaris membentur mobil lain. Dia menghela napas kasar begitu memastikan tidak ada jejak yang ditinggalkan di bagian belakang mobil sedan sisi kanan Mercedes kesayangannya. Sungguh dia tidak dalam suasana hati yang begitu baik bila harus tersandung masalah karena mobil lecet.

Buru-buru dia keluar seraya menarik koper peralatan skating di bangku belakang. Sesaat kemudian dia mengumpat manakala bagian roda koper menginjak kakinya.

Fuck!

Kesialan ini tidak bakal datang jikalau Alexia tidak bangun kesiangan. Tidak! Ini bukan sepenuhnya salah Alexia. Dia berani membantah sebab Thomas baru memberi kabar berisi jadwal latihan sekitar pukul sebelas malam, di mana Alexia sudah terbuai mimpi. Bukan salah Alexia juga bila terlambat karena jarak kediamannya ke Lee Valley agak jauh. Dan bukan salahnya jika harus terjebak macet akibat ada insiden mobil terbalik setelah tergelincir oleh jalanan ditumpuki salju.

Begitu masuk, dia disambut sosok Ryder yang baru menyelesaikan pemanasan kemudian berkacak pinggang ketika Alexia melewatinya menuju ruang ganti. Tanpa senyum.

Ryder hendak melayangkan ejekan tapi urung dilakukan ketika menangkap aura Alexia sangat berbeda dari biasanya. Tatapan sinis gadis itu menunjukkan bahwa dia tidak mau disalahkan atas keterlambatannya yang hampir satu jam. Bisa jadi, cara pandang Alexia menyiratkan orang lain agar tidak mengajaknya bicara barang satu kata pun. Meski sekadar basa-basi.

Tak lama Thomas datang membawakan tiga gelas kopi dan menyuruh Ryder segera turun ke arena seluncur. "Kau sudah pemanasan?"

Ryder melenggut, melepaskan hard guards hitamnya. "Ya."

"Kau tahu? Aku senang sekali akhirnya kalian akur dan well ... kata Lexi, lompatanmu jauh lebih bagus," puji Thomas bahagia seraya meletakkan minuman tersebut di atas kursi penonton. "Aku tidak akan mengungkit masalah di antara kita berdua."

"Benar, kecuali kau tiba-tiba melaporkannya pada ayahku," cibir Ryder mengenang betapa panas dan nyeri tamparan Lucas. "Sorry, harus kuakui aku sedikit tak terkendali, Tom."

"Aku juga minta maaf membuat Lucas turun tangan menangani masalah ini," ujar Thomas tersenyum masam. "Oke, coba perlihatkan hasil latihanmu. Hei, apa Lexi sudah datang?" tanyanya mengedarkan pandangan.

"Sudah," jawab Ryder memasuki area seluncur. "Saranku, jangan marahi dia. Sepertinya dia sedang badmood daripada kau dilempar sepatu."

Thomas memutar bola mata seraya menghela napas kasar. Hari-harinya selalu diuji kesabaran menghadapi suasana hati yang tidak bisa ditebak, baik dari Alexia maupun Ryder.

Setelah Ryder menemukan ketenangan diri, giliran Alexia yang tantrum seperti bayi. Dia bertanya-tanya apalagi yang menimpa gadis pirang itu?

Kaki Ryder meluncur begitu luwes seraya mengitari arena lebih percaya diri daripada sebelumnya. Jauh dan jauh lebih baik daripada awal pertemuan yang benar-benar memalukan. Dia lebih bebas seakan-akan beban yang mengganggunya kemarin menguap tanpa bekas. Kakinya meliuk-liuk melakukan backwards diselingi crossover membentuk lingkaran dilanjut angka delapan lalu berputar sebentar tuk menyelesaikan axel pertama.

Tease Me, Baby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang