50. Arguing Makes No Sense

274 23 2
                                    

'You're mine, and I'm your, and we should stop fighting it.'
-April Jai-
***

"Hei, Beautiful," sapa Drew begitu Alexia mendatanginya dan dirangkul mesra."Untukmu," imbuhnya menyambar sebuket bunga mawar merah dari atas meja dan menyodorkannya kepada Alexia.

"Wow, terima kasih banyak, Drew," ujar Alexia mengendus kelopak-kelopak indah tersebut.

"Sama-sama." Drew menarik kursi dan menyilakan gadis itu duduk.

"Ya ampun ..." Alexia mendudukkan diri di sana. "Kau masih sama seperti dulu, begitu perhatian."

"Well ... hanya padamu aku seperti ini," tandas Drew mendaratkan pantat di kursi yang berhadapan dengan Alexia. Dia tergelak mendapati ekspresi Alexia tampak tak nyaman. "No, aku hanya bercanda. Jadi, apa kabar, Lex?"

"As you see, I'm fine," jawab Alexia. "Kau sendiri?"

"Yeah, pretty good. Aku senang berjumpa denganmu lagi, Lex," ungkap Drew. "Omong-omong, rekomendasimu bagus." Dia mengedarkan pandang menilai interior kafe ini.

Alexia terkekeh dan tidak sengaja bertemu tatap dengan Mia. Dia mengangkat sebelah tangan, membalas sapaan penggemarnya. Tak lama pelayan berambut keriting itu bergegas menghampiri Alexia sembari membawa buku menu. "Hei, Mia."

"Hei, Lex. Ya ampun, sudah lama tidak bertemu denganmu, Darling," ujar Mia. "Aku turut bersedih atas apa yang menimpamu, Sayang, dan ingin rasanya aku melempar kopi panas ke muka Thomas."

"Haha ... sudahlah. Yang terpenting aku masih di sini."

"Tentu. Kau harus di sini karena aku menjadi orang terdepan yang berteriak untukmu saat turnamen, Lex!" Mia menyodorkan menu kepada Drew juga Alexia.

"Aku ingin jus jeruk dan ... burger. Classic beef burger."

"Burger adalah sahabat terbaik selama akhir pekan." Mia tersenyum lebar sembari mencatat. "Dan Anda, Tuan Tampan?"

"Samakan saja dengannya, Nona Manis," tandas Drew mengerlingkan sebelah mata.

"Oke. Akan kuberikan tambahan Cannoli vanila untuk kalian berdua," ujar Mia. "Itu traktiran dariku, guys. Mohon ditunggu."

Setelah Mia melenggang pergi, Alexia berucap, "Sebelumnya sorry, Drew, beberapa hari ini aku menginap di tempat Ryder dan jarang membuka notifikasi ponsel."

"It's Okay. Apa kau berkencan dengannya?" Drew melontarkan pertanyaan yang langsung membungkam Alexia beberapa saat. Lelaki bermata biru tersebut menaikkan sebelah alis menangkap ada keraguan besar menggelayuti benak Alexia.

"Secara teknis ya, tapi..." Alexia menunduk sembari menggeleng pelan. "Entahlah."

"Entahlah?" Drew menelengkan kepala. "What do you mean? He loves you, doesn't he?"

"Yeah. Hanya saja ... ada beberapa hal yang membuatku meragukannya, Drew. Masa lalunya terutama," ucap Alexia melipat tangan di atas meja. "Terkadang aku berpikir, apakah yang dia rasakan itu nyata sementara ... kisah cintanya bersama Cherry—"

"Kekasihnya yang meninggal karena kecelakaan motor?" Drew menegaskan sosok mendiang Cherry yang dibalas anggukan.

"Semua orang begitu mengagumi mereka, Drew. Aku merasa tidak pantas dan tidak pernah yakin cinta Ryder telah selesai dengannya," sambung Alexia. "Aku tahu Ryder sudah membuktikan segalanya padaku, cuma aku ... aku ragu. Setiap kali ingin membalas perasaannya seperti ada sesuatu yang mengingatkanku kalau komitmen itu menakutkan. Bagaimana menurutmu?"

Tease Me, Baby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang