Malam pun semakin larut dan udara malam ini terasa begitu dingin, Dunk tampak menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.
Disisi lain Joong terbangun dari tidurnya lalu mendudukan dirinya dan menatap dalam kearah Dunk yang masih tertidur di kasur samping kirinya.
Joong turun dari kasur miliknya lalu beranjak menuju lemari belajarnya, Joong mengambil sebuah botol kaca berwarna coklat tua lalu ia mengambil selembar tissue yang tak jauh dari dirinya.
Kemudian Joong menuangkan cairan itu di tissue yang ia ambil sebelumnya dan setelah memastikan jika cairan itu cukup membasahi tissue ia segera beranjak menuju kasur milik Dunk.
Dengan pelan namun pasti Joong menempelkan Tissue itu di hidung Dunk selama beberapa detik saja kemudian Joong mulai menggoyangkan tubuh Dunk seolah ia tengah mengecek apakah Dunk masih dalam keadaan sadar atau sudah cukup lelap di dalam tidurnya.
Yup, Joong sudah 3 Bulan ini sering melakukan ini pada Dunk dan cairan yang Joong tuangkan adalah sebuah bius dengan dosis yang cukup rendah.
Joong melakukan itu karena ia selalu ingin tidur dan dekat dengan Dunk namun Joong begitu takut jika Dunk menolak dan menyuruhnya pergi.
"Baby sayang... kenapa kau harus pulang hmm?" tanya Joong pada Dunk yang kini sudah tak sadarkan diri.
Joong beranjak mendekati Dunk dan menarik tubuh Dunk kedalam dekapannya, Joong beberapa kali mengecup dan mengendus area rambut Dunk yang terasa begitu memabukkan untuk Joong.
"Dunkie... I really Obsese with u baby...." ucap Joong dengan nada rendah seraknya itu.
"Fuck... andai aku bisa mengurungmu dan memilikimu seutuhnya sayang...." lagi-lagi Joong bergumam sambil mengeratkan pelukannya.
Joong mulai sedikit merenggangkan pelukannya dan mulai memposisikan wajahnya dekat dengan wajah damai Dunk yang tampak begitu cantik, imut dan seksi.
Joong tampa membuang waktu langsung mengecup area mata, hidup, pipi dan bibir manis milik Dunk.
CUP
CUP
CUP
CUP
CUPTak sampai disitu Joong semakin fokus dengan bibir merah Dunk yang sangat membuat candu dirinya, Joong mulai melumat bibir Dunk dan menekan tengkuk Dunk agar lumatannya semakin dalam.
Joong melepaskan bibir itu dan merasa begitu puas melahap bibir kesukaannya itu, Joong tersenyum sambil mengusap pelan bibi Dunk yang sudah basah akibat dirinya denga senyuman devil yang terus terpasang di wajahnya.
"Dunk aku tidak akan pernah melepaskanmu bahkan jika perlu membunuh seseorang yang berusaha mendekatimu maka akan aku lakukan" ucap Joong dengan begitu menyeramkan.
Tindakan Joong ini hampir ia lakukan setiap hari pada Dunk dan oleh sebab itu Dunk selalu merasa tubuhnya sakit dan lemas karena obat bius yang Joong berikan padanya.
Malam semakin larut membuat kedua manusi itu semakin mengeratkan pelukan mereka, bahkan kini Joong sudah memasukkan telapak tangannya kedalam kaos Dunk.
Tangan Joong mengusap pelan area pinggang Dunk dan hal itu berhasil membuat tubuh Dunk menghangat.
Joong menarik tangan Dunk untuk ia masukkan kedalam kaos nya dan kini tangan Dunk sudah berada di atas perut sixpack milik Joong.
"Aku menyukai lekuk tubuhnya Dunkie.. dan aku selalu menyukai posisi ini" ucap Joong pelan.
Joong sedikit terkejut dengan pergerakan Dunk yang langsung menelusupkan kepalanya di leher Joong.
"Apa dia sudah sadar? Apa bius ku terlalu sedikit?" Batin Joong panik.
Joong berhenti mengusap pinggang Dunk dan hanya terdiam menunggu apakah Dunk akan terbangun dari tidurnya.
Namun yang Joong dapati ialah Dunk semakin menyamankan posisi tidurnya, Dunk semakin menenggelamkan kepalanya di leher Joong hingga terasa bibir Dunk menyentuh kulit leher Joong.
Tak hanya itu Dunk juga mengeratkan pelukannya serta kini tangan Dunk tak lagi berada di area perut Joong melainkan berada di dada bidang milik Joong.
"Aaahhhss fuckk Dunkie.. kau membuat ku semakin mabuk dengan sentuhan ini" decak Joong di dalam hatinya.
Joong berusaha keras tak menerkam Dunk saat ini juga dan ia juga berusaha untuk tak mengeluarkan suara apapun dari mulutnya.
"Nghhh Mamii mau puk puk agiii" Ucap Dunk yang masih menutup matanya.
Joong kembali mengelus pinggang Dunk seperti semula dan tampak Dunk begitu menikmati elusan Joong karena kini Dunk kembali mendengkur pelan.
"Hufttt tahan Joong... kau akan memilikinya nanti" lagi-lagi Joong membantin dan kemudian ia ikut tertidur berasama Dunk.
****
Besok paginya tampak Dunk bangun dengan keadaan terkejut pasalnya alarmnya berbunyi cukup keras di samping kasurnya.
Dunk melihat jam di hpnya lalu menoleh kearah kasur milik Joong yang sudah kosong dan rapi.
"Apa dia ada kelas sepagi ini?" Ucap Dunk dengan wajah bantalnya itu
Dunk langsung turun dari kasurnya dan tak lupa membereskan kasurnya, Dunk mulai melanjutkan aktifitasnya seperti biasanya.
"Morning..." sapa Joong saat ia memasuki kamar.
"Dari mana saja Joong?" Tanya Dunk sambil memasukan beberapa buku dan cat lukis kedalam tasnya.
"Membelikan sarapan untukmu" ucap Joong dengan senyuman hangatnya.
"Wahh terimakasih sahabat tampan ku...." ucap Dunk senang sambil mendekati Joong yang tengah membuka makanan di meja makan.
"Loh kok cuman satu? Joong gak makan?"
"Tidak, tadi buburnya cuman satu jadi buat Dunkie aja" ucap Joong sambil mengusap kepala Dunk.
"No... no.... Joong harus makan juga! Sini duduk biar Dunk suapin" ucap Dunk galak menyuruh Joong duduk di kursi samping dirinya.
Joong tampak menjawab langsung duduk dan menurut apapun yang Dunk perintahkan padanya.
"Sekarang Aaaa.... buka mulutnyaaa" ucap Dunk sambil menyuapi Joong.
"Pinternyaaa temen Dunk ini..." ucap Dunk seolah ia menjadi seorang ibu bagi Joong sedangkan Joong begitu menahan gemasnya pada Dunkienya ini.
Dunk juga memasukkan bubur kedalam mulutnya dan ia kembali menyuapi Joong dan begitu lah seterusnya hingga bubur itu habis.
"Mau ku antar?" Tawar Joong saat ia melihat Dunk mengambil beberapa buku.
"Tidak perlu Joong aku berangkat sendiri.. kau istirahatlah nanti kita bertemu lagi" ucap Dunk sambil beranjak keluar kamar meninggalkan Joong.
"Aku sudah tidak tahan untuk memilikimu Dunkie" ucao Joong sambil menatap dalam kepergian Dunk
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNK MY MINE
FanfictionObses dengan teman kamar dan mencintai secara ugal-ugalan....