"Gue udah bilang buat langsung abisin aja mereka Joong!" Ucap Ohm dengan penuh amarah.
Pasalnya kini mereka tengah dilanda sedikit masalah akibat rival mereka yang dengan sengaja membakar gedung timur milik mereka.
Joong hanya berdiri sambil menyilangkan kedua tangan kekarnya itu di dadanya, raut wajah dingin dan aura mengerikam begitu terasa namun Ohm sudah biasa akan hal itu.
"Biarkan, kita lihat sampai sejauh apa permainan mereka" ucap Joong datar.
"Lo gila?! Gedung timur dibakar Joong.. DIBAKAR! Dan lo cuman diem aja, gitu?" Ohm semakin frustasi dengan jalan pikiran temannya ini.
"Lo tau kan kalau gue harus membalas dengan setimpal.. mata dibalas mata, mati dibalas mati"
"Terus lo mau apa? Lo nunggu gedung lainnya juga dibakar mereka?"
"Lo cukup perketat area Mansion lo dan lindungi orang-orang terdekat lo, urusan membalas biar gue yang turun tangan"
Mendengar hal itu Ohm sudah tak berani menjawab pasalkan jika Joong sudah mengatakan jika ia yang akan turun tangan sendiri maka pembalasan akan jauh lebih parah dibanding isi fikirannya saat ini.
"Gue cuman butuh lo kirim beberapa anak buah kearea gue sama Dunk tinggal.. dan gue mau zona hijau selalu siap"
"Gue gak bisa jamin apapun kedepannya cuman Dunk harus aman, itu prioritas gue" imbuh Dunk sambil menatap dalam kearah Ohm yang hanya mengangguk faham.
Zona hijau yang di maksud ialah sebuah area yang bisa dikatakan sangat aman dikarenakan minimnya orang yang tau area itu bahkan penjagaan disana sangatlah berlapis-lapis.
"Gue cabut" Joong berjalan gagah keluar dari ruangan meeting.
Joong berjalan menuju ruangan dimana Dunk berada dan saat ia membuka pintu ia langsung melihat Dunk tertidur dengan begitu nyenyak di sebuah sofa.
Joong berjalan mendekati Dunk dan ia berjongkok mesejajarkan tubuhnya dengan wajah Dunk.
"Dunkie..." Joong membangunkan Dunk dengan suara yang begitu lembut sambil mengusap-usap pipi putih Dunk.
"Ngghh? Joong sudah kembali?" Tanya Dunk dengan suara paraunya dan ia kini sudah mendudukan tubuhnya.
Joong pun ikut duduk di samping Dunk sambil menyisir rambut berantakan Dunk.
"Dunk lapar? Mau makan sesuatu?" Tanya Joong pada Dunk yang masih mengumpulkan nyawa.
"Hmm Dunk mau Ice Cream..."
"No Dunk... Makan dulu baru kita beli ice cream" bujuk Joong.
"Okey... Dunk nurut sama Joong" ucap Dunk yang membuat hati Joong menghangat
Joong yang sudah bersiap untuk berdiri kembali duduk saat tangannya ditarik oleh Dunk.
"Kenapa Dunkie? Apa ada masalah?" Tanya Joong sambil menatap hangat Dunk.
"Joong menyukai Dunk?"
DEG
Joong tidak bisa menyembunyikan raut terkejut saat Dunk dengan spontan menanyakan pertanyaan itu.
"Joong... kenapa diam?" Dunk mencoba menyadarkan Joong yang masih menatap dirinya membeku.
"Dunk.. Dunk kenapa bertanya seperti itu?" Ucap Joong gugup sambil mengedarkan pandangannya kearah lain.
"Ponsel Joong penuh wajah Dunk.. bahkan Joong tidak mengirim pesan kesiapapun..." jelas Dunk membuat Joong merutuki kebodohannya memberikan ponsel pribadinya pada Dunk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUNK MY MINE
FanfictionObses dengan teman kamar dan mencintai secara ugal-ugalan....