21

1.7K 61 27
                                    

"Aku tiba tiba kepengen ketemu sama Raja. Kamu sibuk gak, besok?" tanya Marvin sambil menatap Alaska yang sibuk mencuci piring piring yang kotor.

"Hm, boleh." Marvin tersenyum senang, dia berlari kecil menghampiri Alaska dan memeluknya dari belakang.

"Makasih, Aka." Alaska mengangguk. Marvin masih betah pada posisinya, sedangkan Alaska tak mempermasalahkan bagaimana posisi mereka.

"Gimana kabar lu, Ja?" tanya Marvin dengan antusias. Sedangkan sosok yang ditanya hanya menatap kosong tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Marvin tak menghiraukannya, berbagai pertanyaan yang dimulai dari kesehatan, keseharian, antusias bertemu dengannya, anak yang dikandungnya dan sebagainya.

Raja tak menanggapi segala ocehan Marvin. Dirinya hanya menganggap ocehan Marvin seperti kaset yang rusak, yang hanya mengganggu pendengaran.

Raja bersyukur dalam hati, ketika seorang penjaga mengatakan waktu sudah habis. Tak ada ucapan selamat tinggal atau terimakasih pada Marvin dan Alaska, dirinya langsung pergi meninggalkan keduanya.

Disisi lain, Marvin merasa sedih. Tak mau terlalu larut, dirinya mengajak Alaska untuk pulang.

Selama perjalanan, Marvin cukup banyak bicara, sesekali juga dia membuat candaan. Alaska cukup menanggapi, tak jarang juga Alaska seperti Raja yang hanya menanggapi seadanya.

Satu jam perjalanan telah berakhir. Marvin yang sekitar 30 menit yang lalu terus berdiam diri memandang luar, sekarang dirinya tersenyum melihat hamparan pasir putih dan ombak ombak.

"Ayo keluar." Ajak Alaska. Marvin yang merasa diajak segera keluar dari mobil mengikuti langkah kaki Alaska.

Walaupun mereka tak bergandeng tangan, Marvin tetap semangat mengikuti Alaska.

"Kamu bisa lepas segala penat kamu disini. Mau teriak, silahkan. Disini juga sepi, aku sengaja cari pantai yang sepi." Jelas Alaska panjang lebar. Senyuman Marvin tak henti hentinya semakin lebar.

Dirinya merasa sangat senang dan bahagia. Ah ... tak pernah terbayang jika Alaska mengerti perasaannya, bahkan begitu mengerti.

Marvin menarik nafasnya dalam. Mengelus perutnya dengan pelan dan lembut. "sayang ... maafin papa, ya. Papa udah bodoh banget." Sebuah buliran bening menghampiri dan membasahi pipi Marvin.

Dengan segera dia menghapus dan menutup matanya, merasakan setiap hembusan angin yang begitu menenangkan, suara desiran ombak yang semakin membuat hati terasa nyaman.

"Tahun 2023 sudah mau berakhir. Aku berharap tahun 2024 akan menjadi tahun yang lebih baik daripada sekarang." Marvin menutup matanya, berkali kali berdoa berharap doanya terkabulkan.

Tak terasa sekitar 20 menit Marvin pada posisinya. Marvin menoleh ketika Alaska memanggil namanya.

"Ayo sayang, cepet! Aku ada urusan mendadak!" Teriak Alaska. Marvin mengeluarkan jempolnya tanda mengerti dan setuju.

Keduanya sudah berada di mobil. Selama perjalanan pulang semuanya berjalan baik baik saja.

"Aka, ayo cepetin mobilnya!" Pinta Marvin.

"Jangan sayang, nanti kita kenapa-kenapa." Sahut Alaska memperingati untuk tidak menjalankan mobil dengan kecepatan diatas rata-rata.

Hello i'm Jin, i'm worldwide handsome

Halo?

Sebuah suara lelaki yang tak dia kenal, membuat Marvin terkejut. Ponselnya terjatuh, semakin membuat Alaska kebingungan dengan Marvin.

"Aka, ngebut ... plis, Aka." Pinta Marvin dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Alaska menolak, namun Marvin terus bersikeras.

Alaska menarik nafas panjang, berdoa mereka selamat dari hal yang tidak diinginkan. Alaska mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi.

"Aka, cepetin lagi!" Pinta Marvin. Walaupun dirinya cukup takut, namun ini demi Raja. Dirinya harus sampai tepat waktu, apapun itu halangannya.

Waktu menjelang semakin malam. Karena jarak antara pantai dan lapas sangat jauh, membuat waktu yang dimakan sungguh banyak.

Alaska menurunkan kecepatan mobilnya karena akan menyalip sebuah mobil yang melintas, tanpa Alaska sadari jika didepan mereka terdapat sebuah truk yang berhenti tanpa menyalakan lampu resistor.

Alhasil, mobil yang ditumpangi Alaska dan Marvin benar benar menghantam dengan keras hingga bagian depan benar benar sudah tak berbentuk.

Kerusakan begitu parah antara keduanya. Masyarakat yang melintas segera memanggil polisi dan ambulance untuk menangani keduanya secara berlanjut.

Tak lama, mobil polisi datang beserta ambulance. Segera menangani Alaska dan Marvin yang sudah bercampur dengan darah dan luka yang dimana mana.


















Rumah sakit Beda Dimensi.

Jex dan Reksa juga Aksa yang mendengar bahwa menantu dan anak kandungnya kecelakaan segera datang ke Rumah Sakit Beda Dimensi.

"Gimana ceritanya Marvin sama Aska kecelakaan?!" tanya Aksa. Rambutnya semakin berantakan, tak jauh berbeda dengan pikirannya yang sudah kacau.

"Kata masyarakat, ada truk yang berhenti tapi gak nyalain lampu. Sempet mereka liat kalo mobil yang mereka tumpangi kecepatan di atas rata rata, tapi untung aja pas mau nyalip Alaska turunin kecepatannya." Jelas Reksa. Jex tak mampu membuka suaranya atau sekedar mengucapkan sepatah katapun.

Dirinya hancur melihat sahabatnya harus menjalankan segala operasi atau apalah untuk menyelematkan nyawa keduanya.

Beberapa jam berlalu, akhirnya operasi yang dijalankan pada Marvin telah selesai.

Dokter keluar dengan raut wajah yang seakan akan ingin mengatakan hal yang buruk.

"Pak, maaf. Nyawa pasien atas nama Marvin Draxen Aksara tidak dapat kami selamatkan. Juga pada bayi yang dikandung tuan Marvin harus gugur saat itu juga." Jex pingsan ditempat, Reksa syok sangat sangat syok. Dengan kedua tangannya yang menopang tubuh Jex yang tak sadarkan diri.

Reksa harus menguatkan dirinya sendiri. Aksa, dia berteriak sekeras-kerasnya.

"BAGAIMANA BISA DOKTER TIDAK BISA MENYELAMATKAN MENANTU SAYA?! SAYA AKAN BAYAR BERKALI-KALI LIPAT, ASALKAN DOKTER DAPAT MENYELAMATKAN MENANTU SAYA. JIKA ANAK SAYA DAPAT DOKTER SELAMATKAN, KENAPA MENANTU SAYA TIDAK BISA?!!" Raut wajah dan notasi nada yang Aksa keluarkan, jelas jelas menyiratkan rasa tidak terima dan kekecewaan yang begitu besar.

"Maaf pak. Hanya ini yang bisa kami lakukan. Tuhan punya rencana yang lain, pak." Dokter kemudian ijin pamit. Aksa memasuki ruangan dimana Marvin sudah terbujur kaku.

Dirinya merasa hancur, menantu kesayangannya harus terbujur kaku. Bagaimana jika Alaska sadar dari komanya dan melihat jika Marvin sudah tidak ada.










Pemakaman Marvin begitu menyakitkan. Aksa yang terus menangis melihat peti yang mengubur Marvin yang sudah dipanggil Tuhan.

"Reksa ... Marvin gak mungkin kan? Itu bukan Marvin kan." Jex terus menyangkal sahabat baiknya sudah meninggal. Reksa hanya diam dengan berlinang air mata.

Mengusap dan memeluk Jex yang sudah meronta-ronta meminta Marvin hidup kembali. Namun sayang, Marvin memang benar benar sudah dipanggil oleh Tuhan.

















End.

Beneran end kok. Mwehehehe gak jelas yak? Maaf yaa. 

Terimakasih untuk yang selalu mau baca. maaf kalo banyak alur yang gak jelas, membingungkan, membosankan aku minta maaf yang sebesar-besarnya.

terimakasih aku ucapkan untuk kalian 💗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALASKA (S2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang