16 || Nonton

514 63 15
                                    

"Hujannya awet malam ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hujannya awet malam ini. Tau gak, kenapa?"

"Entah," jawab Chaeyoung. Dia mengangkat kepala untuk menatap Jisoo yang mempunyai seringai di wajahnya yang elok. Dari sudut pandang Chaeyoung, dia dapat melihat seluruh lekuk wajah Jisoo yang tidak pernah siapa pun lihat dari jarak yang sedekat ini.

"Tebak dulu." Jisoo balik menatap Chaeyoung yang sedang bersandar pada pahanya. Mereka telah berada di posisi itu entah sejak kapan, namun karena tidak ada yang memprotes, hal itu dibiarkan. Toh, mereka sama-sama nyaman. "Kalau benar jawabannya, berarti kamu hebat."

"Males, ah. Kayak anak SD."

Jisoo akhirnya menyerah. "Karna dipakein formalin," terangnya.

Tawa kecil hadir di antara mereka sebelum rintik kembali terdengar, hujan tak pernah berhenti menemani seisi kota malam ini. Di dalam kediaman Chaeyoung yang tatkala hening, hanya terdengar suara TV dari ruang tamunya.

Ruang tamu itu luas dan penuh dengan ornamen khas lokal. Keluarga Chaeyoung adalah pengoleksi barang-barang lawas. Di depan tempat TV yang sedang dua orang itu, ada patung Garuda, dan hiasan bunga sebagai pelengkapnya. Sedangkan di belakang mereka, tepatnya di tengah-tengah ruangan, ada Patung Penari Bali yang seukuran badan manusia berdiri di sana.

"Barang-barangnya keren, ya," komentar Jisoo, berusaha untuk merebut perhatian Chaeyoung yang sedari tadi pada TV. "Semua barang kuno ini siapa yang kumpulin, Chaeyoung? Jam besar di sana kelihatan cakap."

"Entah..." gumam Chaeyoung dengan mata yang masih terpaku pada film kuda poni di depannya.

Jisoo tersenyum tipis melihatnya, tangannya tak pernah berhenti mengusap lengan gadis berambut terang itu. Jisoo tidak benar-benar suka dengan film yang sedang diputar di TV, namun pada akhirnya, mereka menonton itu sampai akhir.

Jam telah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan Chaeyoung telah terlelap di paha gadis pemilik bibir hati itu. TV-nya masih menyala sebagai satu-satunya sumber cahaya di ruang tamu.

Jisoo membelai lembut rambut Chaeyoung, meluruhkan rinai kasih, menghadirkan afeksi dalam setiap mimpinya. Hati berdebar, kepala Jisoo menunduk menatapnya. Tak sekali pun dia berani bergerak karena takut membangunkan gadis yang dia idamkan.

Ada sesuatu yang terasa berbeda sejak Jisoo sadar telah menaruh rasa padanya. Bagai lagu yang setiap baitnya memanjakan telinga, simfoni cinta mengalun pada setiap kisah mereka.

Layaknya hujan yang selalu menemani sang malam, seperti itulah Jisoo yang mengusahakan segala cara mendekati gadis yang dia suka. Sedalam itu Jisoo jatuh padanya.

Sampai-sampai, dia tidak lagi memperdulikan pandangan norma kepadanya. Yang hanya dia inginkan adalah gadis yang sedang berada di pangkuannya saat ini.

Namun, apakah gadis ini akan melakukan yang sama untuknya?

Entahlah. Jisoo hanya berani berharap saat ini. Berharap kalau mereka akan bersama.

𝐓𝐡𝐞𝐢𝐫 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐢𝐞𝐬 || 𝐂𝐡𝐚𝐞𝐬𝐨𝐨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang