forbidden story (lesbian story) GXG

part 21 berubah

Panah melesat tepat sasaran dari jarak yang cukup jauh. Begitulah ayumi menghabiskan sebagian waktunya, dia yang dulunya tidak tertarik belajar beladiri kini mulai mempelajarinya dengan giat, bukan tanpa alasan, ayumi juga ingin melindungi Issabel. Seperti bagaimana issabel melindunginya selama ini.

"Bagaimana kemampuanku?"

"Itu, cukup bagus" jawab pengawal baru Ayumi yang cukup mudah bersahabat.

Ayumi sengaja memilih pengawal baru sesuai keinginannya, dia ingin seseorang yang humble sekaligus bisa di jadikan teman dan yang paling penting, pengawal barunya adalah seorang wanita yang tidak kalah hebat dengan laki-laki.

"Berkatmu" puji ayumi.

Disisi lain issabel tengah sibuk mempelajari beberapa hal, di rumah barunya dia tidak bisa berlatih pedang, banyak kegiatan yang harus dia lakukan sebagai istri Bram.

Dia harus ikut datang ke setiap acara yang dihadiri bram dan mau tidak mau harus berkumpul dengan para istri istri dari keluarga bangsawan lain.

Tak jarang issabel mendapat sindiran dari mereka mereka yang iri padanya.

"Kamu sangat hebat, dengan kecantikanmu kamu berhasil mendapatkan suami hebat"

Issabel tertawa kecil, hal itu di lihat oleh miska, suaminya memiliki jabatan yang hampir setara dengan bram

"Kamu tertawa?"

"Kita harus banyak tertawa agar terlihat awet muda, terlalu sering marah akan membuatmu terlihat tua"

Jawaban issabel tentu membuat miska marah, keributan terjadi hingga para laki-laki datang termasuk ark (suami miska) dan bram.

"Apa yang terjadi" tanya ark.

Miska langsung berpura-pura menangis "issabel mengataiku terlihat tua dan jelek, dia mengolok olokku"

Semua saksi mata mengangguk, mendukung pernyataan miska, disini issabel tau bahwa apapun pembelaan yang dia lakukan tidak akan ada satupun orang yang percaya.

"Apa itu benar?" Tanya bram

Issabel diam, dia yakin bram akan sama seperti yang lain.

"Dia bahkan tidak menjawab suaminya" ucap gadis lain yang menuduh issabel sangat tidak menghargai suaminya.

Isabel menatap bram "apa yang kamu ingin aku lakukan?"

"Meminta maaflah"

Tanpa melawan issabel berbalik menatap miska dan menundukkan badan, meminta maaf.

Bram langsung membawanya pergi dari sana dalam perjalanan hanya ada keheningan diantara keduanya, Terlihat bram begitu sangat marah. Issabel tidak perduli dia mengabaikan bram.

Hingga tiba di rumah, sikap dingin issabel terkadang membuat bram semakin jengkel.

Saat malam tiba bram mandi kemudian dia pergi ke kamar istrinya.

Issabel nampak kaget, gadis dengan wajah datar  itu setidaknya punya sedikit ekspresi malam ini.

"Kenapa kamu datang kesini"

"Aku akan tidur disini"

Issabel mencoba beranjak saat bram akan tidur di ranjang bersamanya.

Namun bram lebih duku menarik lenganmu, issabel mencoba melawan dengan teknik yang dia miliki namun gagal, kemampuan bram jauh diatasnya. Gelar sebagai panglima perang terbaik memang pantas untuk bram.

Posisi mereka sangat dekat saat ini, issabel merasa tidak nyaman.

"Lepaskan aku"

"Asal kamu bersedia untuk diam"

Issabel mengangguk, bram melepasnya,  dengan cepat bram merebahkan kepalanya diatas oangkuan issabel.

"Jika kamu menolak aku akan memilih posisi yang lebih intim"

Issabel mengurungkan niat, dia memilih diam. Matanya menerawang jauh ke arah jendela, dia enggan melihat suaminya.

"Mengapa tidak mengelak" bram mulai berbicara

"Tentang"

"Bahwa apa yang mereka katakan tadi tidak benar"

"Aku tidak bodoh, siapa yang akan mempercayaiku ketika semua orang mengatakan hal yang sama"

"Aku mempercayaimu"

"Aku tidak butuh dipercaya"

Bram melihat wajah istrinya yang cantik dari bawah. "Sebenarnya siapa pria yang ada di hatimu"

Pertanyaan yang tidak bisa di jawab oleh issabel.

"Katakan, apa dia jauh lebih baik dariku?"

Issabel masih diam, dia memang tidak bisa memberi tahu siapapun.

"Jika kamu tidak menjawab aku akan menciummu"

"Dia sama saja denganmu"

"Langsung menjawab, setakut itu dicium aku? Sama dalam hal apa"

"Sama sama menyebalkan"

Bram tersenyum, entah kenapa dia senang jika memiliki.ke samaan dengan seseorang yang ada di hati issabel