Selimut

5.6K 163 11
                                    

MOHON MAAF, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, KARENA BERESIKO TERTINGGAL UPDATE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MOHON MAAF, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, KARENA BERESIKO TERTINGGAL UPDATE.

CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI, BERUNSUR ADEGAN DEWASA, DAN BERNIAT MENGHIBUR, HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MEMILIH.

Terima kasih,

Enjoy for reading.

✨✨✨

Setelah satu minggu kelelahan dan kurang tidur, baru pagi ini Bianca merasakan kenyamanan dalam tidurnya. Apa karna sisi hangat yang ia rasakan saat ini? Ya. Pipinya seperti menyentuh sesuatu yang lembut namun hangat, kerap bergerak naik turun terartur. Bau sitrus yang ia hirup, seolah mengajak ia kembali tertidur.

Bianca memutuskan membuka mata. Buram ia pertahankan objek di depannya, sebuah jendela. Jika diingat-ingat, ini bukan kondo miliknya. Tiba-tiba deru hangat menerpa dahinya. Bianca sontak mendongak pelan. Melotot kaget, ia beranjak cepat.

Apa ini? Dia lebih terkejut karna tak mengenakan apapun.

"Sial," Bianca tarik selimut yang menutupi tubuh mereka, berniat menutupi tubuhnya sendiri. Tapi naas justru ia malah melihat tubuh lelaki yang sama-sama masih telanjang.

"Aaaa!" refleks Bianca menjerit, sembunyi di balik selimut. Napasnya cepat sekali, panik mengingat apa yang terjadi.

"Ah ... ugh, lo suka ini? Gue belum masuk semua." Ingatan tadi malam membuat Bianca usap wajah malu, jadi, di depannya ini Dewangga? Semalam mereka, melakukannya?

"Gue harus apa?" racau Bianca, garuk rambut lepeknya gusar.

"Bia?" panggil suara serak.

Darah Bianca mendadak beku, gulirkan matanya di balik selimut. Astaga, ini akan menjadi canggung. Suara di sampingnya memberi siluet ke dalam selimut jika Dewangga ikut beranjak duduk, persis menghadap Bianca.

"Lo, gak papa?"

"Oh–um, gue gak papa," jawab Bianca, suaranya sedikit bergetar, ia makin mengingat semuanya setelah mendengar suara Dewangga. Ah, ini tidak bisa disebut kesalahan karna Bianca yang minta.

Benar, Bianca terlalu mabuk.

"Kita–"

"Ini salah, gue tau," potong Bianca, "gue gak bakal bilang ke siapapun, lo juga. Kita sama-sama sal–"

"Buka dulu selimutnya," ucap Dewangga lembut, ia menarik selimut itu hingga wajah Bianca terlihat. Yang pertama Bianca lihat adalah wajah baru bangun Dewangga yang entah kenapa sangat sempurna. Tatapan mereka bertahan sedikit lama, entah apa yang ada di pikiran Dewangga hingga diam selama itu.

"Tanggung jawab, gue bakal tanggung jawab," ucap Dewangga.

"Gu–ekhem, gue mau pulang," ucap Bianca memutus kontak mata, dia menyeret selimut itu hingga berdiri, memungut pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Damn, You Marry Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang