MOHON MAAF, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, KARENA BERESIKO TERTINGGAL UPDATE.
CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI, BERUNSUR ADEGAN DEWASA, DAN BERNIAT MENGHIBUR, HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MEMILIH.
Versi bab lengkap di sini
Terima kasih,
Enjoy for reading.
✨✨✨
"Game selesai guys!"
Jonath mendadak jadi pembawa acara karena memang jumlah orang di sana ganjil, sangat diuntung otak selangkangannya bisa dikondisikan melihat semua teman-temannya bisa melahab bibir ranum gadis. Apalagi saat melihat Dewangga sengaja kalah demi mnedapat semua ciuman Bianca, sangat licik!
Kibaskan lima amplop di mukanya, Jonath tatap keliling yang mulai hanyut akan hangatnya api unggun. Walau game tadi sangat hancurkan jadwal teratur yang dibuat Guntur sebelumnya, pembacaan surat berisi tentang petuah maupun pesan dari sahabat pengantin yang hadir. Karena hanya Jonath yang tidak kobam, ia pukulkan amplop itu ke kepala Guntur yang setengah sadar dan diamnya Marcilo di bangkunya.
"Bangun lo pada, belum boleh hangover!" peringat Jonath, apalagi Marcilo, Zeta tolak mati-matian semua kiss cowok itu hingga harus minum lebih dari sepuluh gelas wine. Selain pertahankan kesadaran, tidak ada yang bisa Marcilo lakukan sekarang.
"Cepet aja, Jo, kasian mereka," ucap Bianca, usap hidungnya karena udara cukup dingin. Mau sepanas apapun tadi, puncak sangat dingin di malam hari.
Melihat Bianca tetap terganggu walau sudah dibalut jalet tebal, Dewangga geser kursinya agar bisa rengkuh Bianca, hangatkan dalam ketiaknya. Bianca melirik imut, sandarkan kepalanya di dada bidang calon suaminya.
Sembari mengusap perut Bianca, Dewangga beri tanggapan setuju, "Kayaknya gak bisa makan kita, kobam semua. Langsung pada tidur aja abis ini."
Jonath menatap tak terima, sekali lagi pukul kepala Guntur gunakan lipatan amplop, "Lo ya anjing, usulin game ginian! Udah tau pada pervet semua!"
Guntur terkekeh senang, tunjuk Jonath mengejek, "Lo iri kan gak bisa ikutan?"
"Gak gitu babi," balas Jonath beri alasan, "kita harusnya bikin menu makan malam dua jam lalu kalo kalian gak lanjutin game sialan itu!"
"Udah, udah," pisah Zeta, gadis itu yang masih sadar sepenuhnya segera berdiri dan dekati pemanggang daging di belakang Marcilo, segara buka box dimana makanan mereka terjaga dalam es.
"Lo bagiin surat, gue yang bikin makanan, Jo," usul Zeta. Semua bahan sudah tersedia, memang sisa orang inisiatif saja. Niatnya memang begitu, game slap jack penghancur keharmonisan.
"Noh, untung masih ada orang yang bener!" kesal Jonath. Giandra sedikit tak enak karena terbawa suasana, alhasil ikut berdiri dan menyusul Zeta. Terbitkan senyum keduanya saat langsung bekerja sama Zeta yang membolak balik daging sedangkan Giandra yang mengibas asap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn, You Marry Me!
RomansaDilarang plagiat, hak cipta dilindungi undang-undang. "Gue gak butuh tanggung jawab dari lo!" pekik Bianca geram. Ia akan benci sejauh Dewangga mencoba. Bianca dan Dewangga dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Ternyata mereka satu kampus dan fakulta...