MOHON MAAF, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, KARENA BERESIKO TERTINGGAL UPDATE.
CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI, BERUNSUR ADEGAN DEWASA, DAN BERNIAT MENGHIBUR, HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MEMILIH.
Terima kasih,
Enjoy for reading.
✨✨✨
"Lo gak papa?"
Yang ditanya hanya mampu terdiam, sebenarnya sudah merasa bersalah sejak tadi. Sandal jepitnya menginjak lantai kamar mandi laki-laki yang mulai dingin sebab pintunya dikunci oleh Dewangga saat masuk. Apalagi tubuh half naked Dewangga dari belakang buat Bianca dejavu.
Suara keran masih memenuhi rungu Bianca ditambah kucek tangan Dewangga berusaha bersihkan kaos hitam miliknya. Merasa itu kegiatan sia-sia, Bianca hela nafas kesal.
"Bisa bersih gak?" tanya Bianca, sedikit malu.
Lagi pula apa-apaaan muntah mendadak begitu? Bianca tak punya riwayat asam lambung atau semacamnya, meminum soda di pagi hari bukanlah hal bahaya untuk tubuhnya. Tapi kejadiannya buat gadis itu berpikir pasti ia mulai memilikinya saat ini, atau mungkin benar-benar karena bau aneh yang kentara ia cium, apalagi bau karbol kamar mandi sekarang ini? Bianca merasa perutnya diaduk-aduk lagi.
Dewangga matikan keran, bentangkan kaosnya di depan wajah guna cari sudut yang belum bersih. Tapi malah sisa kusut dan basah membundar di tengah.
"Duh, gabisa dipake kayaknya," keluh Dewangga, menoleh untuk lihat reaksi Bianca.
Tentu saja gadis itu meremang ditatap begitu, alihkan tatap ke mana saja sambil menendang udara asal. Dewangga terkekeh lantas melipat pakaian setengah basah itu bersama jaket kulit yang menyampir di sisi wastafel.
"Cilo otw ke sini bawa baju kok, lo santai aja," imbuh Dewangga, kini menyandarkan diri di sisi wastafel untuk meneliti keadaan Bianca. Ia tatap wajah sedikit pucat itu, melipatkan kedua tangan mengintimidasi.
"Kalo gitu ngapain lo tarik gue ke sini buat nemenin nyuci doang?" tanya Bianca geram, tahu dirinya tak berguna begini sudah ia antarakan tugasnya sejak tadi.
Mampus, Bianca akan mendapat nilai nol di pelajaran ini.
"Lo gak sarapan, Bia?" tanya Dewangga bukan malah menjawab gadis di depannya, ia mendekati hampir sentuh pipi pucat itu tapi Bianca segera menghindar mundur.
"Eh, apa lo pegang-pegang?" tanya Bianca waspada, "lo bau, sumpah. Mundur-mundur sana."
Bibir Dewangga menyungging walau keningnya mengerut heran. Ia bau pun karena muntah gadis itu, kenapa pula ia disalahkan. Tidak ingin memacu emosi Bianca lebih, Dewangga masuk ke salah satu bilik air untuk bersihkan area perutnya.
Bianca berdecak keras, kembali rebut atensi Dewangga dengan menggerutu, "Gue beneran ketinggalan kelas, Dewa. Ngapain gue di sini? Pergi nih."
"Bentar dulu," tahan Dewangga, keluar dari bilik air dan ambil beberapa tisu, keringkan perutnya yang basah.
Melihat kegiatan Dewangga semakin sembrono Bianca tak tahan untuk mengusap wajah. Bukan apa-apa, siapa yang tak malu berduaan di kamar mandi seperti itu?
"Lo malu?"
"Engga," elak Bianca cepat, tatap Dewangga horor.
"Oh," kekeh Dewangga, "lo kan udah liat semua. Ngapain malu?"
Bianca melotot, menatap ke arah pintu was-was ada yang dengar. Sialnya kelengahan gadis itu digunakan Dewangga untuk mendorong Bianca ke sisi wastafel, tiba-tiba saja mengangkat tubuh Bianca agar duduk di sana. Jerit Bianca tak tertahankan, otomatis berpegangan pada kedua bahu cowok di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn, You Marry Me!
RomansaDilarang plagiat, hak cipta dilindungi undang-undang. "Gue gak butuh tanggung jawab dari lo!" pekik Bianca geram. Ia akan benci sejauh Dewangga mencoba. Bianca dan Dewangga dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Ternyata mereka satu kampus dan fakulta...