Lampu

2.8K 165 17
                                    


JANGAN SIDER DONG KALO GAK MAU PINDAH KK. VOTE BURU VOTE.

MOHON MAAF, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, KARENA BERESIKO TERTINGGAL UPDATE.

CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI, BERUNSUR ADEGAN DEWASA, DAN BERNIAT MENGHIBUR, HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MEMILIH.

Terima kasih,

Enjoy for reading.

✨✨✨

Sesuai niat tadi siang, Zeta akan mengikuti fitting baju bersama Bianca sebagai bridesmaid nantinya. Karena perseteruan dengan Mona, alhasil gadis itu datang sendiri menggunakan civic turbo silver ke navigasi yang Bianca kirim, Gia Luxe Bridal Wardrope. Di dalam mobil suara musik masih bergema dari koneksi smartphone ungu Zeta, walau ia tengah fokus memarkirkan mobil gadis itu bersenandung merdu. Tidak salah ia minta mobil itu saat masuk kuliah, kamera belakang mobil cukup membantunya yang rewel soal parkir.

Biarkan mesin idle selama 30 detik, Zeta ambil ponsel untuk telpon Bianca.

"Bish, gue udah di depan," ucap Zeta, melirik ke depan butik yang berdinding dari kaca semua. Beberapa gaun cantik menjadi katalog yang indah dipandang, Zeta sampai meneguk ludah tergiur.

Suara bindeng Bianca membalas dari seberang, "Naik aja, Ze. Bilang lo dateng bareng gue."

"Oke," Apit ponsel dengan bahu, Zeta matikan mesin mobil, ambil tas hitam ber brand ternama lantas keluar mobil anggun.

Celana flares hitam senada dengan tas jenjangkan langkah Zeta saat membuka pintu butik, hampiri resepsionis dan sebutkan pesan Bianca sebelumnya. Zeta diantarkan ke lantai tiga menggunakan lift, lewati lorong panjang sebelum temukan pintu besar bertuliskan make up room 1. Saat dibukakan pintu, Zeta disuguhi Bianca yang terduduk di sofa bersama Dewangga.

"Nyonya Gia, ada tamu atas nama Bianca," ucap resepsionis di depan Zeta. Seorang wanita berkelas tengah merapikan gaun di manekin mengangguk singkat, biarkan resepsionis kembali ke pekerjaannya.

"Thank you," ucap Zeta kepada resepsionis tadi, lalu berniat hampiri Bianca itu, tapi ditahan oleh suara wanita bernama Gia.

"Nona Zeta, gaunnya sudah boleh dicoba."

Dewangga alihkan tatapan dari ponsel, tambahkan ucapan Giandra, "Sisa bridesmaid aja, gue sama Bianca udah coba semua."

"Oh," Zeta hanya mengangguk paham, segera naiki dua anak tangga dan masuk ke balik tirai menjulang. Karena melihat Bianca bersandar di sofa, Zeta berubah menatap Dewangga sebelum menyuruh.

"Dewa, lo bawa Bianca pulang aja."

Bianca tegakkan duduknya, protes tak suka, "Loh, gue mau liat lo cobain bajunya."

Zeta menghela nafas, panggil sahabatnya penuh penekanan, "Bia."

"Zeeee," rengek Bianca, "cuma bentar—"

"Sayang," panggil Dewangga lembut.

Mata Zeta terbelalak, menutup mulutnya tahan tawa. Apa barusan ia melihat adegan dewasa? Sayang-sayangan? Gadis itu segera mendekati Giandra agar tinggalkan kedua insan itu, usilnya Giandra setuju dengan menutupkan tirai.

Sementara Bianca, melirik Dewangga tajam, lewati keberadaan lelaki itu tanpa sepatah kata. Sejujurnya ia tahan geli di perutnya, tetapi salah tingkahnya sangat buruk. Bianca hingga lupa tas miliknya tertinggal di sofa. Mau tak mau Dewangga ambil tas itu, lilitkan talinya lalu dihimpit ketiak, ala bapak-bapak sekali.

Damn, You Marry Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang