Affirmation

3.3K 262 23
                                    

JANGAN SIDER DONG KALO GAK MAU PINDAH KK. VOTE BURU VOTE.

MOHON MAAF, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, KARENA BERESIKO TERTINGGAL UPDATE.

CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI, BERUNSUR ADEGAN DEWASA, DAN BERNIAT MENGHIBUR, HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MEMILIH.

Terima kasih,

Enjoy for reading.

✨✨✨

Bianca tak pernah menunggu seseorang untuk pulang, bahkan kedua orang tuanya pun selalu meninggalkan dirinya di rumah berminggu-minggu. Sayangnya ia bertemu Dewangga, yang dulu memiliki wangi sitrus cukup candu. Meski habiskan waktu weekend di luar kondo, Bianca pulang malamnya dan memilih masuk ke kondo Dewangga, sepi, hanya ada bau mint lelaki itu.

Sepatu yang sudah berganti sandal jepit hitam melangkah lebih dalam, harusnya Bianca mandi tapi malah masuk ke dalam kamar Dewangga, rebahkan diri di sana. Tatap langit-langit kamar kosong, sial, deja vu saat mereka melakukan hal itu. Usap perutnya, gadis itu beranjak duduk. Ada sebuah cermin berdiri di ujung ruangan, ia hampiri cepat.

"Gue penasaran," ucap Bianca, teguk ludah sarat begitu menatap pantulan diri di cermin sembari menyamping, cetak perutnya gunakan tangan. Jika dihitung sudah memasuki 9 minggu, tak ada perubahan selain pipi Bianca yang gembil.

Bahas soal perut, ia belum makan apa-apa selain kue cake dan jus di cafe Tante Zeta tadi siang. Terkekeh geli, ia putuskan keluar kamar, cari sesuatu untuk isi lambung.

"Gue yakin tu anak gak punya bahan apa-apa," ucap Bianca memasuki pantry, berjongkok buka beberapa pintu penyimpanan. Benar saja, berisi piring-piring bersih.

"Kan?" Bianca buang nafas jengah, beralih ke atas wastafel cuci piring, masih tersisa dua pintu rak yang menyatu. Dua pintu itu dibuka bersamaan, hanya berisi mie instan dan bumbu dapur kering.

Namun, satu yang tak asing di pandangan Bianca, kemasan susu kotak pink bergambar wanita tengah memegang perut besar. Diambil cepat, ia menunduk untuk baca lebih dalam. Tak sangka bibirnya tersenyum tipis, itu susu ibu hamil.

"Sumpah, dia beli ini kapan?" heran Bianca, ia merasa tak pernah meminumnya, dan segelnya pun belum terbuka sama sekali.

Getar ponselnya cukup mengejutkan, Bianca refleks taruh kotak susu itu, segera rogoh saku dress. Kontak Dewangga tertera di sana. Ia angkat panggilan lalu aktifkan fitur loudspeaker, letakan ponselnya di pantry.

"Apa lo telpon-telpon gue?" tanya Bianca sedikit judes, ia ambil gelas dan sendok dari laci, berniat menyeduh susu sembari ditemani Dewangga, "gue gak kangen elusan lo, sumpah!"

Kekehan Dewangga renyah sekali, di seberang tengah duduk di depan teras TK yang jadi tempat tidur semalam, balas dengan angkuh pula, "Terus ngapain lo chat gue terus, Bia? Gue gak fokus gara-gara pegang hp terus."

"Dih," ejek Bianca, ia tak punya jawaban lagi karena memang benar. Siapa sangka ia akan membuka kotak susu itu di usia sekarang, padahal dulu ingin membelinya tapi takut ketauan sang Mamah. Belum sempat merasakan anaknya tiada duluan.

Maka mengambil tiga sendok, ia seduh gunakan air hangat dari dispenser hitam, hanya setengah sebelum diaduk rata.

"Bia?"

Saking asiknya ia lupa tengah bercengkerama dengan Dewangga.

"Hm?" Gadis itu hanya bergumam, segera buka kulkas untuk ambil es batu. Tenggorokannya mendadak haus, teguk ludah tergiur. Wanginya rasa strawberry, ia hampiri lagi ponselnya sembari duduk di kursi depan pantry.

Damn, You Marry Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang