MOHON MAAF, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, KARENA BERESIKO TERTINGGAL UPDATE.
CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI, BERUNSUR ADEGAN DEWASA, DAN BERNIAT MENGHIBUR, HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MEMILIH.
Terima kasih,
Enjoy for reading.
✨✨✨
Ditemani satu kotak apel yang dipotong-potong, Bianca bergelut dengan jejeran kertas. Selain praktek, chemical juga harus bisa lewati permasalahan hitung menghitung, rumus, menyelarasan. Balpoin Bianca akan berhenti bergerak untuk sekedar gigit apel, mengunyah pangku dagunya sambil lanjutkan mencatat.
Semilir angin lewati lehernya yang terbuka sebab rambut yang tadi pagi dimainkan Dewangga digelung rapi. Antisipasti Dewangga ganjen lagi, tapi beruntung cowok itu tak mengintil, langsung ke ruang sekretariat BEM.
"Dalam satu proses siklus?" gumam Bianca, ia lap tangan bekas apel dan ambil satu buku, cari jawaban soal lalu mencoretnya dengan stabilo kala menemukannya, "nol, jawabannya A."
Tanpa ia sadari temannya memperhatikan dari belakang. Gadis itu berniat berbalik badan jika Zeta tak berpapasan dengannya. Zeta tahan Mona begitu ceria rangkul leher kating semester dua itu.
"Monaaa! Oemji lo kemana aja, tai?" tanya Zeta, Mona akhirnya tersenyum juga, jitak kepala Zeta karena memanggilnya tak sopan.
"Gue abis kerjain banyak tugas!" balas Mona, ikut rangkul pinggang Zeta dan hampiri Bianca yang duduk sendirian di taman. Namun, baru Zeta ajak duduk Mona sudah lepas rangkulan gadis itu.
"Eh, gue harus ke ruang dekan," ucap Mona tak enak, mempoutkan bibir sedih.
Zeta protes tak suka, kembali tahan tangan Mona agar tak pergi, "Loh, bukannya Bianca udah ajak lo fit baju bridesmaid, ya?"
Mona garuk kepalanya canggung, melirik Bianca sebelum peluk leher terbuka temannya itu. Merengek tak enak, "Biaaa, maafin gue dong? Gue beneran ada urusan, harus ke dekan sekarang."
"Lo gak seru, bish," ucap Bianca pura-pura marah, tetap lanjutkan mencatat seolah ngambek. Alhasil Mona merengek semakin keras, hingga mengguncang-guncang tubuh Bianca.
"Jangan gitu ih, Bia, lo bisa fit di tubuh Zeta aja, size kita sama kok. Ya, ya?" pinta Mona memohon.
"Duh, pusing, nyet," sebal Bianca, lepaskan bolpoin dan pijat pelipisnya, ia lirik Mona yang berdiri rapat di sampingnya. Karena posisinya di kanan, Bianca bisa melihat Yori di jarak satu meter, berdiri menatap ke arah mereka.
Kembali menatap Mona, Bianca tanyakan satu hal, "Lo gak bohong, kan?"
Raut wajah Mona berubah, senyum lebarnya jadi kekeh canggung. Ia kibaskan tangan sebelum menjawab, "Bohong? Apanya bohong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn, You Marry Me!
RomanceDilarang plagiat, hak cipta dilindungi undang-undang. "Gue gak butuh tanggung jawab dari lo!" pekik Bianca geram. Ia akan benci sejauh Dewangga mencoba. Bianca dan Dewangga dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Ternyata mereka satu kampus dan fakulta...