MOHON MAAF, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, KARENA BERESIKO TERTINGGAL UPDATE.
CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI, BERUNSUR ADEGAN DEWASA, DAN BERNIAT MENGHIBUR, HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MEMILIH.
Terima kasih,
Enjoy for reading.
✨✨✨
Bianca gundah, sungguh. Gadis yang memakai doctmart itu hanya menatap lurus sambil berjalan goyah. Entah kenapa perjalanan keluar mall terasa jauh. Mungkin karena keputusan kedua keluarga beberapa jam yang lalu. Demi Tuhan, membayangkan wajah kalem Dewangga membuat ia muak.
Apa salahnya berontak? Agar ia memiliki suara tak setuju. Bianca menjerit kesal, "Anak mamih sialan!"
Saat turun menggunakan eskalator, sayup Bianca mendengar namanya dipanggil. Lelaki yang sejak tadi ia maki sedikit terengah ikut turun. Oh, tidak bisa, Bianca harus kabur. Di eskalator yang tetap berjalan Bianca tancap lari.
"Bia!"
Bianca menoleh histeris, mempercepat lajunya. Bukan lebay hanya saja Bianca masih malu berhadapan dengan Dewangga. Aksi kejar-kejaran terhenti saat Bianca tersandung kakinya sendiri. Habis malu semakin malu pula, Bianca semakin histeris dalam hati. Saat masih bersimpuh di lantai, Dewangga tiba di belakangnya, memanggil lelah.
"Bia—"
"APA!" nyolot Bianca, "mau lo apasih?!"
Kedua insan itu saling tatap dengan ekspresi dan suasana hati yang berbeda. Dewangga mengatur nafasnya lalu mengulurkan tangan perhatian, tentu saja Bianca menepisnya kasar. Sok baik anak curut ini.
"Bangun, gue mau ngomong bentar," ucap Dewangga enggan menarik kembali ulurannya.
Bianca memutar bola mata malas, tepis sekali lagi uluran tangan Dewangga, menegaskan ia bisa berdiri sendiri. Bersihkan rok jeans miliknya, gadis itu kembali berjalan tinggalkan Dewangga. Lelaki itu tak kenal lelah, tetap ikuti Bianca kemana pun gadis itu pergi.
"Soal semalem—" ucapan Dewangga membuat langkah Bianca terhenti, ia termenung cukup lama memunggungi Dewangga. Suara riuh jalanan mendadak hening bagi gadis itu, ia berpikir topik apa agar bisa menghindari percakapan ini.
Berbalik pelan, Bianca menatap tegas, "Lo gak usah bahas lagi, kita sama-sama gak rugi."
"Lo rugi," tangkas Dewangga, "gue gak pake pengaman."
Bahu tegas Bianca mengendur seketika, mencoba tatap Dewangga tak percaya. Terkekeh geli, ia lontarkan ucapan santai, "Gak mungkin kenapa-napa juga—"
"Keluarnya di dalem," potong Dewangga.
"ANJING?" pekik Bianca habis ketenangan, mata sayunya melotot spontan. Debar jantungnya sangat bertalu hingga ia yakin Dewangga bisa mendengarnya.
Yakin reaksi gadis ini akan begini, Dewangga coba mendekat tapi justru tamparan yang ia dapat. Wajah Bianca pancarkan gemuruh emosi sangat tinggi, namun ia hanya bisa membuat kaca bening di matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn, You Marry Me!
RomanceDilarang plagiat, hak cipta dilindungi undang-undang. "Gue gak butuh tanggung jawab dari lo!" pekik Bianca geram. Ia akan benci sejauh Dewangga mencoba. Bianca dan Dewangga dijodohkan oleh kedua orang tuanya. Ternyata mereka satu kampus dan fakulta...