Bachelor & Bachelorette

3.1K 231 28
                                    

JANGAN SIDER DONG KALO GAK MAU PINDAH KK. VOTE BURU VOTE.

MOHON MAAF, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, KARENA BERESIKO TERTINGGAL UPDATE.

CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI, BERUNSUR ADEGAN DEWASA, DAN BERNIAT MENGHIBUR, HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MEMILIH.

Terima kasih,

Enjoy for reading.

✨✨✨

Satuan kredit semester Bianca dan Zeta berbeda, sehingga kesibukan di kampus agak banyak gadis bersanggul satu yang kini tengah menyusun struktur organik sebagai tugas. Bola-bola kecil kecil warna-warni berupa unsur atom disambung Bianca teliti menjadi senyawa, ikuti catatan yang ia dapat dari kelas 30 menit lalu.

"Lo tumben gak bareng Zeta," ucap Christin, gadis ceria itu sudah duduk di samping Bianca sejak awal, berbeda kesibukan tengah menggambar reaksi organik.

Bianca taruh satu gambaran senyawa glukosa di atas buku, lantas menjawab enteng, "Ikut seminar dia, di auditorium."

Christin mengangkat sebelah tangan untuk lihat jam, berucap lagi, "Jam 2 harusnya udah beres, jadwalnya sampe jam 1 gue liat di brosurnya."

"Oh, ya?" tanya Bianca walau tetap fokus pada pekerjaan tangannya, padahal perpustakaan kampus tergolong dibuka untuk umum, ramai di jam segitu, tapi Bianca enggan pulang ke kondo dahulu.

"Eh, Bia, gue mau tanya sesuatu," tiba-tiba Christin menutup bukunya, tatap Bianca cukup serius.

"Apaan?" tanya Bianca pelan.

"Lo beneran pacar Kak Dewangga?" Pertanyaan Christin hentikan gerak tangan Bianca, pecahkan fokus gadis itu. Ia tatap mata berbinar Christin seolah senang akan berita yang menyebar luas sejak kemarin.

Mengangguk pelan, tapi Bianca menggeleng setelahnya. Ia cukup terkejut dengan pertanyaan seperti itu lagi. Jika saat menjawab Fitri karena ada Dewangga di sisinya, sekarang ia bingung jawab apa. Memilih tersenyum tipis, Bianca lanjutkan saja kegiatannya.

"Udah gue duga sih," terka Christin, "Kak Dewa sering bareng ke gedung juruan sini."

Bianca jadi cukup penasaran, memang seterkenal apa Dewangga? Sampai Christin tau seluk beluk Dewangga pergi kemana saja, dirinya yang satu atap pun tak tau lelaki itu punya kegiatan apa di luar. Ia memilih hentikan belajarnya, tangkup pipi manis.

"Emang biasanya enggak?" tanya Bianca, memancing pergosipan. Christin mengangguk semangat, turut jauhkan buku dan tatap Bianca serius.

"Nih ya, dia itu anaknya giat banget, hampir gak pernah keliatan main-main," beritahu Christin, "lo tau dia asisten dosen, kan? Dia bahkan hampir setengah harinya di kegiatan kampus."

Bianca berkedip lucu, tak penah main-main, ya? Gadis itu hanya tersenyum tipis, tidak tau saja Dewangga bagaimana jika sudah clubing. Ternyata citra Dewangga sebaik itu, benar kata Zeta, tidak akan tergores oleh rumor seperti berpacaran dengannya atau mungkin menghamilinya. Bianca bisa tarik nafas legas sejak Dewangga bilang masalah base beres.

"Iya, dia terlalu baik buat gue," bisik Bianca pada Christin, "ya kali spek Dewangga mau sama gue?"

"Biar apa ngomong kayak gitu?" tanya suara bariton dari belakang mereka.

Dahi Bianca dan Christin terbentur saking terkejutnya, apalagi yang ditanya, hampir menjerit karena dengar suara Dewangga. Ia tak berani menoleh tapi Christin sudah lebih dulu memanggil cowok itu.

Damn, You Marry Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang