Relapse

2.6K 137 5
                                    

MOHON MAAF, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, KARENA BERESIKO TERTINGGAL UPDATE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


MOHON MAAF, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, KARENA BERESIKO TERTINGGAL UPDATE.

CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI, BERUNSUR ADEGAN DEWASA, DAN BERNIAT MENGHIBUR, HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MEMILIH.

Terima kasih,

Enjoy for reading.

✨✨✨

Guntur agak bingung kenapa Dewangga shareloc bar siang-siang begini. Pasific bar adalah salah satu bar privat di Jakarta, yang boleh masuk ke sana hanya pemilik keanggotaan atau VIP. Guntur beserta ketiga temannya sudah menjadi bagian bar itu sejak satu tahun yang lalu.

Cara masuknya yang cukup sulit, harus menerobos gang kecil dahulu dan masuk ke gedung terbengkalai dari luar. Namun saat masuk dan lift turun, bar seramai night club pada umumnya. Guntur disambut Zhuang Fa as pemilik bar, tunjuk Dewangga yang duduk di depan meja bartender, seolah mengerti kedatangan Guntur cari siapa.

Bahu lunglai Dewangga sudah terlihat jelas, apalagi saat mendekat ternyata sobat karibnya itu tengah membaca ulasan berita.

Pemirsa, tabrakan maut terjadi antara mobil pribadi dan sebuah truk tadi sore di Kelapa Gading, Jakarta. Mobil expender diduga memacu laju sangat cepat dan menerobos lampu merah, sehingga tabrakan tidak dapat dielakan. Menurut paramedis, ditentukan korban jiwa pemilik mobil pribadi, seorang perempuan dan laki-laki paru baya. Korban dinyatakan meninggal saat paramedis tiba di tempat.

Guntur tepuk pelan punggung Dewangga, tolehkan kepala lelaki itu pelan. Guntur cukup terkejut dengan mata sayu Dewangga, pasti habis menangis, melihat berita setahun lalu itu tentu akan menangis lagi. Ia memutuskan duduk dan pesan satu cocktail, ia harus temani Dewangga hari ini.

Ambil ponsel dari tangan Dewangga, ia sedikit menunduk sembari tengok wajah Dewangga, memanggil cari atensi, "Heh, ngapain lo liat ini lagi?"

Meski terpuruk tapi Dewangga jarang menunjukan perasaannya, di depan Guntur sekalipun. Ia pernah temukan Dewangga seperti ini namun saat Alya meninggal. Teguk satu gelas whisky, Dewangga ambil lagi ponsel dari Guntur, bergulis buka galeri.

"Dulu kita sesayang ini sama Alya," ucap Dewangga, nada bicaranya sedikit bergetar. Dia perlihatkan foto dirinya tengah merangkul leher seorang perempuan sementara Marcilo sandarkan siku di bahu Dewangga, Guntur memegang botol hijau di sisi kanan dan Jonathan di kiri mencekik Marvel. Yori duduk gagah dan Mona duduk dipangkuan gadis itu anteng. Guntur tersenyum miris, benar, mereka seakur itu dulu.

"Itu pas Alya ultah, ya?" tanya Guntur, dan diangguki Dewangga begitu payah.

"Kalo aja waktu itu kita gak mabok," sesal Dewangga, menekan tengkuk agar bertumpu wajah di meja. Segala emosi ambil alih kepala Dewangga, seperti akan pecah. Ia berusaha tak menangis dan meneguk whisky segelas lagi.

Damn, You Marry Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang