Slap Jack!

2.1K 252 54
                                    

JANGAN SIDER DONG KALO GAK MAU PINDAH KK. VOTE BURU VOTE.

MOHON MAAF, HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, KARENA BERESIKO TERTINGGAL UPDATE.

CERITA INI HANYA BERSIFAT FIKSI, BERUNSUR ADEGAN DEWASA, DAN BERNIAT MENGHIBUR, HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MEMILIH.

Terima kasih,

Enjoy for reading.

✨✨✨

Mengidam adalah satu perasaan keinginan yang akan dirasakan wanita saat hamil, itu anugrah bagi Bianca. Dia selalu heran jika tak sengaja ingat sesuath maka akan timbul rasa ingin mewujudkan. Begitu ia selesai kelas, ia pamit pada Zeta untuk pulang sendiri karena akan mampir beli black porest cake, sempat melihat postingannya di base kampus.

Datangi dengan menaiki taksi, gadis berdress putih dilapisi cardigan hijau lumut itu tatap cafe yang berada agak tinggi dari posisi jalan raya. Rambutnya digerai dengan style butterfly cut, bergoyang ke kanan dan kiri saat ia menapaki tangga satu per satu. Mulutnya tak berhenti tersenyum, diam-diam elus perutnya.

"Gak papa, Biga. Mommy suka kamu ngidamnya yang enak-enak," monolog Bianca lantas tarik nafas panjang karena anak tangga habis, segera dorong pintu kaca yang saat dibuka sudah tercium harum mentega.

"Wah," gumam Bianca kagum, ia lewati spot foto yang katanya bagus demi jejeran cake showcase, warna-warni buat Bianca teguk ludah sendiri.

"Silakan, Kakak. Mau pesan apa?" tanya pelayan kasir seraya tersenyum lebar.

Membungkuk perlahan, gadis itu cari bolu coklat yang dilapisi dengan krim kocok sesuai niatnya. Kepalkan tangan erat, Bianca segera keluarkan ponselnya. Ia harus segera memesan, cake incarannya sisa satu potong.

"Aku mau black porest—"

"Black porest apa masih ada?"

Dua orang sekaligus menanyakan menu yang sama. Dari suaranya Bianca kenal bahkan tanpa menoleh pun. Namun jelas gadis itu menoleh karena harus protes, ia yang melihat cake itu lebih dulu! Dia berbalik dan tatap seseorang yang hampir dua minggu ini tak dilihatnya. Bahkan wajah ceria yang sebelumnya menghiasi kini justru suram dan bekas luka diujung bibirnya.

"Astaga, Mon," Bianca menutup mulutnya sebab terkejut. Mona sendiri malah mengalihkan tatapan, berucap pada pelayan kasir.

"Gak jadi, Mbak." Mona berniat pergi jika tidak ditahan Bianca. Gadis itu menunduk dan coba lepaskan genggaman Bianca tanpa berbicara.

"Mon," pinta Bianca melas, ia bingung harus mengejar sahabatnya itu atau pesan cake dulu. Gadis itu hampir menangis, beruntung Mona kembali menghadap pelayan kasir.

"Black porest cake satu," ucap Mona memesan lantas beralih ke Bianca, "buat lo aja."

Bianca gelengkan kepala, kekeh pada genggaman di lengan Mona. Sedikit bergetar gadis itu berucap pelan, "Bisa kita ngobrol, bentar aja?"

Wajah Bianca selalu cantik, bahkan setelah hamil jauh lebih berkharisma menurut Mona. Ia sangat merasa bersalah telah melakukan hal gila pada Bianca. Maka melihat Bianca hampir menangis lagi akan menambah beban dada Mona, gadis itu anggukan kepala setuju. Ikuti Bianca duduk di pojok cafe. Teguk ludah sarat, ia menunduk dan hembuskan nafas panjang. Biarkan Bianca tetap genggam tangannya di atas meja.

"Gue malu sama lo, Bia," ucap Mona lirih.

"Gue juga marah sama lo," balas Bianca cukup nada tinggi, "lo kenapa gak ada inisiatif minta maaf, Mon?"

Damn, You Marry Me! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang