1. Rinjani dan Aisy

203 11 18
                                    

ORANG HILANG!
NAMA: RAMADHANIEL
UMUR: 20 TAHUN
TINGGI: 170CM

TERAKHIR KALI TERLIHAT DI UNIVERSITAS CEMPAKA PUTIH MENGGUNAKAN KAOS HITAM DAN ALMAMATER

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TERAKHIR KALI TERLIHAT DI UNIVERSITAS CEMPAKA PUTIH MENGGUNAKAN KAOS HITAM DAN ALMAMATER.
INFO SEKECIL APA PUN SANGAT BERHARGA BAGI KAMI.
CP: +6285-7678-XXXX

***

"Aneh banget! Berita hilang Kak Daniel udah ditutup gitu aja. Enggak ada sedikit pun informasi baru." Seorang gadis berambut hitam sepinggang meletakkan kertas pamflet yang dicetak guna menemukan orang yang hilang itu. Namanya Aisy Paradista, gadis yang baru saja berhasil memasuki kampus yang sama dengan Daniel harus disuguhi kenyataan bahwa orang yang dia cari selama ini justru benar-benar menghilang. Entah itu kasus penculikan atau bahkan pembunuhan, seharusnya setidaknya Daniel memberikan polisi sedikit petunjuk.

Sosok Ramadhaniel begitu terkenal di kalangan muda-mudi kampus. Kabar kehilangan yang disuarakan secara resmi oleh keluarga Daniel membuat banyak pihak terkejut tak terkecuali Aisy dan para gadis yang berhasil dia kumpulkan di ruangan ini. Ruang kelas tak terpakai di sudut gedung.

"Ada yang janggal, seharusnya kasus ini masih di buka! Ini baru satu bulan." Aca menambahi.

"Alasannya gak ada petunjuk baru," ujar gadis mungil yang nampak menggemaskan meski dalam suasana yang tegang.

Aisy, Aca, dan Arma adalah tiga gadis yang menamai diri mereka sebagai Danielist. Perkumpulan gadis yang tergila-gila dengan korban hilang itu, rencananya akan mencari Daniel sampai ketemu. Tidak peduli apa pernyataan polisi, kalau hilang mana kemana? Kalau meninggal di mana mayatnya?

"Tunggu, gue juga mau cari Daniel." Seorang gadis lain datang dari balik pintu. Aisy mengerutkan keningnya, Danielist bukanlah sebuah organisasi yang dibuka secara terang-terangan. Aisy hanya mengundang beberapa orang yang secara brutal ikut demo di depan kantor polisi dan kejaksaan atau bahkan paling kencang berargumen di sosial media?

"Lo siapa?" tanya Arma sambil mengerutkan keningnya.

"Diva." Perempuan cantik bernama Diva itu lantas bergabung dengan tiga gadis manis yang menatapnya dengan berbagai tatapan. Aisy dengan tatapan curiga, Arma dengan tatapan bingungnya, dan Aca dengan tatapan biasa-biasa saja.
Ketiga gadis itu memang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sementara Diva belum diketahui karena baru bergabung hari ini.

"Oh gak apa-apa, lebih banyak kepala lebih bagus, 'kan?" ujar Aca, dia tersenyum lantas mengeluarkan sebuah koran Minggu pagi dari dalam tas warna coklat mudanya. Ketiga gadis itu menatap satu berita yang berada di sudut halaman.

"Kita mulai dari sini." Telunjuk Aca menunjuk wajah Daniel yang tersenyum dan tercetak hitam putih di atas kertas buram koran.

****

Sepertinya malam hanya akan menjadi waktu berpikir yang panjang. Aisy meminum susu putih di meja belajarnya, ia tidak sedang belajar tapi memikirkan di mana Daniel berada. Gadis itu hampir punya kantung mata karena mempelajari kasus-kasus Daniel yang sudah dianggap sampah oleh tugas kepolisian.
Si cantik memijat pelipisnya, berhari-hari tidak tidur membuat kepalanya pening.

Danielist [Akan Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang