Suara derap langkah kaki para pria dewasa semakin dekat. Sementara yang mereka hadapi di depan adalah sebuah dinding kaca tebal, terlalu memakan banyak waktu untuk memecahkan dinding kaca ini. Namun, hanya berdiri mematung di sini justru akan menjadi masalah. Apa yang sebenarnya harus dia lakukan, suara perempuan yang melengking itu pertanda bahwa Diva sudah berhasil keluar dari kamar mandi.
Aisy melepaskan cengkraman tangan Daniel, ia beralih mengambil sebuah kunci inggris di dalam kotak perkakas di sudut ruangan buntu tersebut. Aisy memberikannya pada Daniel, sementara ia mengambil paku panjang.
"Gak ada pilihan lain, Kak!""Gak bisa Aisy jumlah mereka banyak, gue udah pernah coba."
"Waktu itu, Kak Daniel sendirian. Sekarang ada aku!" Aisy ingin menghajar para laki-laki yang mendesak itu, Daniel menarik mundur badan Aisy. Sepertinya tidak mungkin satu pemuda dan satu gadis kecil akan melawan sepuluh lelaki bertubuh kekar.
"Mau mati pakai cara apa Aisy?" tanya Diva muncul dari kerumunan pria besar itu. Wajahnya terlihat acuh dengan senyum miring dan tangan dilipat.
***
"MASALAH INI KENAPA BISA SAMPAI KE MABES POLRI? INI HANYA MASALAH ANAK-ANAK!" Ketua polisi daerah itu menggebrak meja. Anak buahnya termasuk Rama hanya bisa diam seperti patung. Hubungan antara hilangnya Aisy dan juga Daniel telah tercium oleh masyarakat.
Video bukti-bukti yang direkam Aisy meluas pun dengan rekaman gps nano yang menghiasi dadanya.Mau tidak mau polisi benar-benar harus turun tangan karena desakan warga net yang meminta keadilan bagi dua anak tidak bersalah yang hilang itu.
Kepercayaan masyarakat terhadap Polri akan dipertaruhkan, sudah tidak bisa mengelak telak jika Daniel masih hidup melalui bukti dari kalung Aisy. Kepolisian curang sedang dikacaukan.***
Sementara suasana di dalam rumah sekap semakin mencekam. Entah bagaimana bisa Diva melakukan semua ini, dia hanya anak yang belum genap dua puluh tahun bahkan dia sudah mengantongi senjata api yang ilegal di Indonesia, kalau pun beberapa warga sipil boleh memilikinya tentu bukan bocah gila itu yang seharusnya masuk kategori.
"Do you have any word, Ais?" tanya Diva, pistol itu mengarah ke arah Aisy yang dijagal dua pria dewasa. Daniel juga dipisahkan oleh Aisy karena sejujurnya Diva tidak mungkin akan melukai yang tercinta.
Sirine polisi berbunyi kencang membuat konsentrasi seluruh awak kejahatan ini pudar. Pegangan mereka melemas tapi Diva berniat mengakhiri ini secepatnya.
"Polisi?" Diva menoleh ke arah jendela, kelap-kelip sirine beberapa mobil polisi mengepung bangunan ini. Diva menatap kembali korbannya lalu menarik pelatuk pistol.DOOOR!
Aisy yang semula memejamkan mata membuka matanya kembali. Dia masih hidup? Kemana tembakan itu meleset. Dia melihat dada Daniel tepat di depannya, matanya membola besar sampai berkaca-kaca. Aisy mendongak ke wajah Daniel yang berlahan memucat.
"Kak?" tanya Aisy, detik berikutnya lutut Daniel melemas dan jatuh ke lantai.
"DANIEL!" teriak Diva, pistol yang ia pegang jatuh ke lantai.
"Lari-lari!!" Para penjaga lari, sudah tidak peduli dengan pekerjaan ini jika urusannya dengan polisi. Diva ingin berlari tapi ia tidak bisa tenang dengan keadaan Daniel saat ini. Ujungnya seorang pria menariknya keluar dari dalam sini.
Badan Aisy bergetar menyaksikan Daniel terbaring di darah yang mulai menggenang dari belakang kepalanya. Aisy menangis panik lalu merasakan bagian kepala Daniel yang tertembak. Diva bukan penembak yang handal, dia meleset ke atas saat menarik pelatuk tak cukup pandai menahan dorongan peluru.
"Kak Daniel!" Aisy mencoba membangunkan Daniel, sayangnya sepertinya kesadaran Daniel akan menurun.
"Thanks ... Aisy." Suara parau yang putus-putus itu adalah suara terakhir Daniel di pagi hari yang menyeramkan itu.
Hasil penyelidikan ini tidak boleh begini. Jika Daniel mati, maka tidak akan jauh berbeda dari hasil penyelidikan palsu di Ijen. Aisy menangis, rupanya kesengajaannya masuk perangkap Diva adalah sebuah beban bagi Daniel. Diva memperlakukan Daniel tidak buruk, jika tidak datang mungkin Daniel masih hidup sampai saat ini.
Banyak penyesalan dan kebodohan yang Aisy rasakan di dalam otaknya. Ia melepaskan vestnya, meletakkanya di belakang kepala Daniel berharap bahwa pendarahan di kepala belakang akan berhenti.
***
Daniel merasa bahwa tubuhnya sedang berada di atas gunung. Puncak gunung, pemandangannya indah dan menakjubkan. Belum pernah dia lihat sebelumnya, apakah ini sudah cukup lama setelah tragedi menyeramkan itu terjadi?
Ia menengok ke arah belakang, gadis dengan pakaian tebal sedang membuat sesuatu di kompor portabelnya. Ia terlihat sangat cantik meski bibirnya memucat karena puncak gunung yang tidak ia ketahui namanya ini sangat dingin.Gadis itu tersenyum memberikan secangkir kopi panas yang cocok untuk menemani pagi yang dingin.
"Thanks, Aisy." Aisy tersenyum. Kemudian dua gadis yang tak pernah menaiki gunung sebelumya ikut bergabung, masing-masing membawa secangkir kopi.
"Cuma Aisy?" tanya Arma.
Mereka berempat duduk di bebatuan yang menggunung. Menikmati lubang besar di bawah yang ditumbuhi berbagai pepohonan hijau dan juga kawah-kawah indah.
"Thanks Aca, thanks Arma."
"Thanks, Daniel." Aisy menggenggam tangannya.
"Apa ini semua sudah berakhir?" tanya Daniel, Aisy menggeleng.
"Kita masih punya perjalanan yang sangat panjang. Berjalan bareng kami terus, ya, Niel! Aku butuh kamu, kamu janji bakal bawa aku ke banyak gunung," tutur Aisy.
"Kamu juga seharusnya pacarin aku, 'kan? Aku udah lulus sekolah," timpal Aca.
"Kamu harusnya masih harus balikin duit Bang Otat yang kamu copet, 'kan?" Arma membuat suasana menjadi cair, Daniel meraup muka Arma gemas.
"Itu, 'kan duitnya lo yang makai, lo yang balikin lah!"
"Tapi yang nyopet, 'kan elo!"
Mimpi berada di gunung itu mungkin akan menjadi mimpi yang sangat panjang.
***
Luka-luka ringan Aisy mungkin sudah terobati, tetapi luka di dalam hatinya benar-benar besar dan tak akan terobati sebelum Diva dan rekan-rekannya tertangkap. Daniel tak sadarkan diri dan tidak tahu akan hidup atau mati.
"Misi belum selesai!" ujarnya. Tangan Aisy mengepal, akan ia pastikan Diva mendapatkan balasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danielist [Akan Terbit]
أدب المراهقينKasus menghilangnya Daniel ditutup tanpa keadilan. Membuat Aisy, Arma, Aca dan Diva membuat sebuah kelompok detektif untuk menemukan di mana sebenarnya Daniel? Petunjuk-petunjuk Daniel tidak sedikit, tapi setelah ditemukan selalu mendapatkan hasil...