Daniel merasakan sesuatu, hal dingin yang dioleskan secara halus di permukaan wajahnya. Bulu mata panjang itu merekah, matanya terbuka dan Daniel dengan samar melihat bahwa malam ini bukan orang-orang kasar biasanya. Ini seorang gadis berambut panjang ini telah menggantikan posisi orang-orang jelek berbadan besar yang bagi Daniel menyebalkan untuk mengoleskan krim ke wajahnya. Ia dalam kondisi yang tidak cukup baik karena selama sebulan ini dia dikurung dan membuat kepalanya sering sakit karena stres.
"Kamu takut ya sama preman-preman bodoh itu?" tanya gadis itu. Takut? Apanya yang takut, Daniel waktu pertama disekap berhasil membuat beberapa bagian tubuh mereka mengalirkan darah dengan deras. Sayangnya tidak sedikit orang yang mengepung ruangan ini.
Daniel ingin memperjelas pandangannya, sialnya tidak bisa. Ia tetap tak dapat menangkap presensi di depannya, hanya rambut panjang yang menutupi wajahnya di antara cahaya remang-remang.
"Kamu kenapa enggak makan?" tanya gadis itu lalu menarik halus tangan Daniel yang terkulai dan mulai mengoleskan lotion ke kulit yang mulai kering. Karena batin Daniel karena sebenarnya penculik ini tidak kejam sama sekali dia ingin mogok makan, setidaknya keluar dari sini dan dibawa ke rumah sakit. Sekali lagi, sial! Dia malah disuntik beberapa kali sampai tidak bisa memberontak lagi.
"Kamu mau tau siapa aku, ya?" tanya gadis itu mendekatkan wajahnya ke Daniel, matanya sudah tidak berfungsi terlalu baik efek obat bius yang masih kuat menempel pada tubuhnya tapi ia dapat melihat wajah itu meski samar.
"Diva?"
"Ya sayang?"
***
Kasus Ramadhaniel telah dibuka kembali. Itu karena Diva mau mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk operasional ini. Sayangnya dalam tugas ini dengan bersihkeras polisi melarang Danielist untuk mengikuti patroli dan penyelidikan karena dianggap tidak berkepentingan. Hari ini orang tua Daniel ikut hadir untuk meminta keadilan bagi anaknya.
"Gak berkepentingan gimana, Pak? Bapak yang nutup kasus anak saya dan mereka yang nyari-nyari keadilan buat anak saya, Pak!" Ibu Daniel memberontak.
"Iya, bu. Tapi sudah dikonfirmasi bahwa nomor yang telah dicantumkan itu adalah kekeliruan pihak berita online dan cetak," tutur polisi. Seseorang maju sebagai saksi, orang tua dengan ponsel keluaran tahun dua ribuan. Itu adalah nomor ponsel seorang kakek tua yang rabun, tidak mengerti teknologi sama sekali. Pun tidak ada informasi apa pun dalam ponsel jadul tersebut.
Aca menyenggol Aisy, ia punya perasaan tidak beres dan arti dari senggolan ini adalah ia ingin mengadu bahwa perasaannya tidak enak dan Aisy harus memberikan tanggapan. Namun, yang bersangkutan tidak bergeming dia sedang berpikir.
"Kita membuka kasus ini lagi karena kami menemukan sinyal gps dari hp Daniel, Bu. Di atas gunung Ijen."***
Beberapa hari setelah pernyataan polisi, keluarga Daniel harus diguncang berita menyedihkan. Polisi mengatakan bahwa Daniel sudah lebur di dalam kawah karena terjatuh saat menikmati pemandangan blue flame terlalu bersemangat. Setelah lebih dari tiga puluh hari masuk ke kawah dapat dipastikan tubuh manusia akan lebur dan habis terbakar dalam kawah yang panas.
Ibu Daniel histeris, ia sangat mengenali pakaian anaknya. Tas gunung dan perlengkapan mendaki yang ditemukan tak jauh dari tempat kejadian, serta ditemukan seperti sisa snack dan juga ponsel Daniel. Dengan tangis yang kencang ibu Daniel memeluk kaos anaknya, kaos yang sering digunakan anaknya itu semakin mengikis hati seorang ibu.
Arma dan Aca juga menangis, Diva menenangkan mereka semua. Sementara Aisy mengambil ponsel keluaran tahun lalu itu untuk melihat sekilas apa yang ada di layar sebelum akhirnya polisi merampasnya. Sepertinya ada hubungan personal yang buruk antara Aisy dan petugas kepolisian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danielist [Akan Terbit]
Teen FictionKasus menghilangnya Daniel ditutup tanpa keadilan. Membuat Aisy, Arma, Aca dan Diva membuat sebuah kelompok detektif untuk menemukan di mana sebenarnya Daniel? Petunjuk-petunjuk Daniel tidak sedikit, tapi setelah ditemukan selalu mendapatkan hasil...