"Makanan kesukaan Daniel apa, ya?" tanya Diva di sesi perkumpulan ini. Semua mata tertuju pada Arma, sementara Aisy menatap Diva. Di ponselnya ia sedang membuka layanan pesan antar makanan. "Mau pesen makan buat kita." Diva kemudian menjawab tatapan Aisy.
Arma terlihat sedikit berpikir, ia hanya tetangga biasa yang sering merepotkan Daniel. Akan tetapi ia pernah mendapatkan memori bahwa Daniel suka semua makanan.
"Kayaknya semua makanan dia makan," jawab Arma."Lagi pengen makan yang manis-manis nggak, sih biar mood lagi?" tanya Aca, Aisy mengangguk dan Arma setuju dengan girang. Dalam batinnya Diva mengumpat, karena ia sedang kesusahan menangani Daniel yang sudah mengalami gejala-gejala buruk pasca kosong perut selama berhari-hari.
Ngomong-ngomong Aisy melarang teman-temannya untuk menerima kematian Daniel. Kasus ini masih sangat janggal, ibaratnya potongan kain yang masih berantakan dan belum terjahit rapi. Pelan-pelan mereka akan menemukan benang-benang yang tersembunyi, maka dari itu keadaan Danielist belum terhalang kabut duka.***
"Daniel, ayo dong makan!" Diva sangat frustasi, lagipula siapa yang akan nafsu makan saat berbulan-bulan disekap di ruangan bersama pria-pria besar. Hidupnya selalu diawasi, tidak melakukan kegiatan apa pun selain bertahan hidup?
Ini mungkin sudah hari kelima Daniel untuk puasa. Badannya gemetar dan perutnya perih, mendengar percakapan mereka semalam rasanya Daniel punya tanggung jawab untuk bertahan hidup. Ia tidak mau Aisy kenapa-napa. Tangan gemetar dengan luka yang hampir mengering itu memegang gelas berisi air putih, ditatapnya Diva yang girang. Daniel tersenyum ke arah Diva lalu mengangguk.Akhirnya Daniel mau makan.
***
"Yang harus kita tahu adalah gak ada satu orang pun yang mihak kita!" Aisy menatap Aca dan Arma bergantian. Mereka bahkan ragu untuk mempercayai Aisy yang mencurigai Diva. Selama ini gadis itu bahkan rela merogoh kocek yang tak biasa untuk operasional misi ini.
"Simpan ini baik-baik, gue butuh bantuan kalian." Aisy memberikan sebuah flashdisk ke dalam genggaman tangan Aca. Dengan perasaan yang berkecamuk, Aca menatap Aisy sendu. Ia merasa akan ada hal buruk yang terjadi pada Aisy, dengan air mata yang berlahan menetes Aca memeluk tubuh Aisy.
"Jangan korbanin diri lo, Ais." Detik kemudian pelukan itu dilepaskan.
"Akan ada dua hal kalau misal kita berhasil, Ca. Kebaikan akan diselamatkan dan kejahatan akan mendapatkan hukuman." Aisy tersenyum.
***
Bahkan menangkap Aisy mungkin lebih mudah daripada Aisy. Gadis itu dilempar dengan keras sampai kepalanya mencium lantai, perlakuan mereka terhadap Daniel dan Aisy begitu berbeda. Rambut panjang Aisy ditarik ke belakang membuatnya meringis dan saat membuka mata di depannya ada Daniel yang mematung karena melihatnya seperti ini.
Akhirnya dia bertemu dengan Daniel, tetapi sayangnya ia berada dalam posisi yang tidak menyenangkan. Kedua lengannya sedang diikat di belakang dan kepalanya berada dalam cengkraman Diva.
"Are you surprise?" Diva tertawa seperti orang gila."Lepasin dia!" Daniel reflek mengatakannya. Bagi Daniel, Diva adalah iblis berwujud manusia sekarang.
"Daniel kenal dia?" tanya Diva, sepertinya tidak terlalu mengenal dengan baik. Akan tetapi Daniel tahu bahwa Aisy telah melakukan banyak hal sampai Diva merasa terancam seperti ini dan Aisy diperlakukan seperti ini di hadapannya? Betapa merasa bersalahnya pemuda tampan itu akan kejadian ini.
Pipi Aisy dicengkeam oleh kuku-kuku panjang berwarna-warni milik Diva. "Pengen banget ketemu Daniel, 'kan? Ini Daniel! I give you time to talk with him, karena sebentar lagi mungkin Daniel bakal kunjungin nisan lo. Itu juga kalau Daniel masih inget sama lo." Diva melepaskan wajah gadis itu kasar, kemudian dia berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danielist [Akan Terbit]
Novela JuvenilKasus menghilangnya Daniel ditutup tanpa keadilan. Membuat Aisy, Arma, Aca dan Diva membuat sebuah kelompok detektif untuk menemukan di mana sebenarnya Daniel? Petunjuk-petunjuk Daniel tidak sedikit, tapi setelah ditemukan selalu mendapatkan hasil...