15. Final Chapter

61 7 11
                                    

"Loh, katanya udah jadian sama Aisy? Mana? Gak kamu jemput buat ke acara Arma?" Daniel sangat-sangat tidak bersemangat hari ini, ditambah pertanyaan ibunya ini rasanya dia tidak ingin mengangkat tubuhnya dari kasur dan menemui siapa pun.
Mungkin memang Aisy mencintainya hanya ala kadarnya tidak sebrutal yang ia kini rasakan. Orang bilang kalau cinta pihak laki-laki lebih besar dari pada perempuan hubungan akan membuatabih langgeng lagi, tapi nyatanya jika perempuannya mendominasi rasanya?

"Bahkan ketika semua orang menyerah, Aisy belum." Sepenggal kalimat dari ibunya membuat hati Daniel meleleh. Tidak seharusnya secepat itu dia menyimpulkan rasa sayang Aisy sedangkal ini. Daniel segera bangkit lalu mengambil sebuah kemeja di lemari, memakainya dengan cepat dan sesekali pemuda itu bercermin memastikan helai-helai rambutnya tidak menutupi wajah. Sang Ibu hanya tersenyum lantas memberikan ruang pribadi untuknya.

***

Acara tukar cincin saja semeriah ini, sepertinya Rama akan melalui hari-hari yang sibuk untuk mengingat tanggal-tanggal untuk dirayakan. Arma suka merayakan semua hal kecil yang terjadi di hidupnya.
Daniel datang sendirian memang karena beberapa hari lalu setelah Aisy memutuskan hubungan mereka, Daniel tidak ingin mengirim pesan atau bertukar kabar. Hari ini pemuda yang baru saja beranjak dewasa itu bertemu lagi dengan Aisy, dia tampak tersenyum dan tertawa dengan orang-orang seperti tidak ada yang hilang dalam hidupnya.

Tidak apa-apa, adalah kata pertama yang terlintas di kepala Daniel. Dia masih bisa melihat Aisy berdiri di acara ini dengan cantik juga sudah sangat menggembirakan.

Beberapa tamu berkumpul di bawah podium panggung tak terkecuali Aisy, Aca, dan Daniel. Ini acara apa sebenarnya?
"Ini tunangan apa nikahan sih ada lempar bunga?" tanya Aca, Aisy hanya mengangkat bahunya. Mungkin yang ada di pikiran gadis itu hanya ingin mengikuti acara tanpa protes dan acara akan berakhir sesegera mungkin.

Meski terkesan suka-suka Arma, tapi semua orang mengikutinya dengan senang hati. Saat sepasang muda-mudi itu berbalik badan para tamu undangan mendadak menjadi peserta lomba tangkap bunga. Tidak tahu siapa yang akan mendapatkannya tapi bahkan Daniel pun mengangkat tangannya.

"Satu ... dua ....," Arma memberikan aba-aba dan Rama melambungkan bucket bunga tersebut setelah mendengar kata tiga.

Setelah teriakan heboh sepasang anak muda itu kembali menatap para undangan. Kenapa heboh sekali? Rupanya yang mendapatkan bunga tersebut adalah anak paling populer di kampus karena menjabat sebagai Presiden BEM. Raga, dia memempersembahkan bunga itu untuk Aca.

Aca sempat bertanya-tanya, tapi sepertinya nanti saja karena semua orang sedang histeris dan membuat telinganya pengang. Aca terima saja bunganya.

"Gila, Raga suka sama Aca?"

"Cocok banget kaya pangeran sama princess awww!"

"Ih kalau gitu, sih gak dapet Daniel juga gak apa-apa!"

"Emang mendingan Raga, gak, sih?" Segala celotehan itu membuat Aca malu, pipinya merah dan tak mampu mengangkat wajah.

"JADIAN! JADIAN! JADIAN!" Itu Daniel yang menjadi kompor masa, semua orang akhirnya berteriak sambil bertepuk tangan menyemangati.

"HEH, INI ACARA GUA!" teriak Rama.

"Gak harus hari ini, Aca. Besok jalan yuk sama pengirim bungamu ini?" Oh rupanya Raga yang setiap hari mengirim bunga sebagai pengganti Daniel.

***

Acara selesai, Daniel mengikuti Aisy dari belakang saat hendak pulang. Peringai pemuda itu benar-benar menyeramkan seperti pria yang baru pulang minum-minum di bar, Aisy sampai merinding melihat senyum Daniel dan cara jalannya itu.

Danielist [Akan Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang