Ini adalah bulan ke 8 pernikahan mereka.
Jeno dan Jaemin, kini keduanya tampak dekat layaknya pasangan pada umumnya.
Mereka sering menghabiskan waktu bersama entah itu di rumah atau di luar rumah.
Taeyong, ibu dari Jeno itu tersenyum melihat keduanya. Ia senang, di tambah Jeno yang sepertinya sudah menerima kehadiran Jaemin.
Mereka berdua tak jarang akan mengunjungi panti, memberikan makanan atau mainan pada adik-adik Jaemin yang berada disana.
Seperti sekarang, mereka berada di panti dan makan bersama. Adik-adik Jaemin tampak senang saat Jeno juga Jaemin datang berkunjung.
"Kak Jeno." bisik cio dari arah samping, Jeno menoleh.
"Ya?"
"Terima kasih untuk makanan juga mainan." Jeno tersenyum dan mengangguk, tangannya terulur mengusap surai si kecil.
"sama-sama cio." Cio tersenyum dan melanjutkan acara makannya.
setelah mereka selesai makan, mereka kembali bermain. membuat lingkaran di atas karpet.
"Mau main apa?" Tanya Jaemin.
"ikut kak na saja." Jawab salah satu anak.
"hmmm kak na juga bingung mau main apa."
mereka diam, begitu dengan Jeno yang hanya sedari tadi menatap kearah mereka.
"buka mainan kalian saja, mainkan." ucap Jeno.
"boleh?"
"tentu saja, itu milik kalian." anak-anak panti tersenyum satu persatu dari mereka beranjak dan mengambil mainan yang Jeno berikan.
Jaemin melihat itu tersenyum, tak lama mereka kembali datang dan duduk.
"waaah robotnya bagus sekali kak Jen! terima kasih."
"boneka beruang ini juga lucu, terima kak Jen!"
"Barbie nya juga bagus dan cantik, terima kasih kak Jen!"
"Mainan masak-masak ini juga bagus dan waaah keren sekali, terima kasih kak Jen!"
satu persatu dari mereka mengucapkan terima kasih pada Jeno, Jeno tersenyum dan mengangguk.
"sama-sama, jangan lupa berterima kasih pada kak na juga karena kak na juga ikut membantu kakak membeli ini untuk kalian." mereka mengangguk.
"Terima kasih kak na! kami sayang kak na banyak-banyak!" Ucap mereka berbarengan membuat Jaemin tersenyum manis.
"sama-sama, kak na juga sayang kalian."
mereka mendekat kearah Jaemin dan memeluk Jaemin dengan erat, Jaemin membalas pelukan mereka meski susah.
"aku mau peluk kak Jen!" ucap cio, melepaskan pelukannya pada Jaemin dan memeluk Jeno yang duduk di samping Jaemin.
"aku juga mau!"
Sebagai anak berpindah memeluk Jeno, Jeno tersenyum dan ikut membalas pelukan mereka. Hatinya menghangat saat berada di panti, di tambah dengan senyuman anak-anak yang begitu tulus.
Jaemin dan Jeno saling berpandangan kemudian tersenyum.
Jaemin mengucapkan terima kasih pada Jeno tanpa suara, Jeno mengangguk mendengarnya.
...
"Mau makan apa?" Tanya Jaemin.
"Apa saja, aku selalu memakan masakan mu." Jawab Jeno.
"Baiklah, kalau aku masak sayur di makan ya."
"Iya, sekarang sudah suka sayur."
Jaemin tersenyum mendengarnya, dulu Jeno memang tak menyukai sayur namun saat Jaemin memasak dan harus makan sayur pun akhirnya Jeno terbiasa dan kini pria itu menyukai sayur terutama buatan Jaemin.
"Nana."
"hm?"
"Terima kasih." Jaemin menoleh kearah Jeno, pemuda manis itu terlihat bingung.
"Untuk?"
"Semuanya."
Jaemin tersenyum mendengarnya, pemuda manis itu kembali fokus pada masakannya.
Melihat Jeno yang seperti ini membuat hatinya menghangat, Jeno jauh berbeda dari sebelumnya. Pria itu lebih perhatian dan menunjukkan rasanya sayangnya pada Jaemin meski Jaemin tak tau apa perasaan Jeno terhadapnya.
Sikap Jeno yang seperti ini membuat Jaemin senang tentu saja, juga bingung karena ia tak tahu perasaan Jeno terhadapnya itu apa. Namun ia tak ambil pikir, melihat Jeno seperti ini saja sudah cukup meski ingatannya dengan kontrak pernikahan mereka kembali ia ingat.
Dapat di hitung beberapa bulan lagi mereka akan berpisah dan bebas setelahnya.
"Na?" Panggilan Jeno membuat Jaemin tersadar dari lamunannya.
"Ya?"
"Hangus."
"Hah?"
"Masakan mu." Jaemin tersentak, pemuda manis itu membulatkan matanya. Dengan cepat pemuda manis itu mematikan kompor dan meringis melihatnya.
"Sedang memikirkan apa? Kenapa melamun?" Tanya Jeno.
"Ah, itu. Hanya memikirkan adik panti."
"Begitu?" Jaemin mengangguk.
Jeno hanya mengangguk setelahnya, sebenarnya ia tau jika Jaemin berbohong.
...
Jaemin membantu Jeno untuk duduk di ranjang mereka, setelahnya Jaemin menaruh kursi roda tepat di samping ranjang.
Pemuda manis itu masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih setelahnya keluar dan ikut naik ke atas ranjang, duduk di samping Jeno yang memainkan laptopnya.
"Sudah malam, istirahat dulu. Kerjakan ini nya bisa besok lagi." Ucap Jaemin, Jeno mengangguk.
Pria tampan itu menutup laptop dan menaruhnya di nakas, ia menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang.
"Kemari Jaemin." Jaemin menurut, pemuda manis itu merapatkan tubuhnya pada tubuh Jeno.
"Lelah?" Tanya Jeno.
"Sedikit."
"Kau juga harus istirahat Nana." Jaemin mengangguk, ia menyandarkan tubuhnya pada tubuh Jeno.
"Bangun sebentar, rebahkan tubuhmu dengan benar." Ucap Jeno, Jaemin kembali menurut. Ia membantu Jeno merebahkan tubuhnya.
Setelah itu ikut merebahkan tubuhnya di samping Jeno, menaruh kepalanya pada dada bidang pria tampan itu dengan tangan kiri Jeno yang mengusap surai nya dengan lembut.
"Tidurlah, Nana." Jaemin memejamkan matanya, pemuda manis itu menyamakan tubuhnya pada tubuh sang suami.
"Good night, Jeno." Jeno membalas dengan gumaman.
Tak lama terdengar suara dengkuran halus dari Jaemin, pemuda manis itu sudah terlelap.
"Good night, Nana. Mimpi indah." Ucap Jeno, ia mengecup kening Jaemin lembut sebelum ikut terlelap menuju alam mimpi bersama si manis.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
365 days | nomin [✓]
Fiksi PenggemarKontrak pernikahan selama satu tahun sampai Jeno benar-benar pulih dari lumpuh nya, akankah pernikahan kontrak itu akan berakhir semestinya atau ada cinta yang tumbuh di hati keduanya?