Ke-Duabelas

526 56 4
                                    

Hari demi hari, dan bulan demi bulan telah berlalu semenjak meninggalnya orang tuanya. Khanzah memang tak lagi terpuruk seperti awal-awal... Namun ia tidak lagi seperti biasanya yang ceria, kini dia menjadi lebih pendiam dan merespon seadanya saja.

Ketiga temannya sudah berusaha membuat Khanzah Kembali ceria. Namun, semua usaha mereka sia-sia. Dan mengenai Gus Ihsan, dia hanya memantau Khanzah jadi jauh. Ia tak ingin ada yang curiga jika dirinya selalu memberikan perhatian lebih pada Khanzah.

---


Sekarang Gus Ihsan tengah berada di ndalem, ia diam entah memikirkan hal apa... Hingga Gus ihsan merasakan tepukan pada bahunya, ia menoleh melihat ternyata itu adalah abinya.

"Mikiran apa sih nak... Sampai melamun gitu." Tanya Abi.

"Nggak kok Abi.. ihsan cuman lagi mikiran Khanzah, gimana kalau nanti dia tau tentang hubungan kami." Abi Gus Ihsan mengelus bahu anaknya itu.

"Tidak apa-apa nak.. Abi yakin Khanzah bisa menerimanya. Juga tidak lama lagi Khanzah akan lulus, setelahnya kamu bisa mengatakan yang sebenarnya pada dia"

"Baiklah Abi..."

Tak lama Gus ihsan pamit, ia ingin ke kantor ustadz dan ustadzah. Abinya pun pengizinkannya. Kemudian gus Ihsan pun keluar dari ndalem dan menuju kantor, entahlah seperti ada sesuatu hal yang membuatnya ingin kekantor.

Sampai didepan kantor, Gus Ihsan tak sengaja melihat Khanzah yang tengah duduk diam didekat bangku yang tak jauh dari kantor itu. Melihat sekeliling yang tampak sepi. Gus Ihsan melangkahkan kakinya untuk menuju pada Khanzah.

"Assalamualaikum" salam Gus ihsan.

"Waalaikumsalam"

"Sedang apa disini?" Tanyanya, lalu duduk disamping Khanzah.

"Gapapa... Cuman mau disini aja, adem"

"Liat kedepan Mulu... Liat saya adem juga kok" goda Gus Ihsan. Khanzahh hanya diam namun pipinya tak berdusta entah kenapa memunculkan rona merah

"Ehh itu pipinya kok merah..lagi sakit?" Sebenarnya Gus Ihsan tau bahwa istri kecilnya ini sedang slaah tingkah, namun ia sengaja menggodanya.

"Apa sih Gus... Jangan ganggu Khanzah deh"

"Lohh terserah saya dong mau ganggu apa nggak" entahlah tangannya tiba-tiba terangkat menelus kepala Khanzah yang tertutup jilbab. Khanzah hanya mematung, jujur saja jantungnya sangat tidak amat.

"Gue kenapa sih, kok malah gini... Bahkan berani nyentuh Khanzah... Bukan mahram loh Gus" beritahu Khanzah pada Gus Ihsan.

"Kata siapa kamu bukan mahram saya." Setelah mengatakan itu, Gus Ihsan langsung pergi tanpa berkata apa-apa lagi.

Sedangkan Khanzah masih mencerna maksud perkataan Gus nya itu.
Khanzah setengah mati berpikir, banyak sekali pertanyaan dalam benaknya saat ini.

"Aku kan bukan adeknya Gus, ataupun sepupu jauhnya atau apalah.. perasaan gada hubungan apa apa. Kok bisa jadi mahramnya aja ya.." monolognya sendiri.

Tanpa Khanzah ketahui seseorang diam-diam Memantaunya dari belakang, orang itu menahan tawa melihat ekspresi Khanzah yang sangat menggemaskan, apalagi saat dirinya itu bermonolog.

"Argh... Dasar Gus ngeselin.. bikin orang kepo aja. Ke asrama aja dehh." Entahlah... Dia menjadi kembali banyak bicara karna Gusnya itu, padahal kan beberapa waktu ini dia irit bicara, bener-bener ya tuh Gus. Akhirnya iapun bergegas menuju asrama.

***

"Assalamualaikum guyss..." Salam Khanzah.

"Waalaikumsalam" teman khanzah heran melihat Khanzah yang wajahnya nampak lebih berseri dan cerita, namun tak urung mereka tersenyum bahagia... Akhinya temannnya itu kembali tersenyum.

GUS IHSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang