Ke-Lima belas

541 42 18
                                    

Sekarang, Khanzah masih berada dindalem bersama Gus Ihsan, awalnya ia niat akan kembali keasrama saat selesai membuat sarapan untuk Gus Ihsan, namun dirinya dicegah untuk keasrama. Mereka menghabiskan waktu singkat untuk bersama

"Gus... Udah mau masuk waktu dhuhur, Khanzah harus balik keasrama." Ucap Khanzah yang tengah mengusap rambut Gus Ihsan atas permintaan laki-laki itu.

"Hmm, biarkan saja.. nanti kamu sholat disini bersama saya." Balasnya dengan mata yang masih terpejam

"Tapi Gus, kalau ada yang curiga Khanzah nggak ada diasrama gimana?"

"Tidak, tidak ada yang akan curiga."

Akhirnya Khanzah memilih mengalah saja, tohh mau gimanapun kalau Gusnya bilang A bakalan tetep A. Hahah

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu membuat kedua manusia yang sedang nyaman satu sama lain kaget, siapa yang datang siang-siang begini?

"Gus khanzah sembunyi yah..." Namun saat hendak pergi tangannya dicekal oleh Gus Ihsan, lelaki itu menggeleng pertanda tidak.

"Disini saja"

"Tapi gu-" ucapan terhenti melihat Gus Ihsan menatap dingin, nyalinya seketika menciut. Akhinya mau tak mau ia kembali duduk sambil menunduk.

Cklek...

"Assalamualaikum Gus"

"Waalaikumsalam, ada apa?" Ternyata yang datang adalah ustadzah Aisyah.

"Ini Asiyah bawa-" ucapannya terpotong melihat perempuan yang tak ia sukai berada dirumah Gus Ihsan.

"Ngapain kamu kesini, kamu mau caper ke Gus ihsan,jangan ngambil kesempatan dibalik kesempitan kamu ya" sarkas ustadzah Aisyah pada Khanzah yang berada disana.

Sedangkan Khanzah yang mendengar itu hanya mampu menundukkan kepala, ia benar-benar takut pada ustadzahnya itu.

"Anda tidak berhak memarahi istri saya seperti itu" ucap Gus Ihsan tegas dan penuh penekanan.

Ustadzah Aisyah yang mendengar Gus Ihsan mengakui Khanzah sebagai istrinya tambah emosi, tangannya terkepal kuat, ia menatap Khanzah dengan penuh emosi yang seakan siap ia ledakkan dengan menghapuskan Khanzah.

Tanpa berkata apapun lagi ustadzah Aisyah pergi meninggalkan Gus Ihsan dan Khanzah.
Gus Ihsan menghela nafas melihat itu, berharap ustadzah Aisyah tidak akan menyebarkan ungkapannya itu.

Menutup kembali pintu, Gus Ihsan kembali menuju tempat Khanzah, perempuan itu diam menunduk namun ada aliran air dipipi mulusnya.

"Khan-" ucapan itu terpotong saat Khanzah tiba tiba pergi dari hadapan Gus Ihsan tanpa berkata apa apa, melihat itu Gus Ihsan hanya mampu memandang dengan perasaan tak karuan.

***

Waktu terus berputar,tak terasa sudah malam saja.Sekarang semua santri tengah berada diasrama mereka, ustadz dan ustadzah pun sudah kembali ke kamar mereka masing-masing, semuanya tengah beristirahat, tapi tidak dengan ustadzah Aisyah.

Kian waktu berlalu, ia terus memikirkan cara untuk mendapatkan Gus Ihsan, melihat Gus Ihsan yang dengan enteng mengakui bahwa Khanzah adalah istrinya saat dirinya datang ke ndalem.

"Bagaimanapun Gus Ihsan harus menjadi milikku, aku harus memikirkan cara agar Khanzah dibenci oleh Gus Ihsan, dan berakhir Gus Ihsan perpaling padaku." Ucap ustadzah Aisyah yakin.

Lama ustadzah Aisyah terdiam memikirkan cara untuk memisahkan dua orang itu, kedua bibirnya terangkat membentuk senyum jahat, entah apa rencana selanjutnya.

GUS IHSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang