Ke-Tigabelas

527 56 2
                                    

Waktu terus berjalan hari demi hari, bulan demi bulan, tahun pun telah berganti, satu tahun lebih Khanzah menempuh pendidikan dipondok pesantren Al ikhlas. kini telah tiba hari kelulusan untuk para santri, begitupun dengan Khanzah dan para sahabatnya.  setelah pengumuman kelulusan, kini Khanzah sedang bersama sahabatnya, mereka saling berpelukan karna sudah tak bisa lagi selalu bersama-sama.

"Hiks.... Isah pasti bakal kangen kalian." Isak Isah memeluk ketiga sahabatnya.

"Kita juga bakalan kangen sama isah..... Nanti kalau ada waktu kita ketemuan ya" ucap keyra, ketiganya mengangguk disela pelukan dan tangis mereka.

Seluruh santri yang telah dinyatakan lulus, ada beberapa yang sudah pulang bersama orang tua mereka, ada juga yang memilih mengabdi dipesanten.

"Nesya duluan yaa... Hiks.. hiks... Nanti kita pasti ketemu lagi, dadahhh" pamit Nesya yang berjalan menuju orang tuanya sambil melambaikan tangan pada ketiga sahabatnya.

Kini satu persatu sahabatnya telah pergi, mereka kembali kepada orang tua mereka. Khanzah menatap mereka yang tersenyum bahagia bersama orang tua mereka. Khanzah tersenyum kecut. Air mata mengalir begitu saja, hatinya sangat sakit mengingat orang tuanya yang sudah pergi dan tak bisa lagi Khanzah peluk raga mereka.

"Khanzah..." Seseorang menepuk bahu Khanzah dari belakang. Buru buru Khanzah menghapus air matanya kasar.

"Paman...." Khanzah langsung memeluk paman nya, ia menangis dalan pelukan itu... Ia merindukan orang tuanya.

"Khanzah rindu ayah sama bunda paman, hiks.. Khanzah gabisa ketemu mereka lagi." Lirihnya dalam pelukan pamannya.

"Sudah... Tidak apa-apa sayang, ada paman kok, nanti kita kemakam bunda sama ayah Khanzah yahhh. Cup, cup."

"Khanzah ayo ikut paman."

"Kemana..."

"Ayo ikut saja...."

Khanzah dan pamannya Sampai dindalem, Khanzah bertanya mengapa pamannya mengajak dirinya kesini?. Namun pamannya tetap diam sampai sekarang mereka sudah berkumpul dengan keluarga ndalem. semuanya senyap, Sampai kyai hafidz mengeluarkan suara memecah kesenyapan ini.

"Emm, nak Khanzah."

"Iya Abi..?"

"Ada yang ingin kami bicarakan."

"A-ada apa Abi?" Perasaan mulai tak enak.

"Sebenarnya Gus Ihsan itu sudah sah menjadi suami nak." Ucap Abi. Gus Ihsan sedari tadi diam, ia takut akan respon Khanzah yang bagaimana nantinya.

"H-hah... S-suamu Khanzah bi?.... Maksudnya gimana, Khanzah nggak ngerti"

"Jadi begini nak....

Flashback on

Pagi hari saat hafidz sedang berada di teras ndalem,ia berpikir untuk menelpon Azka ayah Khanzah, untuk menanyakan apakah ia jadi datang kepondok untuk menjenguk Khanzah.

"Assalamualaikum, Azka" ucapnya melalui sambungan telepon.

"Waalaikumsalam fidz..."

"Hari ini jadi jenguk Khanzah kan?, Saya sudah beritahukan pada dia kemarin bahwa kau akan datang menjenguknya siang ini..." Ucap hafidz

"iya saya dan bundanya Khanzah sedang dalam perjalanan, kami akan datang pagi saja, agar bisa menghabiskan banyak waktu dengan Khanzah."

"Yasudah... Hati hati ka"

***
"Bun, mampir beliin sesuatu buat Khanzah sama keluarga hafidz yuk"

"Ayo yahh,, bunda juga mau beliin Khanzah sesuatu."

GUS IHSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang