Ketika takdir tak terduga datang menyapa, jangan melawan, jangan menyangkal, cukup terima saja dengan ikhlas karena sejatinya seluruh takdir dunia ini sudah ada skenarionya. Dan sebagai pelakon, kamu cukup melakukan yang terbaik tanpa merusak versi terbaik dari seseorang. Hidup ini hanya sementara, jadi jalanilah dengan penuh cinta dan tawa.
Hadiah atas kesabaran Meen yang selama ini hidup dalam rantai kesengsaraan. Takdir membawanya memijak bumi di mana ada cinta sejatinya ada di sana. Takdir juga membuatnya mengerti, di ruang takdir semesta, dia percaya nama Perth Tanapon telah terukir dengan sempurna.
Pada kenyataannya apapun yang menjadi takdirmu akan mencari jalan untuk menemukanmu. Bahkan ketika kamu bersembunyi, takdir akan menemukanmu. Ketika kamu berlari pun, takdir akan selalu meraih mu dengan caranya.
Meen menghela nafas sebelum dia mengetuk pintu kamar Perth. Di tangan kirinya ada kantong berisi 4 kotak makan siang dan minuman. Tadi di kantin sengaja dia tidak makan di sana, karena rencananya dia ingin makan siang dengan pujaan hatinya. Yah mudah-mudahan saja Perth menerima niat baiknya.
Cklekh, pintu terbuka. "Ya, ada yang bisa aku bantu?" Mac yang membuka pintu, dia belum mempersilahkan Meen masuk.
"Perthnya ada?"
"Ada, di dalam. Mau aku panggilin?"
"Aku boleh masuk gak, soalnya aku bawa makanan untuk kalian."
Mac berpikir, kemudian dia mengangguk. Kapan lagi makan gratis di saat mereka miskin begini.
Begitu Meen masuk, dia melihat Perth membaca lembaran misi yang dia ambil dari Charlie.
Di lembaran itu tertera misi mengenai mencari mawar api. Hadiah dari misi itu sungguh fantastis. 100 Milyar. Harganya sesuai dengan tingkat kesulitannya. Karena nyawa taruhannya.
Sementara Charlie memakan dengan enggan roti gandum yang keras itu.
"Fokus banget bacanya, sampai gak lihat aku." Ujar Meen setelah mengusap kepala Perth dengan lembut. Sehingga Meen berhasil menarik atensi Perth dan kini mereka saling bersitatap.
"Kenapa kau ada di sini? Masuk dari mana?" Tanya dia berusaha tidak grogi.
"Aku kamu sayang," Meen mengabaikan pertanyaan Perth lantas dia meletakkan makanan yang dia bawa di meja. Dan kini dia mengambil tempat duduk di sebelah Perth.
Meen tidak suka kata kau terlontar dari mulut Perth apalagi kata lu gue. Bagi Meen hubungan mereka tidak sejauh itu sampai harus menggunakan kata lu gue.
"Aku gak tahu makanan kesukaan kalian kecuali makanan kesukaan Perth, jadi gak masalah kan jika menu makanannya aku samain dengan makanan kesukaan Perth?" Katanya masih mengabaikan tatapan mata Perth yang menatapnya dengan sengit.
"Gak masalah." Ucap Charlie senang Meen datang membawa makanan.
"Begitu juga denganku." Sambung Mac, lalu dia melirik ke arah Perth.
"Ngomong-ngomong lu apanya Perth? Teman?" Pemilik suara ini Charlie, bagi dia suatu keajaiban Perth punya teman. Secara Perth tidak segan-segan memberi orang racun.
Meen menatap Perth dengan genit, lalu dia berkata, "Aku boyfriend nya."
Klang, sendok makan yang Charlie pegang jatuh, sementara makanan yang ada di dalam mulut Mac tersembur mengenai Charlie yang ada di depannya.
"Jangan ngomong yang aneh-aneh, sejak kapan kita pacaran?" Bantah Perth sebenarnya berdebar-debar dadanya namun dia tutupi dengan bersikap denial.
"Benar, kamu bukan pacarku, tapi istriku." Balasnya enteng tapi berhasil membuat wajah Perth memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royalty
Fanfiction"Ketika aku menyadari aku mencintai dia, aku telah kehilangan dia untuk selamanya."