"Gua tidak suka lu ikut campur urusan gua dengan Pavel. Apa tujuan lu sebenarnya sehingga lu mau meminjamkan gua mobil tuk balapan?" To the point Charlie pada Meen yang hendak kembali ke kamarnya. Kebetulan mereka bertemu ketika Meen membuka pintu, sudah ada Charlie yang hendak memutar ganggang pintu untuk masuk kedalam. Dibelakang Charlie ada Mac yang baru datang seraya membawa bunga cemilan yang dia dapatkan dari Santa.
Meen bukan pria bodoh sehingga dia langsung paham dengan perkataan Charlie.
"Tujuan gua tidak lebih dan tidak kurang hanya untuk membantu teman gua. Kenapa? Masalah?" Jawab dia enteng dengan tampang tidak bersalah.
Mereka bicara di depan pintu, sehingga Mac tidak bisa masuk dan terpaksa menunggu. Tidak berani dia berkata permisi, takut di tabok oleh dua pria Alpha Dominan ini.
Charlie berdecih, kesal dia. Tapi dia mengerti dengan Meen yang berpihak pada Pavel.
"Hubungan gua dan Pavel sudah berakhir, puas lu?!" Emosional dia sebenarnya dia melepaskan amarahnya pada Meen.
"Lah, lu kok marah ama gua, situ waras?" Tanggap Meen tidak habis pikir dengan pola pikir Charlie.
"Kesal tahu gak, ih! Lu ituh..." Gerutu dia tahu dia salah tempat melampiaskan amarahnya.
"Kenapa dengan gua?" Respon dia santai tidak ada takut-takutnya pada Charlie.
"Bangke lu!" Kutuk dia berkacak pinggang.
"Tapi lu serius suka dengan teman gua. Dia bad boy loh. Sana sini cocol!" Ucap Meen heran dengan orang-orang yang menyukai Pavel. Secara Pavel itu suka gonta-ganti pasangan. Gak ada yang bertahan lama jika menjalin kasih dengan Pavel, paling 7 hari.
"Entahlah, gua suka aja sama dia. Tapi dianya gak. Gua jatuh cinta pada pandangan pertama, anjir..." Entah kenapa dia bisa blak-blakan bicara dengan Meen, mungkin karena mereka sefrekuensi.
Meen akui dari segi fisik dan paras, Pavel itu aduhai menggodanya.
Mac mencolek bahu Charlie sehingga membuat Charlie menoleh ke samping kiri. "Kalian kalau ngobrolnya lama di depan pintu, gua boleh masuk dulu gak?" Pinta Mac tidak tertarik ikut nimbrung dengan obrolan mereka. Mending dia tidur.
Seketika itu juga Charlie dan Meen memberi Mac ruang untuk berjalan kedalam.
"Lu kalau serius suka ama teman gua, maka lu harus berhenti mengejar dia. Dia itu tidak suka dikejar, sukanya mengejar. Walaupun selama ini dia yang selalu di kejar, sehingga dia hanya menjadikan mereka sebagai teman sex sekali pakai."
Charlie menatap dia dengan sengit, ada angin apa Meen membantu dia?
"Biasa aja kali melihat gua, mau gua congkel tuh mata?" Meen bicara dengan tangan berlipat di depan dada, menatap tajam pada Charlie yang menatapnya dengan penuh selidik.
"Selain itu dia suka apalagi?"
"Dia suka penis yang panjang gede dan berurat. Penis lu gede gak? Kalau gak, mending lu mundur. Dia itu bottom asal lu tahu." Betapa mudahnya dia mengucapkan kata-kata vulgar itu dengan tampang serius tak berdosa.
"Anjir, mulut lu bangke!" Charlie segera memperhatikan lingkungan sekitarnya, takut dia ada yang mendengar terutama Mac. Dia serius menganggap Mac itu sebagai adiknya.
"Jan sok baik lu jadi orang, kita sama bangke!" Dia menjadi dirinya sendiri di hadapan Charlie. Di hadapan yang lain dia akan memakai topeng yang lain, sementara di hadapan Perth, itu versi malaikatnya.
"Mulut lu bisa di filter gak, nanti adek dengar bangsat! Kalau mommy yang dengar mah gak masalah. Dia demon soalnya." Ujar dia kini menyeret Meen agak jauh dari pintu, dia merangkul pundak Meen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royalty
Hayran Kurgu"Ketika aku menyadari aku mencintai dia, aku telah kehilangan dia untuk selamanya."