08 : Pembagian Kelompok🍀

220 55 11
                                    

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

"Good morning babe..." Sapa Charlie pada Pavel mengabaikan suasana kelas yang mencekam. Dia bahkan melambaikan tangannya pada Pavel yang kini terangkat sudut bibirnya lantas dia membuang permen karet yang ada dalam mulutnya. Jangan ditanya lagi sorot matanya pada Charlie yang tersenyum nyengir tanpa  beban dan masalah.

Andaikan kursi di sebelah Pavel masih kosong, mungkin Charlie akan duduk di sana.

Sementara Nunu menatap takjub pada Meen yang baru datang bersama Blue dan Benz. Maklum mereka satu kamar, sedangkan Pavel sekamar dengan Lee dan Anan. Hanya saja Anan tidak tergabung dalam kelas elit ini.

Nunu segera berlari menghampiri Meen yang sedang melihat seisi kelas, dia mau melihat apakah masih ada tempat duduk yang belum ditempati.

"Duduk asal aja dulu, bukankah tempat duduk wali kelas yang menentukan." Ucap Blue dibalas anggukan oleh Meen lalu dia tersenyum ramah pada Nunu yang kini sudah menyodorkan fotonya tuk minta tanda tangan.

"Namaku Nunu Chawarin Perdpiriyawong, dan aku sangat menyukaimu." Ucap dia semangat dengan pipi merona. Dia bahkan bertingkah seperti anak kecil yang mendapatkan permen.

"Apakah cukup dengan tanda tangan saja?" Tanya Meen sempat melirik Perth yang sibuk dengan dunianya sendiri. Perth duduk dengan Mac.

"Memangnya aku boleh minta yang lain?" Dia berusaha bicara sesopan mungkin. Dia sadar, kalau kata aku itu terlalu berlebihan di saat dia dan Meen baru bertemu.

Meen mengangguk yang membuat Nunu semakin salah tingkah. Dia bahkan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Apa tidak apa-apa Nunu dibiarkan begitu saja?" Bisik War pada Zee yang sedari tadi terus memperhatikan interaksi Nunu dengan Meen. Sementara Boss dan Santa mengulum tawa, jelas sekali dimata mereka kalau saat ini Zee cemburu.

Zee mengangguk, dia hanya bisa positif thinking sekalipun dadanya terasa nyeri.

"Apa aku boleh menjadi temanmu?"

"Suatu kehormatan bagiku berteman dengan pangeran." Balas Meen pada Nunu yang masih memerah pipinya.

"Ja-jangan memanggilku dengan sebutan pangeran, panggil saja dengan Nunu." Malu-malu dia nan semakin bermekaran taman bunga di hatinya.

"Memangnya boleh?"

Nunu mengangguk cepat sedangkan Zee berdecak kesal. Sebab panggilan Nunu itu hanya tuk mereka yang sudah akrab dengan Nunu. "Sabarlah Zee... Bukankah kamu sudah tahu betapa Nunu mengidolakan artis gadungan itu." Suaranya hatinya tuk menenangkan rasa cemburu di dadanya.

"Sampai kapan kalian berdiri di sana? Cepatlah duduk!" Seru Perth tidak ada manis-manisnya. Dia bahkan menendang kursi didepannya.

Meen mengulum senyum lalu melangkahkan kakinya menuju tempat duduk yang sudah disiapkan oleh Nunu. Nunu sengaja datang cepat supaya dia bisa menyiapkan tempat duduk untuk Meen. Lihatlah, betapa sukanya dia pada Meen.

RoyaltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang