15 : Mulai Merasa Ada Rasa

262 43 12
                                    

Sejauh ini mereka bertarung tanpa menggunakan pheromone, bukan mereka tidak mau hanya saja pemerintah melarang penggunaan pheromone di luar ketentuan yang berlaku.

⏩⏩

Perth tidak melihat Meen di kelas, padahal tadi pagi sampai jam makan siang dia ada. Bahkan tadi pagi mereka berangkat bareng.

"Kemana bajingan itu perginya? Jangan bilang dia merajuk karena ajakan makan siangnya aku tolak." Ucap Perth dalam hati, dia menolak ajakan Meen karena tiba-tiba saja Babe menghubunginya.

Di saat dia mencoba menepis Meen dari pikirannya, Benz datang menghampiri dia.

"Apa ini?" Tanya Perth datar pada Benz yang memberikan dia surat dari Mew.

"Gak tahu, ini dari paman gua." Jelas Benz tidak peduli kenapa pamannya memberikan Perth surat. Benz tidak tahu kalau Perth itu putra Mai.

Benz kembali ke tempat duduknya sementara Perth melihat nama yang tertera pada amplop surat.

*Mew Suppasit Jongcheveevat

Terdengar helaan nafas panjang dari Perth, dan dia semakin menghela nafas ketika dia sudah selesai membaca isi surat tersebut.

Isi suratnya sederhana, Mew hanya ingin mengajak Perth ketemuan di restoran XXX, akhir pekan ini.

Tiga menit kemudian pelajaran ke-4 di mulai sedari tadi. Namun Meen tak jua datang, padahal Pavel dan kawan-kawan sudah datang.

Ada memar di pipi Pavel serta sudut bibirnya yang terluka. Raut wajah Lee tampak buruk sementara Benz dan Benz full senyum.

Perth mencoba tidak peduli namun sepanjang pelajaran berlangsung, pikirannya dipenuhi oleh Meen seorang.

Tidak hanya Perth seorang yang mencari keberadaan Meen, Nunu pun juga begitu. Nunu bahkan sampai bertanya kepada Blue mengenai Meen.

03:15 am.
Sekarang merupakan jam pelajaran ke-5. Meen masuk dalam keadaan tangan kanannya yang diperban serta luka memar pada pipinya. Jalannya juga tampak tertatih, raut wajahnya tampak kesal sementara Pavel geleng-geleng kepala melihatnya dan yang lainnya berbisik-bisik, sebentar sebab Meen segera memberikan tatapan dingin pada Mereka kemudian dia tertawa nyengir tak berdosa pada Perth yang menatap dia dari atas sampai ke bawah.

"Hehehe..." Nyengir Meen kini sudah duduk di kursi sebelah Perth yang masih memberikan dia tatapan sengit.

Perth berdecih lantas dia menatap ke depan mengabaikan Meen. Dia kesal karena masih bisanya Meen bersikap tak bersalah seolah-olah tidak terjadi apapun.

05:00 pm.
Akhirnya mata pelajaran terakhir pun berakhir. "Aku tadi berantem, makanya sekarang aku jadi begini." Jelas Meen pada Perth yang sedang membereskan buku pelajarannya tuk dia masukan kedalam tas. Begitupun dengan yang lainnya.

"Berantem?" Satu kata dari Perth dengan nada berat dan tatapan yang menusuk.

Meen mengangguk ringan, dia sedang mempersiapkan dirinya yang akan Perth omeli.

"Berantem dengan siapa?" Tanya Perth dengan tatapan penuh selidik pada pria yang kini kembali tertawa kikuk, akting tapi. Karena ini semua memang sudah dia atur skenarionya.

"Sudah lupain aja, lagian masalahnya juga sudah selesai. Jadi gak perlu dibahas lagi."

Perth melirik Pavel, "Terserah, bukan urusanku juga." Akhirnya Perth memilih tidak peduli lantas dia menyandang tas ranselnya.

"Yank, tungguin... aku gak bisa jalan tergesa-gesa, kakiku sakit." Pintanya memelas pada Perth yang kini tersipu malu karena Meen memanggil dia dengan sebutan sayang di saat orang-orang masih banyak. Bahkan Nunu yang tadinya mau mendekati Meen kini terhenti langkah kakinya.

RoyaltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang