Klik'
Kamar pun akhirnya terang, seketika itu juga Charlie dan Mac terperanjat kaget. Secara, mereka pikir Perth sudah tidur tapi nyatanya tidak. Padahal ini sudah jam 1 malam.Perth menunggu mereka di kursi merah sambil melihat langit malam di temani minuman berakohol dan rokok. Di sebelahnya ada humanoid yang dia panggil dengan nama Zero.
"Kau membuat aku kaget Perth, untung gua gak ada riwayat penyakit jantung." Kata Charlie sembari menenangkan degup jantungnya. Sementara Mac melihat beberapa botol minuman yang sudah kosong serta asbak rokok yang nyaris penuh.
"Tadi Zero mendapatkan notifikasi mengenai pemakaian uang yang besar sampai hanya menyisakan nominal nol. Kalian beli apa sampai uangnya bulanan kita habis. Asal kalian tahu, itu uang untuk 3 bulan." To the point dia pada dua orang pria yang kini segera melangkah mundur.
"Duduk!" Titah Perth mengintimidasi segera dituruti oleh dua orang itu. Mereka duduk di lantai depan Perth yang duduk di sofa.
"Gua butuh penjelasan dengan kalimat yang tidak lebih dari 20 kata." Tambah Perth kemudian dia mematikan rokoknya. Iris tajamnya menatap mereka secara bergantian.
"Begini, sebenarnya kami ikut balapan liar tuk menggandakan uang bulanan. Kami menang tapi bajingan ini malah meminta pria sebagai hadiahnya." Jelas Mac dengan 20 kata dalam satu kali tarikan nafas.
Seketika itu juga Charlie mencubit pinggangnya, padahal tadi dia sudah menemukan alasan ngeles yang keren.
"Apa lu!" Mata Mac tidak kalah membelalak dari Charlie.
Perth memijit batang hidungnya. Setelahnya dia memberi kode pada Zero, dengan gerakan cepat kini Zero mengunci pergerakan Charlie dan menyuntikkan cairan hijau ke lengan Charlie.
Seketika itu juga telinga Charlie berdenging diikuti dengan tubuhnya yang mulai terasa panas.
"Gua gak ikutan, sumpah! Gua terpaksa! Gua juga udah berusaha memenangkan pertandingan itu dengan harapan duitnya berlian ganda." Jelas Mac horor pada Perth sejujur-jujurnya. Dia tidak tahu cairan apa itu, yang jelas pasti tidak baik. Dia memegang tangan Perth dengan erat.
Perth percaya, walaupun setahu dia Mac itu mantan BAJINGAN.
Plak, Perth menepis kasar pegangan tangan Mac yang duduk di lantai tepat di depannya. "Yang masuk ke tubuh lu itu racun. Penawar nya akan gua berikan jika uang itu sudah lu kembalikan. Tujuh hari, itu adalah batas waktunya. Terserah lu mau mendapatkan uangnya dimana, yang jelas uangnya kembali." Jelas Perth minim ekspresi seraya melihat Charlie berusaha mengeluarkan pheromonenya untuk menekan Perth.
Perth tidak bicara, namun Zero memberikan Charlie keterangan yang masuk kedalam tubuhnya. "Nama racun itu hydra, itu salah satu racun mematikan yang diciptakan oleh Perth Tanapon. Racun itu tidak langsung membuat sang korban mati. Tapi di hari ketujuh, racun tersebut langsung membuat sang korban mati dengan cara menyakitkan. Yaitu jantung korban meledak. Efek samping dari racun ini adalah, sang korban tidak bisa mengeluarkan pheromonenya, regenerasi tubuh mereka juga terhenti dan membuat indera keenam mereka menurun. Jika kau memaksa pheromone mu keluar, maka darah akan keluar dari hidung mu, terus dari telinga, lubang kencing, dubur dan terakhir dari mulut. Jika terus dipaksakan, maka tidak butuh waktu tujuh hari untuk membuat jantung mu meledak."
"SIALAN! Berikan penawarnya, sekarang!" Hardik Charlie sudah keluar darah dari hidungnya.
Perth beranjak dari tempat duduknya, dia tidak peduli pada Charlie yang melolong. Zero masih mengunci pergerakan Charlie, oleh karena itulah Charlie tidak bisa mendekati Perth.
"BANGSAT!!! APA KAU TIDAK TAHU SIAPA AKU?" Maki dia terus berusaha melepaskan diri dari Zero. Dia melirik Max yang berdiri diam.
"BINATANG! Jika gua mati, lu juga mati!"
Terdengar helaan nafas panjang dari Perth, dia berbalik dan berjalan menghampiri Charlie.
"Gua tahu siapa lu, dan asal lu tahu, bapak lu yang meminta gua buat ngajarin lu tentang pelajaran hidup. Dan pelajaran pertama ini, gua ingin lu belajar tentang tanggung jawab! Paham anak mommy!" Dia bicara sambil menepuk-nepuk pipi Charlie.
Sudut bibir Charlie terangkat, "Kalau begitu gua tidak perlu melakukan perintah lu, karena pada akhirnya lu tetap memberikan gua penawarnya." Dia tersenyum mengejek, di dunia ini mana ada orang yang berani menyakiti dia. Kecuali mereka mau mati?
"Nope!" Perth menggeleng, "Bapak lu bilang, terserah gua gimana cara ngajarin lu. Dan jika lu mati selama proses pelajaran itu, gua gak akan dihukum mati maupun hukuman lainnya." Ini terjadi karena Ayahnya sudah menyerah mendidik Charlie yang selalu berbuat sesuka hatinya.
Kali ini Perth yang tersenyum mengejek pada Charlie yang terpaku, dia tidak percaya ayahnya memberikan Perth mandat seperti itu. Memangnya siapa Perth?
"Gua juga tahu tentang lu Mac, jadi berhentilah macam-macam. Nurut aja apa kata gua!" Suaranya membuat Mac kaget, terutama mengenai Perth yang tahu tentang dia.
Mac mencengkram erat lengan kirinya hingga membuat kuku-kukunya memutih. "Sebenarnya apa tujuan kepala akademi mengirim kita ke sini, secara kita bukan kadet elit melainkan kadet bermasalah?" Mereka akan menjadi kadet elit jika mereka tidak bermasalah.
Tatapan mata Mac yang penuh harap membuat Perth sedikit melembut. Dia tidak sejahat itu, masih punya hati dia. "Ralat, bukan kita. Tapi Aku, kamu dan dia. Gua kadet elit, kebanggaan Benua Ursa Mayor! Oleh karena itulah gua menjadi leader kalian." Dia menjeda perkataannya, "Jika lu bertanya alasannya, alasan pertama untuk mengajari Charlie tentang hidup. Alasan kedua, untuk memberitahu dunia kalau kau sudah berubah dan bukan manusia berbahaya seperti yang mereka kira. Pada intinya ini untuk kebaikan kalian dan samasekali tidak ada untungnya untukku!" Jelas Perth tidak akan bicara lebih dari ini karena dia pikir hari ini dia sudah terlalu banyak bicara.
Begitu Perth masuk kamar, Mac terduduk depresi. Kenangan masa lalu itu kembali berputar. Sementara Charlie dia masih merenungkan perkataan Perth, di satu sisi... dia muak dengan ayahnya yang selalu ikut campur dalam urusan hidupnya. Charli tidak sadar, itu semua dia lakukan untuk kebaikan Charlie dan orang banyak.
Tubuh Perth berbaring lelah di kasur, jujur saja dia benci kembali ke sini. Oleh karena itulah hari ini dia merokok hingga 3 bungkus dan minum minuman berakohol sampai membuat Zero menghancurkan minuman yang lain karena saking banyaknya dia minum.
Terlebih tadi Perth melihat potret Meen berjejer sepanjang jalan. Dia pikir dia sudah melupakan Meen, ternyata tidak.
Waktu 3 tahun ternyata tidak cukup untuk melupakan Meen. Melupakan ternyata jauh lebih susah daripada jatuh cinta.
"Ayo tidur Perth, besok kamu harus bangun pagi..." Monolog dia mencoba membujuk dirinya supaya cepat terlelap.
❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Royalty
Fiksi Penggemar"Ketika aku menyadari aku mencintai dia, aku telah kehilangan dia untuk selamanya."