"Apa?" mata Neuvilette melebar. "Apa maksudmu, Thesley?"
Sementara Wriothesley menatapnya dengan alis menekuk, berusaha terlihat sekesal mungkin.
"Apa kau benar benar menyukaiku?"
"Tentu saja. Tidak ada keraguan sedikitpun."
"Lalu mengapa kau tidak pernah menganggapku serius?"
Pertanyaan Wriothesley yang kali ini membuat Neuvilette semakin bingung. Ia berhenti menjawab selama beberapa detik. "Apa maksudmu? Maaf, Thesley. Aku tidak menger- Astaga! Ada apa?!" Neuvilette menarik Wriothesley kepelukannya ketika ia lihat mata Wriothesley berkaca kaca.
"Sayang, ada apa? Beritahu aku, kesalahan apa yang aku lakukan?"
Wriothesley terdiam, membiarkan Neuvilette menariknya kedalam pelukan. Panggilan 'sayang' hampir membuatnya luluh, tapi dia tidak akan menyerah semudah itu!
"Neuvi, kalau aku bilang aku juga menyukaimu, apa kau mempercayainya?"
Neuvilette terdiam sejenak mendengan suara Wriothesley dipelukannya.
"Kau menyukaiku, Wriothesley? Serius?"
"Iya!"
Neuvilette terkejut ketika Wriothesley tiba tiba mendorongnya dan membentaknya.
"Thesley-"
"Aku benar-benar menyukaimu, Neuvi. Aku serius. Jadi stop bilang aku belum siap, aku bilang suka karna kasihan padamu, bla bla bla. Jadi kau ini ingin aku menyukaimu balik atau tidak?!"
Neuvilette tertegun, alisnya terangkat melihat Wriothesley yang marah-marah didepannya. Mata pria itu terlihat basah dan hidungnya merah. Ia menghela nafas sambil terkekeh pelan.
"Astaga, Thesley. Jadi kau khawatir tentang itu?" Ia mendekatkan dirinya pada Wriothesley, memeluknya. "Maaf aku telah membuatmu merasa seperti itu."
"Hmh.."
"Menurutku, cara kita mengenal satu sama lain sangatlah mendadak dan cukup aneh," Neuvilette mulai membuka suara lagi. "Maka dari itu aku takut kau memaksakan dirimu kepadaku, maaf. Maafkan aku sayang, aku senang kau membalas perasaanku. Aku senang sekali sampai rasanya dadaku akan meledak."
"Hmmh, Neuvi stopp aku sedang demam," Wriothesley mengeluh karna Neuvilette menciumi wajahnya berkali kali dengan gemas. Dirasanya Neuvilette menjadi cerewet setelah Wriothesley menyatakan perasaannya. Ia membuka matanya ketika Neuvilette berhenti.
"Wriothesley, boleh aku cium kamu?"
"H-hah?" Wajah Wriothesley langsung memerah padam. "K-kamu bercanda kan? Aku ini sedang demam! Flu!"
"Tidak apa, aku tetap menyukaimu."
"Bukan itu maksudku bodoh? Bagaimana jika kau tertular?" Wriothesley menjauhkan wajah Neuvilette darinya.
"Aku tidak mudah sakit.. Ya, Thesley?" Neuvilette mendekat sekali lagi. Kali ini, Wriothesley menelan ludahnya adan menghela nafas.
"Baik-mmph!"
Bibir mereka menyatu untuk pertama kalinya sejak mereka bertemu. Tidak hanya sebuah ciuman singkat. Neuvilette mengulum dan menggigit bibir Wriothesley dengan lembut. Ia mendorong pria rambut hitam itu agar berbaring diatas ranjang.
Sementara Wriothesley mematung dengan matanya yang tertutup, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ini ciuman pertamanya sejak ia tidak mempunyai waktu untuk cinta. Ia hanya membuka bibirnya membiarkan Neuvilette masuk, lalu melenguh setiap kali lidah mereka bertemu.
"Mmh!"
Sebuah benang saliva terlihat saat bibir mereka terpisah. Keduanya saling tatap dengan wajah yang sama meronanya.
Neuvilette tersenyum lembut. Ia menjatuhkan dirinya memeluk Wriothesley. "Ini hari terbahagiaku."
"Kalau begitu, aku juga.." Wriothesley berdeham gugup.
"Wriothesley, ayo melangkah ke tahap selanjutnya."
Wriothesley tidak mengerti, namun ia mengangguk menyetujui ucapan kekasihnya.
∘₊✧──────✧₊∘
KAMU SEDANG MEMBACA
Neuvithesley - Out Of Nowhere ✔
FanfictionWriothesley, sang barista yang mencoba terlepas dari dunia gangster tiba tiba didekati oleh pria berambut putih yang merupakan pelanggan reguler di cafe mereka. Suatu hari pria itu menyatakan perasaannya. Tapi Wriothesley sangat ragu, karena asal us...