Bab 23

1.1K 43 0
                                    

Selamat membaca
Jangan lupa tinggalkan komentar dan pencet tombol bintangnya yaa:)

****

Setelah kejadian Ziva di dapur tadi yang tiba-tiba memeluk Alvaro dan menangis. Alvaro kemudian membawa Ziva ke kamarnya dan kembali memenangkan Ziva.

Setelah merasa tenang, Alvaro bertanya kenapa cewek itu tiba-tiba bersikap seperti itu. Dan dengan terbata-bata, Ziva mengatakan jika dirinya sudah tau jika semasa SMP Alvaro menjadi korban bullying.

Alvaro awalnya terkejut sebab Ziva yang tahu tentang masa kelamnya yang membuat Alvaro menderita.

Alvaro tidak bisa berkata-kata apa-apa, dirinya juga tidak bisa menyangkalnya. Alvaro hanya tersenyum kecil dan kembali memenangkan Ziva.

Alvaro juga masih mengingat masa lalu yang hampir saja merenggut nyawanya, tetapi berjalannya waktu dirinya mulai bangkit kembali dan berusaha menjadi pribadi yang lebih kuat lagi.

"Pasti kak Alvaro kesulitan selama, maaf aku gak tau apa-apa soal kakak hiks..." Ujar Ziva mengusap bekas air matanya.

"Gue udah gak papa sekarang, lo gak usah khawatir. Itu masa lalu gue dan gue gak mau larut dalam masa lalu." Jawab Alvaro dengan tenang.

Ziva menundukkan kepalanya merasa menyesal. "Maaf kak, aku jadi bahas kembali masa lalu kak Alvaro."

Alvaro mengelus kepala Ziva. "Gak papa, gue sebenernya juga senang lo udah tau tentang masa lalu gue. Gue juga gak yakin bisa ceritain itu ke lo."

Ziva menatap Alvaro intens. "Mulai sekarang, kalo kak Alvaro sedih, butuh bantuan, atau mau cerita, kak Alvaro datang ke Ziva. Sebisa mungkin Ziva bantu kakak. Perasaan kak Alvaro jangan kakak pendam sendiri, okay?" Ujar Ziva semangat.

Alvaro tertawa kecil melihat sikap Ziva yang awalnya menangis kini bersemangat. "Iya, gue bakalan cari lo. Sekarang lo bersih-bersih badan dulu, sebelum tidur."

Ziva menatap Alvaro bingung. "Tapi kak, aku gak bawa baju ganti."

"Gue pinjemin baju ke Mama dulu." Ujar Alvaro.

"Enggak usah kak, ini udah malam. Ziva takut Mama udah tidur dan nanti malah ganggu Mama sama Papa tidur. Gak papa Ziva pake seragam ini aja, lagian besok juga libur kok." Jawab Ziva tidak ingin merepotkan.

Alvaro menggeleng tidak setuju. "Jangan, nanti lo gak nyaman. Atau lo pake baju gue, kayaknya ada baju yang ukurannya cukup kecil buat lo pake."

"Kak Alvaro gak papa Ziva pake baju kakak?"

"Gak papa, tunggu sebentar gue cari dulu." Jawabnya dan kemudian berjalan menuju walk in closet.

Sementara Ziva melihat sekeliling kamar Alvaro. Kamar Alvaro termasuk rapi. Tidak banyak interior yang ada disana tetapi membuat suasana kamar menjadi nyaman.

Kemudian pandangan Ziva fokus kepada beberapa foto yang berjejer rapi di dinding. Ziva melangkah untuk melihat lebih jelas.

Ziva melihat beberapa foto Alvaro bersama orang tuanya. Dan ada juga foto Alvaro bersama dengan kedua sahabatnya, Bima dan Dito.

Kemudian Ziva menuju ke meja belajar milik Alvaro. Ziva menatap kagum melihat meja Alvaro yang sangat rapi. Beberapa buku pelajaran tertata rapi dan beberapa notebook yang ditempel dengan rapi.

"Pantesan kak Alvaro jadi salah satu murid berprestasi. Tapi sayang, dulu sikapnya kaya es batu berjalan." Gumannya.

"Gue kaya apa? Es batu berjalan?" Seru Alvaro dari belakang Ziva membuat cewek itu terperanjat kaget.

Pernikahan Rahasia Alvaro dan ZivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang