Bab 4.

1.5K 33 0
                                    

Flashback 3 (Terakhir)

Satu minggu kemudian.

Acara pemakan sudah berlalu seminggu yang lalu. Semua kondisi kembali seperti semula. Tetapi Ziva merasa ada yang kosong dalam rumah ini.

Kepergian sang ayah masih meninggalkan duka di hatinya, tetapi Ziva juga harus mengikhlaskan kepergian sang ayah dan harus menjadi penguat untuk bundanya.

Saat ini Ziva sedang ada di ruang santai keluarga, sebab beberapa menit yang lalu Lita menyuruhnya untuk menunggu disana.

Selang beberapa menit kemudian, Lita datang dan membawa jus Alpukat dan beberapa cemilan.

Lita menatap putrinya dengan tatapan sendu, dirinya masih belum siap untuk mengatakan semuanya kepada Ziva.

"Bunda kenapa kelihatan sedih gitu? Bunda lagi ada masalah?" Tanya Ziva seakan paham dengan ekspresi wajah mamanya.

"Sayang, bunda sebenarnya mau ngasih tau sesuatu, lebih tepatnya amanah dari ayah' ke kamu sebelum meninggal." Ujarnya.

Ziva terdiam saat nama itu disebutkan lagi. Sudah seminggu berlalu, tapi Ziva masih belum bisa menerima sepenuhnya kepergian sang papa untuk selamanya.

Dan kini mama nya bilang jika papanya menitipkan amanah untuk dirinya. Ziva menjadi takut sekaligus penasaran.

"Ayah nitip amanah sama Ziva? Kapan bun?" Tanya Ziva.

"Beberapa hari yang lalu ayah kamu nelpon bunda dan ngomong sesuatu ke bunda. Bunda awalnya cuma anggap omongan ayah kamu becanda aja, tapi ayah kamu sepertinya sudah punya firasat mau pergi dari dunia ini." Lita kembali mengingat percakapan terakhirnya dengan sang suami tercinta.

Lita menghembuskan nafasnya panjang. Tidak terasa air matanya kembali menetes.

"Bunda jangan nangis lagi. Ziva gak mau lihat bunda sedih lagi. Kita berdua udah janji kan buat ikhlasin kepergian ayah." Ujar Ziva menenangkan Lita.

Lita mengangguk dan menghapus air matanya, benar apa yang dikatakan oleh putrinya, dirinya tidak boleh sedih lagi dan harus bisa menerima semua kenyataan ini dengan lapang dada.

Ziva menggenggam tangan Lita. "Gak papa bunda, Ziva bakalan lakuin apa permintaan terakhir ayah."

"Tapi sayang bunda ragu kamu bakalan setuju. Bunda juga belum siap buat ini semua." Ujar Lita ragu.

Ziva tersenyum. "Ziva bakalan penuhin apa keinginan terakhir ayah. Ziva mau ayah tenang di Surga."

Lita mengambil nafas panjang. "Sebenarnya sebelum ayahmu meninggal, ayah kamu sudah menjodohkan kamu dengan anak sahabat ayah kamu, Ziva."

"Hah?"

Hanya satu kata itu yang dapat Ziva ucapkan dari mulutnya. Apakah dirinya tidak salah dengar. Atau justru perkataan Mamanya yang salah.

Perjodohan??

Kenapa? Bagaimana bisa?

Ziva tertawa kecil. "Bunda lagi bercanda kan? Lagi ngeprank Ziva kan? Mana mungkin ayah mau jodohin Ziva, gak mungkin kan? Pasti bunda salah ngomong deh."

Lita hanya diam yang semakin membuat Ziva tidak percaya. Kemudian Lita memberikan sebuah amplop berisikan surat dari sang ayah yang diterima Lita beberapa hari setelah kepergian sang suami.

Ziva membuka dan membaca surat tersebut yang berisikan jika sang ayah sudah menjodohkan Ziva dengan anak sahabat ayahnya.

"Dan orang yang bakal dijodohkan sama kamu tiga hari lagi mau kesini sama orang tuanya. Kamu juga kenal siapa orang itu." Ujar Lita yang langsung membuat Ziva menatap bundanya.

Pernikahan Rahasia Alvaro dan ZivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang