Bab 12

1.4K 36 0
                                    


Selamat membaca....

Aska berjalan menuju ke arah kemah lagi, tetapi dirinya masih dipenuhi dengan berbagai pertanyaan dibenaknya mengenai hubungan Ziva dan Alvaro.

Apakah benar jika Ziva sedang menjalin hubungan dengan Alvaro? Tetapi jika itu benar, Aska tidak pernah melihat interaksi keduanya di sekolah.

Atau mereka sedang menjalin hubungan secara diam-diam??

"Akhhh... Kenapa gue malah pusing sendiri mikirin mereka sih." Kesalnya.

Tapi tidak bisa dipungkiri juga jika Aska merasa cemburu melihat Alvaro yang memeluk Ziva.

Padahal selama dirinya kenal Ziva, Aska tidak pernah ah lebih tepatnya tidak berani berinteraksi dengan Ziva sedekat Alvaro tadi.

"Lho kak Aska kenapa udah ada disini? Bukannya tadi baru sebentar buat nemuin Ziva?" Tanya Iren dari arah berlawanan yang melihat Aska berjalan sendirian.

Aska berusaha menampilkan senyum, seolah tidak terjadi apa-apa. "Gak papa, Ziva kayaknya masih butuh istirahat, jadi gue mutusin buat pergi. Lagian masih ada tugas yang belum gue kerjain." Alibinya.

Iren mengangguk paham. "Ohhh ya udah kak, gue mau ke Ziva dulu."

Aska langsung menahan tangan Iren. "Lo mau apa kesana?"

"Ini mau ngasih jaket punya Ziva, gue takutnya nanti Ziva kedinginan." Jawab Iren seraya menunjukkan jaket yang dibawanya untuk Ziva.

"Jaket itu gak guna Ren buat Ziva, karena Ziva udah gak kedinginan lagi karena pelukan Alvaro." Batin Aska merasa pilu.

Dengan cepat Aska langsung menahan tubuh Iren. "Nanti aja lo kasih jaketnya, Ziva sekarang udah tidur. Lagian gue tadi udah kasih dia selimut." Ujar Aska dan mendorong kedua punggung Iren untuk kembali ke tempat kemah.

"Eh ta-tapi kak..."

"Sstt.... Udah nanti aja kalo Ziva udah bangun, lo ke sana lagi. Sekarang bantuin gue dulu." Sela Aska dan mengajak Iren menjauh dari sana.

Diam-diam Aska merenung dan tersenyum kecut, ternyata benar jika dirinya cemburu dan tidak suka melihat kedekatan Alvaro dengan Ziva.

***

Ditempat lain.

Entah apa yang terjadi, tetapi saat ini Ziva dan Alvaro sedang dalam keadaan yang canggung, saling diam, dan malu dengan dirinya sendiri.

Seolah tersadar dengan keadaan lagi. Setelah Alvaro dan Ziva berpelukan, keduanya langsung dilanda keheningan, merasa canggung satu sama lain.

Bahkan saat ini Ziva hanya bisa menundukkan kepalanya dan tidak berani menatap wajah Alvaro, sebab dirinya yang terlanjur malu.

"Gimana luka kak Alvaro, udah diobati?" Akhirnya Ziva memberanikan diri memulai percakapan setelah sepuluh menit keduanya hanya diam.

"Eh.. hmm udah tadi diobati sama panitia." Jawab Alvaro dengan kikuk.

Ziva tersenyum kecil, kedua tangannya saling bertautan karena gugup. "Syukurlah kalo udah di obati." Ujarnya.

"Kaki lo masih kerasa sakit? Kita pergi ke rumah sakit dan periksa lebih lanjut." Saran Alvaro yang terlihat masih khawatir dengan Ziva.

Ziva tersenyum tipis. "Aku udah mendingan, kak Alvaro gak usah khawatir. Oh iya, sekali lagi aku mau ucapin makasih soalnya kak Alvaro udah nolongin aku. Aku gak bisa bayangin gimana kalo aku gak ketemu sama kak Alvaro." Ujar Ziva dengan sungguh-sungguh.

"Karena lo istri gue, jadi udah selayaknya gue nolongin dan ngelindungi lo." Ujar Alvaro pelan dan tanpa sadar.

"Eh kak Alvaro ngomong apa?" Tanya Ziva yang tidak mendengar ucapan Alvaro.

Pernikahan Rahasia Alvaro dan ZivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang