Bab 14

1.3K 42 0
                                    

Selamat membaca...

***

Diperjalanan menuju kelas, Tiara dan Ghea yang melihat Ziva sudah masuk sekolah langsung menghampiri Ziva dan memeluknya erat.

"Zi, lo udah gak papa? Gimana sama keadaan lo? Kaki lo udah gak papa kan?" Tanya Tiara menggebu.

"Kita khawatir banget sama lo tau!!" Timpal Ghea.

Ziva yang mendapatkan pelukan tiba-tiba dari kedua sahabatnya, merasakan sesak.

"Guys... Bisa lepasin pelukan ini dulu gak, gue gak bisa gerak nih. Kaki gue juga masih sakit." Seru Ziva kepada sahabatnya.

Ghea dan Tiara langsung melepaskan pelukannya itu dan menatap kaki Ziva yang masih terdapat beberapa perban disana untuk menutupi lukanya.

"Ihhh... Pasti sakit banget ya Zi? maaf kita gak bisa bantuin lo disana. Kita juga baru tau kemarin dari teman-teman." Ujar Tiara.

Ghea mengangguk. "Iya Zi, lo tau gak kita langsung panik saat denger kalo lo hilang di dalam hutan. Tapi untung aja lo gak kenapa-kenapa, untung aja kak Alvaro bisa nemuin lo." Sambung Ghea.

Ziva tersenyum tipis, senang melihat jika sahabatnya masih peduli dan khawatir dengan keadaannya. "Makasih kalian udah peduli sama gue. Tapi sekarang gue udah gak papa guys, kalian tenang aja."

Kemudian ketiga cewek itu berjalan menuju ke kelas mereka. Tapi saat dalam perjalanan, Ziva merasa beberapa murid sedang memperhatikan mereka, lebih tepatnya menatap Ziva dengan tatapan aneh.

"Guys... Kenapa gue rasa mereka pada ngeliatin gue ya? Apa cuma perasaan gue aja." Ujar Ziva bertanya kepada sahabatnya.

Ghea dan Tiara yang mendengar ucapan seperti itu langsung melihat sekelilingnya dan benar apa yang dikatakan Ziva jika saat ini sepertinya murid-murid sedang menatap Ziva dengan tatapan aneh, khususnya bagi kaum murid cewek.

"Gak usah dipikirin Zi, mungkin mereka kaget denger berita lo pas hilang di hutan." Jawab Ghea berusaha tidak membuat Ziva khawatir.

Tiara mengangguk setuju. "Iya Zi, gak usah dipikirin."

Ziva hanya mengangguk kecil. Mungkin apa yang dikatakan sahabatnya ada benarnya.

Ziva tidak ingin memikirkan hal yang terlalu jauh.

Beberapa jam kemudian.

Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu.

"Guys, gue mau ke toilet dulu, kalian duluan aja ke kantin, nanti gue nyusul." Ujar Ziva kepada Ghea dan Tiara.

Ketiga cewek itu memutuskan untuk pergi ke kantin. Padahal Ghea dan Tiara sudah menawarkan kepada Ziva jika Ziva tidak usah ikut ke kantin karena jaraknya yang lumayan jauh dari kelas.

Tiara dan Ghea juga sudah menawarkan untuk membelikan makanan untuk Ziva, tetapi cewek itu menolak dan berakhirlah disini.

"Kita anterin aja, gue takut nanti lo kenapa-kenapa. Kaki lo belum sembuh total Zi?" Tawar Ghea.

Ziva menggeleng kecil. "Gak usah, kalian ke kantin dulu aja, takutnya nanti gak dapat tempat buat duduk. Tenang aja, gue juga sebentar ke kamar mandi kok." Ujarnya berusaha menyakinkan kedua sahabatnya.

"Okay, tapi kalo ada apa-apa langsung hubungi kita." Sambung Tiara.

Ziva mengangguk dan kemudian ketiga cewek itu pergi sesuai tujuan mereka masing-masing.

Lagi-lagi diperjalanan menuju kamar mandi, Ziva kembali merasa jika murid lainnya sedang menatapnya dengan aneh. Tidak sedikit pula yang seperti membicarakan dirinya.

Pernikahan Rahasia Alvaro dan ZivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang