Karma

632 69 9
                                    

🌙🐶🌙🐶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌙🐶🌙🐶

Happy reading guys!

Jangan lupa vote dan komennya

🌙🐶🌙🐶

Teduh, jauh dari nilai yang buruk, tertata rapi, serta bersih. Itulah kesan pertama yang terlintas saat memasuki area Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Jakarta. Walaupun ia terletak pada pusat kota Jakarta namun ternyata tidak terlihat seburuk dan sekacau itu.

Hal itu terlihat dari semua sudut yang memang bersih, tidak berbau, dan bahkan cenderung wangi. Belum lagi pohon-pohon yang tumbuh di sekeliling gedung, yang menjadikan suasana RSJ Jakarta teduh dan asri.

Bayangan tentang kondisi rumah sakit jiwa yang dipenuhi dengan kekacauan, kondisi kotor, atau bangsal perawatan yang tidak manusiawi, seperti yang digambarkan dalam beberapa film, seketika lenyap dan berubah. Jeno hanya bertanya didalam hati, "kenapa rumah sakit jiwa bisa dibuat senyaman ini?"

Kebersihan sangat terjaga, meskipun di sini tertampung lebih dari 200 pasien dengan beragam gangguan kejiwaan mulai ringan hingga berat.

Pasien yang masih dalam kondisi akut, akan dimandikan setiap harinya oleh petugas. Pun jika mereka membuang kotoran tidak di tempatnya, petugaslah yang akan bertanggung jawab untuk membereskannya.

Bahkan, saat mereka berjalan di lorong-lorongnya kadang tercium bau wangi karbol. Hampir tidak ditemui adanya masalah untuk perkara kebersihan lingkungan.

"Jeno, kok berhenti disitu?" Tegur Aeri yang ternyata sudah berjalan beberapa langkah lebih cepat dari jeno.

Aeri tersenyum dan kembali menghampiri laki-laki itu. Sepertinya jeno sedang tertegun dengan papan Mading yang ada di lorong tersebut. Dia bahkan mengamatinya sambil terlihat kagum.

"Apa rumah sakit menyewa pelukis dan beberapa tim kreatif untuk membuat Mading ini?" Tanyanya pada Aeri.

Aeri menggeleng, "setahuku enggak. Tapi yang aku tahu pasien disini memang ada jadwal untuk kelas seni."

"Orang sakit jiwa bisa diajak masuk kelas?" Sepertinya jeno kurang yakin dengan jawaban Aeri.

Tentu saja Aeri mengangguk mantap, "iya. Mereka lebih mudah diajak karena hati mereka sebenarnya udah mati (?)" Maaf, Aeri hanya asal ceplos saja tanpa berfikir.

Lalu Aeri mengubah badan jeno yang besar itu agar menghadap kepadanya, "yang susah itu kalo hati orang yang udah dingin, batu, dan keras kepala sok gak peduli dan jual mahal. Terus gengsian dan suka cari aman, baru itu sulit buat di atur! " Lanjutnya, "wlek."

YOU'RE ALL I SEE (ROYALLATTE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang