Yemima kembali rapuh, hidupnya yang sudah ia susun untuk kembali bangkit dijatuhkan begitu saja saat mendengar kalimat yang dilontarkan Danu.
Kenapa? Kenapa Danu harus mengingatkan kembali bayinya yang meninggal dalam kandungan? Sialan! Yemima seperti ini karena ulah siapa, hah?
Karena emosi yang begitu menggebu, air mata pun perlahan turun dengan sendirinya. Susah payah ia menahan air mata itu agar tidak terjatuh, tetapi akhirnya tetap luruh jika hal itu menyangkut sang bayi yang selalu ia tunggu kelahirannya.
Yemima perlahan bangkit dan menatap Danu dengan bengis.
"Lo kira, gue bakalan luluh? Bngst! Gue malah makin muak sama lo," desis Yemima dengan berderai air mata, setelah mengatakan itu Yemima berbalik pergi meninggalkan Danu yang termangu menatap kepergian sang gadis.
"Mim ... bukan gitu, bukan gitu maksud gue," bisiknya lirih masih menatap punggung kecil Yemima gamang.
●●●
Bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, tetapi Yemima masih duduk dan terdiam di taman belakang sekolah—tempat yang jarang dilalui siswa siswi maupun guru. Yemima hanya ingin menenangkan dirinya sejenak karena air mata itu masih terus mengalir, setelah Danu kembali mengingatkannya perihal baby—sang jabang bayi yang sudah tiada karena Yemima terjatuh dari tangga.
"Hiks ... sakit, hati gue masih sesakit ini tiap inget dia. Kenapa gue ceroboh banget bisa jatoh? Sialan! Lebih baik gue aja yang mati." Yemima menepuk-nepuk dadanya keras, merasakan sesak kembali menghimpitnya.
Tidak ada kata yang bisa diucapkan ketika seorang ibu kehilangan anaknya dan Yemima merasakan hal itu, ia kesakitan, baik fisik ataupun mentalnya. Jika bisa memilih, lebih baik ia saja yang meninggalkan dunia ini.
Suara tangisannya begitu menyayat hati, tetapi berbeda dengan lelaki yang berjalan dengan kaku di seberang sana, raut wajahnya sedikit ngeri mendengar suara tangisan itu. "Halo, orang apa bukan ya?" gumamnya pelan.
Lelaki dengan name tag Adam Alkhalifi itu bergidik ngeri ketika mendekat dan melihat seorang gadis dengan rambut acak-acakan hingga menutupi wajahnya. "Masa ada mbak kunkun siang bolong begini, sih?" bisik sang lelaki pelan.
Yemima mengusap air mata dan perlahan mendongak menatap lelaki yang tengah mengganggu waktunya itu. Suara gumaman dan bisikannya terdengar jelas di telinga Yemima. "Ngapain ketua OSIS ke sini?"
Adam mengernyitkan dahi mendengar kalimat ketus itu. "Gue lagi nyari siswa siswi berandalan yang sukanya bolos, kayak lo ini."
"Brngsk!" umpat Yemima seraya beranjak dari duduknya dan hendak pergi, tetapi cekalan tangan Adam membuat gadis itu menghentikan langkahnya. "Lo kira bisa pergi gitu aja?"
Yemima meniup poninya pelan dan menatap Adam dengan tajam. "Yaudah, lo mau hukum gue?"
"Iya bareng anak-anak berandalan lainnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Back to Highschool
Teen Fiction[Beware! Harsh words dan adegan yang tidak patut untuk ditiru!] Yemima adalah seorang antagonis di kehidupan Danu dan Halwa, dari masa putih abu ia terus mengejar cinta Danu. Hal terparah yang Yemima lakukan adalah hampir mencelakai Halwa dan memaks...