=

173 10 148
                                    

2013.07.13

"Bulan, 'kan?"

Bulan yang sedang merapikan buku-bukunya mengangkat wajahnya ketika melihat tangan seseorang pada mejanya, ia menatap seseorang itu yang berdiri di depannya.

Bulan mengedipkan matanya kagum pada wajah yang ada di depannya, ini pertama kalinya ia melihat lelaki setampan ini di dunia nyata, kata tampan saja sepertinya tidak cukup.

"Bulan?"
"I–iya, aku Bulan. Ada apa?"

"Kenalin aku Wiratara, anak XII-IPA, katanya kamu ketua MOS kelompok garuda 'kan ya?" tanyanya.

Bulan dengan cepat mengangguk.
"Iya Kak, aku."

Lelaki mengangguk paham.
"Tadi kata temenku, cari aja kamu duduknya deket pintu rambut pendek. Jadi gini, Bulan, kemarin waktu kamu MOS harusnya aku yang bimbing, tapi karna ga masuk, jadi digantiin temen lain," ucapnya.

Bulan mendengar dengan seksama apa yang dikatakan lelaki itu. Namun, sungguh ia tidak berhenti-henti memuja paras lelaki itu di dalam hati.

"Aku harus laporan ke guru gimana prosesnya jadi aku ada gambaran waktu ngatur makrabnya," lanjut Wiratara.

"Kamu bersedia bantu aku?" tanya Wiratara dan dengan cepat Bulan mengangguk.

Wiratara tertawa kemudian mengangkat jempolnya.

"Makasih ya, Bulan."
"Sama-sama Kak," ucap Bulan menatap lelaki itu yang sudah keluar kelasnya.

"Gila Bulan gila!!"

Bulan menoleh mendengar teman semejanya yang sejak tadi diam.

"Disamperin Kak Wiratara, keajaiban nomor 8 di dunia," ucapnya.
"Ah tau gitu gue terima waktu disuruh jadi ketua tim," lanjutnya membuat Bulan penasaran.

"Emang Kak Wira itu siapa?" tanya Bulan membuat gadis itu menatapnya tidak percaya.

"Hello Bulan?!?!!! Lo gak tau?!!"

Bulan menggeleng, ia memang tidak tahu, ini pertama kalinya ia melihat lelaki itu.

"Wakil Ketua OSIS, fansnya banyak banget, kayanya kalo kelebihannya dilist, satu buku aja gak cukup," ucapnya membuat Bulan terdiam.

"Ah, iri, Bulan gue iri," sesalnya merapikan buku-bukunya.

Bulan terdiam. Wajah itu memang tidak biasa, wajar memiliki banyak penggemar.

*

From: Mama
Lan, pulang langsung pulang

Bulan menatap ponselnya yang menampakan SMS dari ibunya, Bulan dengan cepat membalas pesan itu. Ia juga sudah keluar kelasnya, jadi tanpa dimintapun ia akan pulang.

"Bulan?"

Bulan mengalihkan pandangannya dari ponselnya dan menatap seseorang yang berdiri di depannya. Sungguh ia belum terbiasa melihat wajah ini, ia terus terkejut dengan ketampanan wajah itu.

"Iya Kak?"

"Kamu ada kegiatan lain habis pulang?" tanyanya membuat Bulan menatap ponselnya kemudian menggeleng.

"Aku mau ngomongin soal kelompok tadi, sekarang bisa?" tanya Wiratara dan dijawab anggukan oleh Bulan. Ia akan mengirim pesan ke ibunya nanti.

"Kamu udah makan siang? Apa mau sekalian?" tanya Wiratara membuat Bulan dengan cepat menggeleng.

Astaga situasi macam apa ini, ia sangat gugup.

"Udah Kak, langsung ngomongin kelompok aja," ucap Bulan dan dijawab anggukan oleh  Wiratara.

"Ok deh."

"Oh iya Bulan, ini di data kamu, nama yang tertulis cuma Bulan, nama kamu memang cuma 1 kata?" tanya Wiratara dan Bulan menggeleng.

"2 kata, Bulan kata kedua," ucap Bulan.

"First name kamu apa?" tanya Wiratara.

Bulan tersenyum tipis kemudian menggeleng.

"Kalau itu, rahasia."

"Rahasia Bulan?" Canda Wiratara membuat Bulan tertawa kemudian mengangguk.

"Iya Rahasia Bulan."

*

"JEHAN! STOP!"

Jehan tidak menghiraukan seruan yang ditujukan kepadanya. Ia tetap memegang kerah lelaki di depannya.

"Je, please..."

Jehan melepaskan kerah itu kemudian mendorong lelaki itu sehingga membuatnya tersungkur. Lelaki itu menatap Jehan dengan penuh amarah.

"Fuck you, Lazarus Jehan."

Jehan menyeringai tipis.
"Sure, I fuck you."

Jehan berbalik meninggalkan lelaki itu yang masih terdiam di tempatnya dan dibantu oleh teman-temannya yang lain.

"Je, I'm sorry..."

Jehan menoleh melihat gadis yang sudah mengikutinya sejak tadi.

"It's not your fault."

Gadis itu terdiam dan menatap ujung bibir Jehan yang terluka, ia semakin merasa bersalah.

"Je, I'm so sorry..."

Jehan menghentikan langkahnya kemudian menatap gadis itu dengan serius.

"It's not your fault, Olivia. I'm fine. Thanks and that's enough."

Gadis itu mengangguk paham.
"Thank you, Je."

Jehan mengangguk kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan gadis itu yang masih diam di tempatnya.

secret love song Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang