38

168 6 726
                                    

Jeffrey menatap ponselnya menatap pesan yang dikirimkan Jehan kepadanya, ia baru saja sampai di Doha dan menunggu pesawatnya selanjutnya, pesan Jehan ini sungguh membuatnya bingung dan tanpa berpikir panjang segera menghubungi nomor itu.

Jehan menunda kepulangan dan ini hal serius, Jehan tahu jika besok mereka ada acara penting, jika Jehan tidak datang proyek mereka terancam gagal karena manajemen penyanyi yang akan mereka ajak kerja sama sangat strict jika bukan Jehan sendiri yang datang, mereka tidak akan melanjutkan kerja sama, sampai kapanpun. Hanya ada satu kesempatan.

"Jehan, what do you mean?"

Jeffrey dengan cepat bertanya, bahkan belum sempat Jehan berkata halo di sana.

"I can't go back for now, I can't leave all of this like this."

Jeffrey menghembuskan nafasnya pelan. Jehan tidak pernah seperti ini, pasti ada hal yang benar-benar serius.

"You know the risk."

"I know, I'm sorry, Jeff. But, If I just leave this all behind, I won't be able to live."

"I'm sorry."

Jeffrey kembali menghembuskan nafasnya pelan. Ini semua pasti ada hubungannya dengan Bulan, karena sebelum ia berangkat Jehan berkata akan menemui Bulan sebentar, sepertinya Jehan benar-benar tidak bisa kembali sebelum menyelesaikan semua dengan benar.

"Ok. Good luck, Je."

Jeffrey mendengar terima kasih Jehan lalu menatap sambungan panggilan itu yang sudah terputus.

Jehan adalah orang yang akan tahu apapun jika lelaki itu memutuskan untuk tahu. Perihal hubungannya dengan Anastasya dulu pun, tanpa ia menjelaskan ke Jehan, Jehan akan tahu, diceritakan pun percuma, bukan karna Jehan tidak mempercayainya, tetapi Jehan memang akan memastikan segala hal dengan mata kepalanya sendiri.

Jika Jehan seperti ini berarti banyak hal yang sudah Jehan lihat dan pikirkan. Karna jika tidak, Jehan benar-benar gila meninggalkan kesempatan ini. Bisa dibilang bekerja sama dengan penyanyi besar ini adalah mimpi Jehan, dan mimpinya juga tentu saja.

Jehan tidak segila itu jika urusannya tidak lebih penting, 'kan?

*

Wiratara menghembuskan nafasnya pelan menatap komputer di depannya. Ia sudah kembali ke kantornya setelah urusannya bisa dibilang selesai.

Mungkin selesai untuk sementara, ia tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi, jika semuanya kembali ke tempat seharusnya mungkin itu baru benar-benar selesai untuknya.

"Wira."

Wiratara mengangkat wajahnya melihat seseorang yang masuk ke ruangannya, Wiratara menghembuskan nafasnya pelan kemudian kembali menatap komputernya.

"Kenapa bisa lo di sini?" tanya Wiratara.

"Gue mau ketemu Pras ngasih undangan, terus gue liat lo di sini, gue jadi mampir," ucapnya.

"Bukannya lo ketemu Jehan tadi?" tanyanya.

Wiratara hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Udah?"

Wiratara kembali mengangguk.

Lelaki itu, Dean, mengerutkan keningnya lalu berjalan mendekat ke meja Wiratara.

secret love song Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang